Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Arti Pernikahan Kristen

Pernikahan adalah persekutuan yang ekslusif seumur hidup antara seorang pria dan seorang wanita. Pernikahan adalah satu komitmen antara seorang laki-laki dan perempuan yang melibatkan hak-hak seksual secara timbal balik. Pernikahan adalah satu lembaga yang ditetapkan Tuhan bagi semua orang, bukan hanya orang Kristen saja, tetapi untuk semua orang.

Unsur dasar mengenai pernikahan dalam Alkitab.

1. Pernikahan adalah antara seorang pria dan seorang wanita.
Pernikahan alkitabiah adalah antara seorang pria biologis dan seorang wanita biologis. Hal ini jelas sejak semula. Tuhan menciptakan “laki-laki dan perempuan” (Kej 1:27-28) dan memerintahkan mereka untuk “beranak cucu dan bertambah banyak”. Reproduksi alamiah hanya mungkin terjadi melalui kesatuan pria dan wanita. Menurut Alkitab, Tuhan membentuk manusia dari debu tanah (Kej 2:7). Kemudian dari rusuk yang diambil Tuhan dari manusia itu, dijadikanlah seorang perempuan (ayat 22). Tuhan menambahkan, “Sebab seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (ayat 24).
Penggunaan istilah suami dan istri dalam konteks “ayah” dan “ibu” menjadikan jelas bahwa pernikahan ditujukan untuk seorang pria dan wanita secara biologis. Matius 19:4-5, menegaskan kembali bahwa pernikahan itu antara seorang pria dan wanita. Karena itu, pernikahan homoseksual bukanlah pernikahan alkitabiah.


2. Pernikahan melibatkan kesatuan seksual.
Pernikahan disebut kesatuan dari satu daging. Bahwa di dalam pernikahan terdapat seks adalah jelas (1 Kor 6:16, Kej 1:28). Hal ini mungkin hanya melalui kesatuan seksual antara laki-laki dan perempuan secara biologis. Alkitab sangat jelas berbicara mengenai hal ini dalam 1 Korintus 7:2-4.


3. Pernikahan adalah suatu persahabatan.
Meskipun pernikahan melibatkan hak-hak seksual, pernikahan tidak terbatas pada seks saja, tetapi suatu persahabatan atau suatu kesatuan yang jauh melebihi seks (Maleakhi 2:14). Pernikahan adalah suatu kesatuan sosial dan spiritual, juga kesatuan seksual. Pernikahan yang dibangun atas dasar hubungan persekutuan persahabatan, dimana suami-istri saling mengasihi dan mencintai akan jauh lebih kuat dibandingkan dengan pernikahan yang dibangun karena hubungan seksual.


4. Pernikahan melibatkan satu perjanjian dihadapan Tuhan.
Pernikahan juga merupakan kesatuan yang tercipta dari suatu komitmen dari janji-janji yang timbal balik. Komitmen ini tersirat dari sejak mulanya di dalam konsep meninggalkan orangtua dan bersatu dengan istrinya (Maleakhi 2:14; Ams 2:17). Dan Allah adalah saksi atas suatu pernikahan. Dialah yang mengadakan pernikahan dan menjadi saksi atas janji-janji tersebut (Mat 19 :6).
Kepada Tuhanlah kedua mempelai mengucap janji untuk sehidup semati, berjanji untuk setia, dan mengasihi Tuhan.


5. Pernikahan adalah Pemutusan atau Pelepasan dengan pihak orangtua.
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya…. (Kej. 2:24). Kata Ibrani untuk meninggalkan sering diterjemahkan menjadi “melepaskan”. Kata ini mempunyai dua arti penting. Pertama berhubungan dengan kesetiaan yang utama. Sambil tetap menghormati dan mengasihi orangtua, seorang istri atau seorang suami menjadi yang pertama dan utama. Kedua, “melepaskan” memiliki arti ketergantungan. Pria dan wanita tidak lagi mengharapkan sokongan atau dipenuhinya kebutuhan mereka oleh orangtua mereka.


6. Pernikahan adalah Kelanggengan.
“… dan bersatu dengan istrinya” (Kejadian 2:24). Secara alamiah, kelanggengan mengikuti pemutusan. Seseorang harus meninggalkan keluarga asalnya sebelum ia dapat benar-benar bersatu dengan seorang pasangan. Kata ibrani untuk “bersatu” sama seperti lem khusus yang akan menyatukan dua potongan kayu dengan begitu kuat, sehingga, jika ditekan, kayu itu akan pecah dan patah sebelum melepaskan kelekatannya.


7. Pernikahan adalah Kesatuan
“… sehingga keduanya menjadi satu daging (Kejadian 2:24). Kesatuan di sini bukanlah keseragaman. Hawa tidak diciptakan untuk menjadi Adam perempuan. Kesatuan bukan melelehkan dua kepribadian untuk menjadi satu, namun dua indifidu hidup dan bekerja selaras dengan nilai-nilai yang sama dan tujuan bersama. Kesatuan adalah perbedaan yang membawa keselarasan.


8. Pernikahan adalah Keintiman
“Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak meresa malu “(Kejadian 2:25). Keintiman adalah hadiah utama untuk semua yang kita tanamkan dalam pernikahan.


9. Pernikahan adalah penyatuan dua anak Tuhan yang sepadan atau seimbang
Kejadian 2:18, ” Tidak baik manusia seorang diri saja dan Aku akan menjadikan seorang penolong yang sepadan baginya.” 2 Korintus 6:14, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya.”


Kesepadaan tidak identik dengan kesamaan, dan penjiplakan. Yang dimaksud dengan sepadan dan seimbang adalah kecocokan bukan sama. Cocok ini artinya adalah :
Kesepadanan atau seimbang pertama-tama berarti keduanya adalah pria dan wanita yang telah lahir baru atau keduanya adalah pria dan wanita yang telah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (2 Korintus 6:14). Ketentuan ini tidak bisa dikompromikan. Fakta bahwa kedua mempelai beragama Kristen tidak otomatis mereka adalah pasangan yang telah dilahirbarukan di dalam Kristus. Sesama orang percaya adalah dua individu yang memiliki Iman yang sama.
Kesepadanan atau seimbang berarti Kita cocok dengan karakternya dan bisa menerima gaya hidupnya. Maksudnya cocok dengan karakternya adalah kita ini tidak rasa bahwa karakternya itu mengganggu kita, menyusahkan kita, menghalangi kita tapi justru menganggap karakternya itu sedikit banyak saling membantu, saling melengkapi dengan karakter kita. Kendati kedua mempelai adalah pria dan wanita yang bertobat, tidak serta merta keduanya merupakan pasangan yang seimbang. Karakter dan gaya hidup juga memiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan berumah tangga.



Sumber:
Dale Mathis, MA & Susan Mathis, Menuju Pernikahan yang sehat dan solid (andi)
Mike Mason, Misteri Pernikahan (interaksara)
John Piper, This Momentary marriage (Pionir jaya)
Norman Geisler, Etika Kristen (SAAT)
Charles Swindol, Pernikahan: sebuah surga dunia (metanoia)
Charles Swindol, The strong family (interaksara)

0 Silakan Berkomentar: