Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap
melalui serangkaian pengalaman. Hal yang penting dalam belajar adalah
perubahan perilaku, dan itu menjadi target dari belajar. Dengan belajar,
seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi
bisa. Berikut adalah kiat-kiat praktis agar belajar menjadi pengalaman
yang menyenangkan bagi anak.
1. Ciptakan Lingkungan Tanpa Stres (Rileks).
Anak tidak bisa belajar efektif dalam keadaan stres. Syarat pembelajaran yang efektif adalah lingkungan yang mendukung dan menyenangkan. Belajar perlu dinikmati dan timbul dari perasaan suka serta nyaman tanpa paksaan. Untuk menciptakan lingkungan tanpa stres bagi anak, penting bagi orangtua agar rileks dan tidak menetapkan target atau menuntut anak melebihi kemampuannya.
2. Manfaat Sarana Bermain untuk Belajar.
Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain adalah metode belajar yang paling efektif. Anak-anak belajar dari segala kegiatan yang mereka lakukan. Kuncinya adalah bagaimana mengubah kegiatan bermain menjadi pengalaman belajar. Ketika anak merasa senang dan nyaman, ia akan mampu belajar dengan baik. Bagi anak kecil yang sedang belajar menghafal kata-kata yang berlawanan seperti kata atas dan bawah, sambil bermain bola kita bisa mengucapkan “jika bola dilempar ke atas pasti akan jatuh ke bawah”, belajar kata nyala dan padam dengan memainkan lampu, belajar kata buka dan tutup melalui pintu yang dubuka dan yang ditutup, dan seterusnya. Bagi anak yang lebih besar, saat ulangan pelajaran hafalan, orangtua dapat menanyakan kembali melalui permainan tebak-tebakan dengan sistem poin. Jumlah poin yang diperoleh dapat ditukar dengan makanan kesukaannya. Yang ingin ditekankan di sini bukan pada permainannya, tapi kegembiraan yang menyertai.
3. Gunakan Kelima Indra Anak sebagai Jalur Belajar.
Bagian neokorteks dari otak kita terbagi dalam beberapa fungsi khusus seperti fungsi berbicara, mendengar, melihat dan meraba. Kita menyimpan memori-memori indrawati di tempat yang berbeda. Jika ingin memiliki memori yang kuat, kita harus menyimpan informasi dengan menggunakan semua indera kita – melihat, mendengar, berbicara, menyentuh, dan membaui. Anak-anak umumnya belajar melalui pengalaman konkret yang aktif. Untuk memahami kondep ‘bulat’ yang abstrak, seorang anak perlu bersentuhan langsung dengan benda-benda bulat, apakah itu dengan cara melihat dan meraba benda bulat atau dengan cara menggelindingkan bola. Menurut Vernon A. Magnesen dalam Quantum Teaching, kita belajar 10% dari apa yang kita baca; 20% dari apa yang kita dengar; 30% dari apa yang kita lihat; 50% dari apa yang kita lihat dan dengar; 70% dari apa yang kita katakan; dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan
4. Pakailah Seluruh Dunia Sebagai Ruang Kelas.
Ubahlah segala sesuatu yang ada di sekitar kita menjadi pengalaman belajar. Bentuk lingkaran bisa dilihat pada roda, balon, matahari, bulan, kacamata, mangkok, piring, uang logam; sedangkan persegi panjang bisa dilihat pada pintu, jendela, buku, kasur. Bujursangkar bisa dilihat di layar komputer, televisi, kotak tissu, saputangan, taplak meja; sedangkan segitiga bisa dilihat pada pohon Natal, rumah, gunung, dan tenda.
Belajar menghitung benda-benda nyata Minta anak untuk menghitung benda-benda yang dapat disentuhnya, misalnya; “Kamu punya satu hidung dan berapa mata? Berapa jarimu?” libatkan juga anak ketika Anda menyiapkan meja untuk dua, tiga, atau empat orang. Atau biarkan anak Anda yang menghitung uang ketika membayar di kasir.
Belajar mengkategorikan sesuatu. Otak menyimpan informasi melalui asosiasi (persamaan) dan penggolongan atau kategori dan Anda bisa menciptakan kegiatan bermain anak sambil bekerja. Waktu Anda hendak membereskan pakaian, anak bisa diminta untuk memilah-milah berdasarkan warna pakaian, jenis pakaian, maupun pemilik. Dengan demikian, Anda dapat tetap mengerjakan tugas rumah tangga sambil anak juga belajar tentang sesuatu.
5. Pentingkan dorongan positif.
Berdasarkan penelitian, anak sejak usia dini rata-rata menerima enam komentar negatif untuk satu dorongan positif yang diterimanya. Saya kira, tingkat perbandingan dorongan positif dan negatif di Indonesia akan jauh lebih besar. Kebanyakan kita dibesarkan dalam lingkungan dengan komentar negatif yang lebih banyak daripada yang positif. Padahal dorongan positif memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membangun rasa percaya diri anak dan memacu semangat agar anak berprestasi dengan lebih baik lagi.
6. CINTA adalah resep penting dalam pendidikan anak.
Prof. Diamond, seorang ahli saraf, mengingatkan bahwa cinta merupakan resep paling penting dalam dunia pendidikan anak. Kehangatan dan kasih sayang adalah faktor utama dalam mendukunga perkembangan seutuhnya. Sentuhan emosi memberikan dampak besar dalam proses belajar anak.
Tugas utama orang dewasa adalah menyediakan sebanyak mungkin kesempatan yang sesuai dengan tingkat umur dan mengembangkannya secara bertahap.” Otak pun akan mampu bekerja secara efektif bila digunakan secara teratur. Ada pepatah kuno berbunyi demikian; “If you don’t use it, you lose it“-Jika tidak digunakan, Anda akan kehilangan otak Anda.
Sumber www.focusonthefamily.com
1. Ciptakan Lingkungan Tanpa Stres (Rileks).
Anak tidak bisa belajar efektif dalam keadaan stres. Syarat pembelajaran yang efektif adalah lingkungan yang mendukung dan menyenangkan. Belajar perlu dinikmati dan timbul dari perasaan suka serta nyaman tanpa paksaan. Untuk menciptakan lingkungan tanpa stres bagi anak, penting bagi orangtua agar rileks dan tidak menetapkan target atau menuntut anak melebihi kemampuannya.
2. Manfaat Sarana Bermain untuk Belajar.
Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain adalah metode belajar yang paling efektif. Anak-anak belajar dari segala kegiatan yang mereka lakukan. Kuncinya adalah bagaimana mengubah kegiatan bermain menjadi pengalaman belajar. Ketika anak merasa senang dan nyaman, ia akan mampu belajar dengan baik. Bagi anak kecil yang sedang belajar menghafal kata-kata yang berlawanan seperti kata atas dan bawah, sambil bermain bola kita bisa mengucapkan “jika bola dilempar ke atas pasti akan jatuh ke bawah”, belajar kata nyala dan padam dengan memainkan lampu, belajar kata buka dan tutup melalui pintu yang dubuka dan yang ditutup, dan seterusnya. Bagi anak yang lebih besar, saat ulangan pelajaran hafalan, orangtua dapat menanyakan kembali melalui permainan tebak-tebakan dengan sistem poin. Jumlah poin yang diperoleh dapat ditukar dengan makanan kesukaannya. Yang ingin ditekankan di sini bukan pada permainannya, tapi kegembiraan yang menyertai.
3. Gunakan Kelima Indra Anak sebagai Jalur Belajar.
Bagian neokorteks dari otak kita terbagi dalam beberapa fungsi khusus seperti fungsi berbicara, mendengar, melihat dan meraba. Kita menyimpan memori-memori indrawati di tempat yang berbeda. Jika ingin memiliki memori yang kuat, kita harus menyimpan informasi dengan menggunakan semua indera kita – melihat, mendengar, berbicara, menyentuh, dan membaui. Anak-anak umumnya belajar melalui pengalaman konkret yang aktif. Untuk memahami kondep ‘bulat’ yang abstrak, seorang anak perlu bersentuhan langsung dengan benda-benda bulat, apakah itu dengan cara melihat dan meraba benda bulat atau dengan cara menggelindingkan bola. Menurut Vernon A. Magnesen dalam Quantum Teaching, kita belajar 10% dari apa yang kita baca; 20% dari apa yang kita dengar; 30% dari apa yang kita lihat; 50% dari apa yang kita lihat dan dengar; 70% dari apa yang kita katakan; dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan
4. Pakailah Seluruh Dunia Sebagai Ruang Kelas.
Ubahlah segala sesuatu yang ada di sekitar kita menjadi pengalaman belajar. Bentuk lingkaran bisa dilihat pada roda, balon, matahari, bulan, kacamata, mangkok, piring, uang logam; sedangkan persegi panjang bisa dilihat pada pintu, jendela, buku, kasur. Bujursangkar bisa dilihat di layar komputer, televisi, kotak tissu, saputangan, taplak meja; sedangkan segitiga bisa dilihat pada pohon Natal, rumah, gunung, dan tenda.
Belajar menghitung benda-benda nyata Minta anak untuk menghitung benda-benda yang dapat disentuhnya, misalnya; “Kamu punya satu hidung dan berapa mata? Berapa jarimu?” libatkan juga anak ketika Anda menyiapkan meja untuk dua, tiga, atau empat orang. Atau biarkan anak Anda yang menghitung uang ketika membayar di kasir.
Belajar mengkategorikan sesuatu. Otak menyimpan informasi melalui asosiasi (persamaan) dan penggolongan atau kategori dan Anda bisa menciptakan kegiatan bermain anak sambil bekerja. Waktu Anda hendak membereskan pakaian, anak bisa diminta untuk memilah-milah berdasarkan warna pakaian, jenis pakaian, maupun pemilik. Dengan demikian, Anda dapat tetap mengerjakan tugas rumah tangga sambil anak juga belajar tentang sesuatu.
5. Pentingkan dorongan positif.
Berdasarkan penelitian, anak sejak usia dini rata-rata menerima enam komentar negatif untuk satu dorongan positif yang diterimanya. Saya kira, tingkat perbandingan dorongan positif dan negatif di Indonesia akan jauh lebih besar. Kebanyakan kita dibesarkan dalam lingkungan dengan komentar negatif yang lebih banyak daripada yang positif. Padahal dorongan positif memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membangun rasa percaya diri anak dan memacu semangat agar anak berprestasi dengan lebih baik lagi.
6. CINTA adalah resep penting dalam pendidikan anak.
Prof. Diamond, seorang ahli saraf, mengingatkan bahwa cinta merupakan resep paling penting dalam dunia pendidikan anak. Kehangatan dan kasih sayang adalah faktor utama dalam mendukunga perkembangan seutuhnya. Sentuhan emosi memberikan dampak besar dalam proses belajar anak.
Tugas utama orang dewasa adalah menyediakan sebanyak mungkin kesempatan yang sesuai dengan tingkat umur dan mengembangkannya secara bertahap.” Otak pun akan mampu bekerja secara efektif bila digunakan secara teratur. Ada pepatah kuno berbunyi demikian; “If you don’t use it, you lose it“-Jika tidak digunakan, Anda akan kehilangan otak Anda.
Sumber www.focusonthefamily.com
0 Silakan Berkomentar:
Posting Komentar