Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

GEREJA YANG EKSIS KARENA DIPICU WAHYU LIAR

Munculnya Gereja Mormon
Joseph Smith, Jr., pada tahun 1820-an, berkata bahwa dirinya mendapat penglihatan, dan dalam penglihatan itu seorang malaikat, namanya Maroni, memimpinnya kepada lempengan emas yang terkubur yang mengisahkan tentang orang Kristen Amerika di masa lampau sebelum Colombus menemukan benua Amerika. Kemudian pada tahun 1830 dia mempublikasikan yang disebutnya terjemahan dari lempengan emas ke dalam bahasa Inggris, yang kemudian disebut kitab Mormon. Anggota jemaatnya kemudian disebut Latter Day Saints (orang kudus akhir zaman), atau Mormon.

Tahun 1831, Smith dan pengikutnya pindah ke bagian Barat untuk membangun yang katanya communalistic American Zion. Mereka kemudian berkumpul di Kirtland, Ohio, dan membangun outpost di Independence, Missouri, dengan maksud menjadi pusat Zion. Sepanjang tahun 1830-an, Smith mengirim banyak missionari, mempublikasi wahyu-wahyu, dan mendirikan gedung yang megah. Kemudian seturut dengan bangkrutnya bank yang disponsori gereja Mormon dan pertempuran kecil dengan orang Missouri yang marah, mimpi Smith tentang Zion di Missouri dan Ohio gagal total.

Pada tahun 1840-an, Smith membangun kota baru yang disebut Nauvoo, Illinois, dimana ia menjabat walikota dan komando milisia. Tahun 1844, Smith dan dewan kota Nauvoo marah pada non-Mormon dengan menghancurkan percetakan yang menulis sebuah kritik kekuasaan Smith dan praktek poligami. Karena Smith mengajarkan untuk mengawini istri sebanyak-banyaknya. Dalam keributan itu Smith dipenjara di Carthage, Illinois, dan terbunuh ketika massa mendatangi dan menghancurkan penjara itu. Dua tahun setelah kematian Smith, konflik semakin meluas antara pengikut Mormon dengan penduduk non-Mormon. Untuk menghindari pertempuran, Brigham Young memimpin orang Mormon ke sebuah wilayah di Nebraska yang kemudian menjadi wilayah Utah. Di Negara bagian Utah inilah kemudian Mormon berkembang dan menjadi mayoritas. Pengajaran mereka sangat aneh, mereka membaptis untuk orang yang telah meninggal, dan yang terkenal adalah perintah poligami. (http://en.wikipedia.org/wiki/Mormons)

Munculnya Advent Hari Ketujuh
The Seventh-day Adventist Church (Gereja Advent Hari Ketujuh/GAHK) secara luas dikenal daripada beberapa grup yang dengan ngotot tentang hari kedatangan Kristus. GAHK muncul dari gerakan William Miller pada tahun 1840, yaitu tahun Kebangkitan Kedua di USA.

William Miller memprediksi berdasarkan Daniel 8:14–16 dengan “day-year principle” bahwa Yesus Kristus akan kembali (advent) ke bumi pada musim semi tahun 1844. Dan pada musim panas 1844, ternyata prediksinya tidak benar, kemudian mereka berkata bahwa akan datang pada 22 Oktober 1844, dengan penjelasan bahwa itu adalah Biblical Day of Atonement dari tahun itu. Ketika nubuat ini juga tidak terjadi, sebagian besar pengikutnya yang lebih waras meninggalkannya.

Namun beberapa pengikut Miller mempercayai bahwa penghitungan Miller benar hanya interpretasinya tentang Daniel 8:14 kurang tepat. Dan mereka mengatakan bahwa ayat itu tidak berkata tentang sesuatu yang di bumi melainkan tentang Bait Allah di Sorga. Jadi mereka tidak marah kepada Miller melainkan tambah setia kepadanya.

Kurang-lebih 20 tahun gerakan Adven-tist ini hanyalah sebuah grup kecil yang datang karena buletin yang diterbitkan oleh James White, yang berjudul The Advent Review and Sabbath Herald. Mereka menyerukan untuk kembali ke pelaksanaan hari Sabat, dan Bait Suci Sorgawi dan pengharapan yang tinggi pada kedatangan Kristus.

Pendukungnya yang terkenal ialah Joseph Bates, James White, and Ellen G. White. Kemudian Ellen White menjadi pusat perhatian dan peran bagi GAHK setelah ia mendapat penglihatan demi penglihatan. Ia berusaha meyakinkan pengikut Advent bahwa ia diberi karunia penglihatan dan bernubuat.

Gereja Adventist Hari Ketujuh (GAHK) akhirnya dinyatakan secara resmi dibuka di Battle Creek, Michigan, pada 21 Mei 1863, dengan anggota sekitar 3.500 orang. Pusat denominasi mereka kemudian pindah dari Battle Creek ke Takoma Park, Maryland, hingga tahun 1989. Markas General Conference kemudian berpindah lagi ke Silver Spring, Maryland.

Sebelumnya pada tahun 1848, Ellen White mendapat penglihatan dimana ia melihat Tiga Malaikat, lalu sebuah sinar yang mengalir seperti aliran air mengitari bumi. Lebih dari Miller, setelah penglihatan Ellen White visi Adventis sifatnya mendunia.

Sehingga pada tahun 1870-an perkembangan Adventis berubah drastis menjadi gerakan misi dan kebangunan rohani dan menjangkau dunia dan meningkatkan pengikutnya menjadi sekitar 16.000 orang, dengan sistem pemerintahan gereja yang terpusat.

Munculnya GSJA, Bethel, GPDI dll.
Berdirinya gereja-gereja aliran Pentakosta bisa ditelusuri hingga tahun 1884. Pada tahun tersebut seorang pelayan Gereja Baptis di Monroe County, Tennessee, Richard G. Spurling, melihat keadaan gereja yang menurutnya suam-suam saja. Kemudian ia mempelajari Alkitab, dan hatinya menjadi rindu kepada keadaan gereja yang mula-mula. Kemudian pada tanggal 19 Agustus 1886 ia menyelenggarakan sebuah pertemuan di Barney Creek Meeting House. Yang hadir pada saat itu ada delapan orang, dan mereka setuju dengan Spurling untuk mengejar “tingkat kerohanian” seperti gereja mula-mula. Namun beberapa bulan kemudian Spurling meninggal. Kemudian ia digantikan oleh putranya yaitu Richard G. Spurling Jr (Junior). Selama kurang lebih sepuluh tahun tidak ada penambahan pengikut. Kemudian ada tiga orang Kristen biasa yang pernah ikut dalam acara di Barney Creek, pindah ke Camp Creek, di Cherokee County, North Carolina, tiba-tiba mendapat bahasa lidah. Dan mereka membuat pernyataan bahwa mereka telah masuk ke kedalaman dunia roh bersama Roh Kudus.

Sementara itu seorang yang bernama Charles F. Parham, seorang yang mulai melayani Tuhan sejak umur 15 tahun, pada tahun 1891 belajar di Southwestern College in Winfield, Kansas, sebuah sekolah theologi Methodist. Tahun 1893 dia keluar dari sekolah tersebut karena merasa bahwa pendidikan justru akan menghalanginya melayani Tuhan secara efektif. Kemudian ia bekerja di Methodist Episcopal Church sebagai Gembala pembantu. Parham meninggalkan Methodist Church tahun 1895 karena ia tidak setuju pada hirarki gereja. Kemudian ia mendirikan pelayanan penginjilan yang memfokuskan khotbahnya pada “gerakan kekudusan” (holiness movement) dan diterima baik oleh orang-orang di Topeka, Kansas.

Suatu saat setelah kelahiran putranya, Claude, di bulan September 1897, baik Parham maupun Claude jatuh sakit. Kemudian mereka sembuh, dan kesembuhan itu dikatakan langsung dari Allah. Parham kemudian menolak segala bentuk penyembuhan medis dan terus mengkhotbahkan tentang penyembuhan illahi, dan gerakan untuk berdoa bagi orang-orang sakit.

Tahun 1898 Parham memindahkan markasnya ke Topeka, Kansas. Di sana ia mengoperasikan misinya. Di Topeka inilah ia pertama kali mendirikan the Bethel Healing Home dan mempublikasikan the Apostolic Faith magazine. Parham menjalankan segala pelayanannya berdasarkan iman. Charles Fox Parham menamakan Gereja-gereja yang didirikannya Holiness Church.

Pada tahun 1905, William J. Seymour, mantan budak yang bermata satu, salah satu murid Charles Parham, melayani di sebuah Gereja Holiness kecil di Houston, Texas. Neely Terry, seorang wanita Negro anggota Holiness Church yang digembalakan oleh Julia Hutchins di Los Angeles, mengunjungi keluarganya di Houston akhir tahun 1905. Sementara di Houston, dia menghadiri gereja Seymour, di situ dia mendengar tentang baptisan Roh Kudus dengan manifestasi berbahasa lidah, sekalipun William J. Seymour sendiri belum pernah mengalaminya. Neely Terry sangat terkesan pada karakter dan khotbahnya. Sekembalinya Terry di California, Terry mengusulkan agar mengundang William J. Seymour berkhotbah di gerejanya.

William J. Seymour kemudian menerima undangan pada Februari 1906 dengan sponsor dana dan persetujuan dari Parham untuk melayani di California selama sebulan. Tanggal 22 Februari 1906 William J. Seymour tiba di Los Angeles, dan dalam dua hari berkhotbah di gereja yang digembalakan oleh Julia Hutchins yang terletak di sudut jalan antara Ninth Street dan Santa Fe Avenue.

Khotbah Seymour ternyata ditolak oleh penatua gereja, dan terjadi keributan. Sebagian besar menilai khotbahnya tidak benar terutama karena Seymour sendiri tidak bisa berbahasa lidah. Tetapi ada beberapa orang yang menerima sehingga mereka berkumpul di rumah Richard dan Ruth Asberry di 214 North Bonnie Brae Street. Dan sejumlah orang dari Holiness Churches juga hadir.

Mereka berkumpul dan berdoa untuk baptisan Roh Kudus. Pada 9 April 1906, setelah lima minggu mendengarkan khotbah dan doa, Edward S. Lee mendadak berbahasa lidah. Pada pertemuan berikut Seymour menjadikan kesaksian Lee, berkhotbah tentang Kis 2:4 dan segera enam orang berbahasa lidah termasuk Jennie Moore, yang kemudian menjadi istri Seymour. Beberapa hari kemudian, 12 April, Seymour sendiri berbahasa lidah untuk pertama kali setelah berdoa semalam suntuk. Berita tentang kejadian ini secara cepat tersebar ke seluruh gereja kulit hitam, dan kemudian ke kelompok Latino dan kulit putih. Dan kemudian Julia Hutchins berbahasa lidah. Karena banyak orang hadir, dari berbagai gereja, bahkan panggung rumah roboh. Kemudian mereka membeli sebuah gedung yang terletak di 312 Azusa Street. Kebaktian dilaksanakan di Azusa Street hampir tidak pernah berhenti. Mereka bernyanyi seharian, berteriak, menangis, melompat-lompat bahkan berguling-guling. Kejadian ini kemudian menarik anggota jemaat dari berbagai denominasi, seperti Presbyterian, Methodis, Mennonite, Quakers, bahkan Baptis. Dan dari sinilah gerakan pentakosta menyebar ke seluruh dunia, 312 Azusa Street.

Bolehkah Menghakimi Dengan Alkitab?
Jika ada fenomena terjadi dalam kekristenan, atau bahkan di luar kekristenan, bolehkah kita membuat penilaian atau penghakiman? Kalau tidak boleh, lalu bagaimanakah seseorang tahu sebuah fenomena itu benar atau salah menurut Alkitab? Perlukah orang Kristen yang tulus dan polos tahu sumber dari sebuah fenomena yang terjadi? Sesungguhnya fenomena Joseph Smith, Ellen White, Parham, dan Seymour, telah banyak dibahas, dan telah banyak buku yang mengulas peristiwa yang mereka alami. Dan tentu jika dalam buletin ini kita membahasnya lagi, tidak akan kelebihan, terlebih ketika kedatangan Tuhan semakin mendekat dan penyesatan semakin merajarela.

Pertanyaan yang paling pokok dan paling fundamental, ialah apakah Alkitab kita kanon tertutup atau kanon terbuka? Artinya, apakah Kitab Wahyu itu firman Allah yang terakhir atau bukan? Atau Apakah sesudah kitab Wahyu Allah masih menurunkan wahyu lagi? Jawaban atas pertanyaan tersebut akan membawa akhir yang sangat berbeda.

Ketika proses pewahyuan sampai kitab Maleakhi, kelompok Yudaisme berseru bahwa itu adalah yang terakhir. Tetapi baik Yohanes Pembaptis, Yesus Kristus sendiri, maupun Rasul-rasul, menyatakan bahwa itu bukan yang terakhir. Kalau kitab Maleakhi adalah yang terakhir maka seluruh kitab PB bukan firman Allah. Bahwa PB bukan firman Allah inilah yang diyakini kaum Yudaisme. Sebaliknya kekristenan mempercayai bahwa kitab PB adalah lanjutan dari kitab PL, bahkan bersifat menyempurnakan konsep setengah jadi yang di dalam PL. Seluruh ibadah simbolik dalam PL tidak ada artinya jika tidak ada penjelasan kitab PB.

Bagaimana Kalau Alkitab Kanon Terbuka?
Kalau Alkitab adalah kanon terbuka, maka berarti kebenaran Alkitab bukan kebenaran final. Jika Alkitab adalah kanon terbuka maka Alkitab akan tergolong salah satu firman Allah, bukan satu-satunya firman Allah. Alkitab akan dilihat bukan sebagai otoritas final, melainkan firman Allah yang boleh didengar namun tidakperlu terlalu dipedulikan karena ia hanya salah satu firman Allah. Jika Alkitab adalah kanon terbuka maka proses pewahyuan dari Allah tidak berhenti hingga kitab Wahyu. Jika Alkitab adalah kanon terbuka maka sesudah kitab Wahyu Allah masih terus menurunkan wahyu sehingga banyak orang masih akan dapat wahyu dari Allah, yang berarti akan banyak orang jadi nabi. Kalau Alkitab kanon terbuka maka baik Muhammad, Joseph Smith, Ellen White, Richard Spurling, Charles Parham, William Seymour, mereka semua bisa benar-benar mendapatkan wahyu dari Allah. Kesimpulan bagi yang percaya Alkitab kanon terbuka adalah bahwa tidak ada doktrin yang absolut yang dapat disimpulkan dari Alkitab, karena Alkitab hanya salah satu firman Allah.

Bagaimana Kalau Alkitab Kanon Tertutup?
Orang yang percaya bahwa Alkitab adalah kanon tertutup, percaya bahwa firman Allah hanya di dalam Alkitab mulai dari kitab Kejadian hingga kitab Wahyu. Percaya bahwa Allah tidak berfirman di luar Alkitab, dan bahwa Alkitab adalah satu-satunya firman Allah. Orang yang percaya demikian juga percaya bahwa sebelumnya memang ada proses pewahyuan (revelation), bahkan sebelum Musa, misalnya pewahyuan kepada Abraham, Bileam, bahkan Allah bertatap muka dengan Abraham. Tetapi ilham (inspiration) untuk penulisan hanya kepada Musa dan para penulis Alkitab. Oleh sebab itu selain Alkitab, tidak ada kitab atau lempengan apapun yang adalah firman Allah. Alkitab adalah satu-satunya firman tertulis (written revelation) di muka bumi. Tidak ada firman Allah di luar Alkitab. Tentu bisa saja ada firman Allah di berbagai buku yang sifatnya mengutip Alkitab atau menjelaskan Alkitab.

Pemegang konsep ini percaya bahwa Roh Kudus telah bekerja melalui Nabi-nabi dan Rasul-rasul dan telah menghasilkan sebuah kitab kebenaran, firman Allah, untuk menuntun umat manusia. Alkitab adalah satu-satunya alat ukur kebenaran, bukan hanya perkara rohani bahkan segala sesuatu, karena ia adalah firman Allah Pencipta alam semesta.

Yang percaya konsep ini yakin bahwa Roh Kudus tidak memberikan pewahyuan (revelation) maupun pengilhaman (inspiration) lagi setelah pewahyuan dan pengilhaman sampai pada Wahyu 22:21. Dan selanjutnya Roh Kudus melakukan penerangan (illummination) kepada pencari kebenaran yang membaca dan mendengarkan Alkitab.

Secara otomatis pendukung konsep kanon tertutup melihat bahwa siapapun juga tidak mungkin mendapatkan wahyu lagi dari Allah yang mengilhami Alkitab. Karena proses pewahyuan dalam bentuk apapun juga, akan menciderai konsep bahwa Alkitab adalah kanon tertutup. Yang akan melakukan tindakan pewahyuan, baik itu cerita bohong, atau benar-benar ada aktivitas supranatural, itu pasti berasal dari pribadi yang tidak suka dengan kemantapan bahwa Alkitab adalah kanon tertutup, atau Alkitab adalah satu-satunya otoritas kebenaran.

Kesimpulan
Bagi orang yang meyakini Alkitab sebagai kanon terbuka, baginya kesimpulan yang ditarik dari Alkitab bukan kesimpulan final karena kemungkinan-kemungkinannya masih terbuka. Kebenaran Alkitab baginya bukan otoritas final, karena pewahyuan memang belum final. Baginya Allah masih terus dan aktif menurunkan wahyu dan orang-orang masih menerima wahyu dalam bentuk mimpi, penglihatan, mendengar suara, dan masih digerakkan untuk berbahasa lidah. Baginya Alkitab adalah salah satu firman Allah, karena masih ada firman Allah di dalam mimpi dan lain sebagainya.

Bagi orang yang meyakini Alkitab sebagai kanon tertutup, maka baginya semua kesimpulan yang ditarik dari ayat-ayat Alki-tab adalah final, karena tidak ada kemungkinan penambahan lagi. Kebenaran Alkitab baginya adalah kebenaran final. Tidak ada lagi orang yang menerima wahyu tambahan karena wahyu yang terakhir adalah kitab Wahyu yang diturunkan kepada Rasul Yohanes di pulau Patmos pada sekitar tahun 98 AD.

Graphe dengan tegas dan tulus menyatakan bahwa Graphe memegang konsep Alkitab kanon tertutup. Bagi Graphe Alkitab adalah satu-satunya firman Allah, dan di luar Alkitab tidak ada firman Allah baik lisan maupun tertulis. Bagi Graphe proses pewahyuan berhenti sampai kitab Wahyu diturunkan di pulau Patmos. Sesudah kitab Wahyu selesai, maka Allah yang mengilhamkan Alkitab tidak mungkin mengacaukan Alkitab. Dan Allah mau setiap manusia yang mencariNya, mencari kebenaranNya, memfokuskan perhatiannya pada Alkitab.

Graphe melihat bahwa Allah yang mengilhamkan Alkitab mustahil akan menurunkan wahyu lagi karena wahyu sesudah Alkitab selesai, dalam bentuk apapun pasti akan menggerogoti otoritas Alkitab. Semua manusia yang ingin mengerti kebenaran, bahkan yang ingin mendapatkan tuntunan Allah harus mendapatkannya dari dalam Alkitab. Alkitab adalah satu-satunya penuntun dari Allah untuk manusia. Tentu konsep ini bukan membatasi Allah karena tidak ada satu manusia pun yang sanggup membatasi Allah. Konsep ini disimpulkan karena memahami cara kerja Allah yang sangat rapi dan sistematis.

Graphe yakin bahwa sejak Alkitab selesai maka Allah tidak menurunkan wahyu lagi sehingga tidak ada lagi orang yang mendapat mimpi, penglihatan, mendengar suara, dan berbahasa lidah yang dari Allah. Apalagi pada masa kini ada orang yang mengklaim dibawa ke Sorga dan turun lagi, itu sesungguhnya adalah hal yang mustahil.

Bagi Graphe baik Joseph Smith, Ellen White, Richard Spurling, Charles Parham, William Seymour, Muhammad, bahkan Benny Hinn semuanya tidak mendapatkan wahyu yang dari Allah. Atau dapat kita katakan bahwa mereka tidak mendapatkan wahyu dari Allah yang mengilhamkan Alkitab. Karena Allah yang mengilhamkan Alkitab tidak mungkin mengilhamkan hal lain yang bertentangan dengan Alkitab.

Bagi Graphe sangatlah jelas, bahwa gereja, denominasi yang didirikan atas picuan wahyu liar, jelas bukan yang didirikan oleh Allah yang mengilhami Alkitab. Karena Allah yang mengilhami Alkitab tidak mungkin melakukan sesuatu yang sifatnya bisa merusak otoritas Alkitab. Mustahil jika di dalam Alkitab Tuhan Yesus menegaskan bahwa dari semula Allah menghendaki monogami, lalu bisa turun wahyu yang menganjurkan poligami.

Sebelum proses pewahyuan tiba di kitab Wahyu, memang masih ada pewahyuan, oleh sebab itu ketika Paulus menulis surat Korintus sekitar tahun 50-an ia masih menasihati pembacanya untuk mengejar karunia bernubuat. Tetapi ketika kitab Wahyu diturunkan di pulau Patmos, sekitar tahun 98 AD, maka itu adalah wahyu final.

Graphe tegas dan tulus, namun tidak pernah menyetujui kekerasan. Graphe selalu menyanjung akal sehat dan senang berargumentasi dengan akal sehat. Karena Graphe sangat yakin bahwa kebenaran itu hanya bisa diperoleh melalui berargumentasi dari akal sehat.

Bahkan Graphe melihat bahwa pihak yang memakai kekerasan atau kekuasaan pemerintah duniawi adalah pihak yang tidak memiliki argumentasi yang kuat. Melalui argumentasilah manusia akan mendapatkan kebenaran. Kekerasan dan kekuasaan duniawi tidak menghantar manusia kepada kebenaran, melainkan kepada kesombongan dan dosa. Camkanlah!***

Sumber: Dr. Suhento Liauw, Th.D dalam Jurnal Teologi PEDANG ROH 74

49 KRITIK TERHADAP GEMBALA DAN GEREJA

1. Baptis Bayi/Anak adalah Tidak Alkitabiah
2. Pendeta/Penatua/Penilik Jemaat/Gembala Wanita dan Diaken/Majelis Wanita adalah Tidak Alkitabiah
3. Sistem Kepausan adalah Tidak Alkitabiah
4. Transubtansiasi dan Konsubstansiasi adalah Tidak Alkitabiah
5. Membaptis secara Percik atau dengan Bendera adalah Tidak Alkitabiah
6. Manusia diselamatkan hanya karena IMAN bukan karena Baptisan, Iman+Perbuatan, Iman+Baptisan, Iman+ ++ lainnya. Baptisan Tidak Menyelamatkan.
7. Arianisme (Kristen Tauhid dengan Gereja Jemaat Allah Global Indonesia=Gereja JAGI) dan Saksi Jehova (Saksi-Saksi Yehuwa) yang menolak Keilahian Yesus dan Tritunggal adalah Tidak Alkitabiah
8. GSPdI (Gereja Serikat Pantekosta di Indonesia) dengan mode Sabelian (Allah 1 Pribadi dalam 3 wujud) adalah Tidak Alkitabiah
9. Sistem Gereja Universal/Katolik/Am adalah Tidak Alkitabiah. Sistem Gereja Lokal adalah ALKITABIAH
10. Sistem Eskatologi Amilenialisme dan Postmilenialisme adalah Tidak Alkitabiah
11. Menafsirkan 6 hari Penciptaan sebagai bukan 6 hari biasa adalah Tidak Alkitabiah
12. Calvinisme dengan 5 Point TULIP-nya TIDAK ALKITABIAH
13. Predestinasi John Calvin adalah Tidak Alkitabiah
14. Gerakan Ekumene adalah Tidak Alkitabiah, Kesatuan yg Alkitabiah adalah Tidak Mengkompromikan KEBENARAN/DOKTRIN/PENGAJARAN
15. Verbal Plenary Inspiration (VPI) dan Verbal Plenary Preservation (VPP) dalam doktrin Alkitab adalah ALKITABIAH
16. Bayi yg mati PASTI MASUK SURGA karena sudah ditebus oleh Darah Yesus
17. Sekali Selamat Tetap Selamat adalah Tidak Alkitabiah. Beriman sampai Mati/Akhir PASTI MASUK SURGA. Jaminan Keselamatan Bersifat Kondisional/Bersyarat.
18. Kerajaan 1000 tahun, Surga dan Neraka adalah benar-benar Nyata.
19. Hanya ada dua Upacara/Ordinansi yang diperintahkan Tuhan yaitu Baptisan dan Perjamuan Tuhan
20. Pewahyuan dan Nubuat dan semua karunia yg berhubungan dengan Pewahyuan (Bahasa Roh/berbahasa Lidah, Bernubuat, dan Pengetahuan, 1 Kor 13:8-10) sudah Tidak ada sejak Wahyu 22:21 selesai ditulis. Tidak ada Firman Allah lagi di luar Alkitab yang telah Kanon (Tidak ada ekstra biblical)
21. Wanita berkhotbah di Kebaktian Umum/Ibadah Raya/Ibadah apapun/Pertemuan Jemaat yang dihadiri Jemaat Dewasa (keluarga/yang sudah menikah) adalah Tidak Alkitabiah
22. Perjanjian Baru mengajarkan bahwa orang percaya hari ini tidak terikat pada hukum Sabat, karena itu Gereja Advent yg mempertahankan hari Sabat, makanan dan minuman tertentu, Hukum Sunat adalah Tidak Alkitabiah. Pengajaran Advent mengenai hari Sabat tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab dan merupakan bagian dari kesalahan total mereka yg tidak dapat melihat perubahan dari sistem penyembahan simbolik di PL menjadi sistem penyembahan dalam Roh dan Kebenaran dalam PB atau Ibadah Hakikat.
23. Manusia adalah suatu Pribadi ciptaan Allah yang diberi kemampuan berpikir, kesadaran diri, kehendak bebas, dan ketika jatuh dalam dosa, hanya kehilangan Kemuliaan Allah dan hubungan/komunikasi dengan pencipta. Manusia tetap mempunyai kehendak bebas.
24. Manusia yang belum diselamatkan mampu merespon terhadap berita Injil, sehingga Aktivitas penginjilan adalah KEHARUSAN. Mati secara rohani bukanlah mati seperti mayat yg tidak bisa merespon berita Injil.
25. Gereja Lokal adalah Tiang penopang dan Dasar Kebenaran (TPDK)
26. Tuhan telah menghentikan jabatan IMAM dan praktek keimamatan (pemberkatan oleh “pendeta“ pada akhir kebaktian, pemberkatan nikah, dll) untuk Jemaat perjanjian Baru.
27. Konsep Familiy Altar adalah Salah karena kita tidak lagi hidup dalam masa Keimamatan Ayah (zaman antara Adam sampai Taurat diturunkan)
28. Istilah yg benar adalah Peneguhan Nikah, bukan pemberkatan nikah. Istilah Pemberkatan nikah dipakai Gereja Roma Katolik karena mereka menempatkan pernikahan sebagai salah satu sakramen (upacara kudus) gereja. Gereja Alkitabiah hanya mengenal dua ordinansi (Upacara yg diperintahkan) yaitu Baptisan dan Perjamuan Tuhan. Dalam Gereja Alkitabiah tidak ada jabatan imam yg berwenang memberkati, itulah sebabnya tidak dibenarkan memakai istilah Pemberkatan Nikah. Upacara yg dilakukan gereja alkitabiah dalam hal pernikahan ialah mengukuhkan atau meneguhkan pernikahan 2 anggota jemaatnya di hadapan Tuhan dan di hadapan sidang jemaatNya serta berdoa memohonkan kasih karunia Tuhan untuk kehidupan rumah tangga mereka. Berkat Tuhan bagi mereka selanjutnya tentu bergantung pada sikap hati mereka kepada Tuhan, bukan pada penumpangan tangan dari imam atau pendeta yang melakukan praktek keimamatan.
29. Tidak ditemukan Penumpangan Tangan untuk PEMBERKATAN dalam Perjanjian Baru. Penumpangan Tangan untuk Pengukuhan Jabatan (Gembala, Penginjil, Guru Injil dan Diaken) sebagai bentuk Perestuan/Approve atas nama Jemaat
30. Tidak ada satu orang pun yang BERHAK membaptis seseorang ke dalam Roh Kudus selain YESUS KRISTUS. Pendeta manapun yang mencoba membaptiskan seseorang ke dalam Roh Kudus adalah SESAT dan DURHAKA (merebut wewenang Yesus)
31. Ajaran Katolik tentang API PENYUCIAN adalah TIDAK ALKITABIAH
32. Nama Pribadi TUHAN adalah YHWH (baca: YAHWEH)
33. Paus, Kardinal, Romo, Pastor boleh menikah dan suster Katolik boleh menikah adalah ALKITABIAH
34. Jabatan Nabi dan Rasul sudah tidak ada/dihentikan karena Pewahyuan sudah berhenti.
35. 2 Kategori ajaran sesat: Keluar dari Alkitab dan Salah Menafsirkan Alkitab
36. Pengajaran MISKIN adalah DOSA, SUNGGUH SESAT, yang Benar: Miskin bisa disebabkan karena dosa (misal: Kemalasan) dan sebaliknya Pengajaran KAYA adalah BERKAT, Sungguh Menyesatkan, karena ada orang Kaya yang mendapatkan kekayaan dengan Cara-cara berdosa, misal: Korupsi, ke dukun/roh2 gunung Kawi, menipu orang lain, dll
37. Tuhan Berdaulat 100% (sepenuhnya) dan Manusia bertanggung Jawab 100% (sepenuhnya) adalah ALKITABIAH
38. Setiap orang yang dilahirkan dari keturunan Adam dan Hawa mewarisi POSISI orang berdosa atau Nature (sifat hati) yang berdosa adalah ALKITABIAH
39. Hanya ada SATU CARA untuk Menyelamatkan manusia dari PENGHUKUMAN, yaitu dengan mengirim JURUSELAMAT untuk dihukumkan sebagai pengganti manusia berdosa adalah ALKITABIAH, tegasnya DOSA hanya dapat diselesaikan melalui PENGHUKUMAN
40. Pengajaran Cyprian (AD 200-258) yang tercatat sebagai orang yang mempromosikan konsep keselamatan oleh Gereja. Ia menasehatkan agar semua gereja menggabungkan diri ke dalam Gereja Universal (KATOLIK) dengan Slogannya yang terkenal DILUAR GEREJA TIDAK ADA KESELAMATAN (EXTRA NULLA SALUS EKKLESIAM). Sejak saat itu dimulai suatu gerakan untuk menggiring semua gereja otonom (independen) ke dalam Gereja Roma Katolik dengan indoktrinasi bahwa TIDAK ADA KESELAMATAN DI LUAR GEREJA ROMA KATOLIK. Tidak cukup dengan itu akhirnya disusunlah Pengakuan Iman Rasuli yang salah satu pointnya Gereja yang Kudus dan Katolik (Am, Universal). Ini Pengajaran yang SUNGGUH MENYESATKAN dan TIDAK ALKITABIAH.
41. Satu Kesalahan Fatal Pengakuan Iman Rasuli adalah adanya pernyataan bahwa GEREJA itu HARUS KATOLIK.

Tetapi hingga saat konsili di Nicea (tahun 325 AD) belum muncul pengakuan iman tertentu yang berlaku secara universal, yang tepat dengan kata-kata yang sama, dan diperintahkan oleh otoritas universal yang sama.

But until the time of the Council of Nicen there does not appear to have been any one particular creed which prevailed universally, in exactly the same words, and commended by the same universal authority (Cyclopedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature, John McClintock & James Strong, Grand rapids: Baker book House, 1981, Vol II, p 559)

Kutipan tersebut membuktikan bahwa Pengakuan Iman ”Rasuli” (PIR) yang digembar-gemborkan oleh Gereja Roma Katolik dan dipungut Gereja Protestan, serta di-beo-kan oleh Gereja-gereja Injili sesungguhnya bukanlah Pengakuan Iman yang disampaikan oleh Para Rasul. Jelas sekali bahwa pada zaman Para Rasul belum dikenal istilah THE HOLY CATHOLIC CHURCH atau Gereja Yang Kudus dan Am (KATOLIK), yang terdapat dipengakuan iman tersebut. Bahkan pernyataan gereja Yang Kudus dan Am itu sangat mustahil karena gereja tidak mungkin Kudus jika ia bersifat KATOLIK. Gereja akan Kudus kalau bersifat OTONOM dan LOKAL serta Menerapkan Disiplin Gereja dengan Ketat.

42. Iman yang Menyelamatkan ialah kita percaya bahwa YESUS KRISTUS telah DISALIBKAN untuk MENANGGUNG semua DOSA kita. Atau seseorang percaya dengan segenap hati bahwa Yesus telah MENGGANTIKANnya disalibkan dan kini ia sedang menggantikanNya hidup, Memahami kondisi diri sebagai orang berdosa yang tidak berdaya, yang akan masuk ke Neraka, serta menyesali dosa-dosanya, dan mengucap syukur atas kasih Yesus kristus yang rela dihukumkan menggantikannya.
43. Kesalahan Terbesar Bapak-Bapak Reformator adalah tidak mereformasi Doktrin Gereja (Ekklesiologi).

44. Penginjilan kepada orang yang sudah mati (Penginjilan Alam Roh) adalah MENYESATKAN dan Tidak ALKITABIAH.

45. Yesus disalibkan dan mati hari Rabu Petang dan Bangkit Hari Sabtu Petang/Minggu, sesuai dengan 3 Hari 3 Malam, 3 x 24 jam=72 jam, adalah ALKITABIAH. Yesus disalibkan dan mati hari Jumat adalah TIDAK ALKITABIAH dan hanya menurut Tradisi secara umum.

46. Orang yang telah mati Dikuburkan adalah ALKITABIAH

47. Jika Musik di Gereja anda tidak bisa dibedakan dengan Musik Dunia, maka ada 2 kemungkinan: Gereja semakin Duniawi atau Dunia semakin Rohani.

48. Kelahiran Yesus bukanlah tanggal 25 Desember adalah ALKITABIAH.

49. Pengajaran Yesaya Paridji tentang Minyak Urapan adalah TIDAK ALKITABIAH.

SIKAP TIDAK BERANI MENYATAKAN KEBENARAN DAN KETIDAKBENARAN adalah AKIBAT dari KETIDAKJELASAN.

APA YANG ALKITAB KATAKAN tentang SABAT

1. Aturan Hari Sabat, meskipun disebutkan dalam Kejadian 2:2-3, tidak disampaikan kepada manusia (Adam dan Hawa) sampai itu diberikan kepada Israel di padang gurun (Nehemia 9:13-14). Ellen White menambahkan ke Alkitab ketika dia mengajarkan bahwa Adam dan para leluhur memelihara Sabat.


2. Sabat tidak diberikan kepada umat manusia pada umumnya, tetapi HANYA kepada BANGSA Israel saja sebagai Tanda Khusus antara mereka dan Allah (Kel. 31:13, 17). Jika Sabat telah dipraktekkan oleh umat manusia dari sejak penciptaan, itu tidak mungkin diberikan sebagai Tanda Khusus untuk Israel.


3. Perjanjian Baru mengajarkan bahwa orang percaya tidak terikat oleh hukum Sabat. Lihat Kolose 2:16-17.


4. Sabat adalah tipologi atau simbolik akan hari keselamatan. “Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya” (Ibr. 4:9-10). Dalam Ibrani 4 ini, Sabat dipresentasikan sebagai simbolik hari keselamatan. Sebagaimana Allah beristirahat pada hari ketujuh dari pekerjaan PenciptaanNya, orang percaya hari ini akan beristirahat dalam pekerjaaan Keselamatan Yesus Kristus yang sempurna. Agar masuk ke peristirahatan Allah, seseorang harus dengan tenang menerima pekerjaan Allah dan berhenti dari usahanya sendiri. (Yohanes 6:28-29). Keselamatan harus diterima sebagai anugerah Allah.


5. Yesus memelihara Sabat karena Dia lahir di bawah Hukum untuk memenuhi tuntutan Hukum. “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan hari takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak” (Gal. 4:4-5). Tuhan Yesus dengan rela menjadikan diriNya sendiri hamba, lahir di bawah Hukum Musa, agar Ia dapat menyelamatkan orang berdosa dari kutuk dan belenggu Hukum Taurat menuju kebebasan kekal seorang anak. Yesus hidup di bawah Hukum Taurat agar orang percaya tidak perlu hidup di bawah Hukum Taurat. Hukum Taurat berhenti sampai saat Yohanes tampil (Mat.11:13).


6. Tidak dapat dibuktikan bahwa Rasul Paulus dan gereja-gereja awal menjalankan Sabat. Memang benar bahwa Paulus bertemu di rumah-rumah ibadat / SINAGOGA pada hari Sabat untuk BERKHOTBAH kepada orang Yahudi yang berkumpul di sana, tapi ini tidak berarti bahwa ia MEMELIHARA hari Sabat. Menurut Alkitab, alasan Paulus mengunjungi rumah ibadat SINAGOGA pada hari Sabat adalah untuk Memberitakan INJIL. Keinginan Paulus adalah untuk memberitakan Kristus. Dia dibebani untuk orang-orang dari bangsanya sendiri, orang Yahudi. Jadi dia pergi di mana orang-orang Yahudi ada, untuk memberitakan Kristus kepada mereka. Paulus mengunjungi sinagog pada hari Sabat karena dia ingin menginjili orang Yahudi yang berkumpul di sana. Sama seperti jika ada seorang yang masuk ke Mesjid hari Jumat untuk menginjil, tidak berarti dia menguduskan hari Jumat. Pertimbangkan Kis 13:14-44; 16:13-14; 17:2-4; 18:4.


7. Ada banyak bukti dalam Alkitab dan di tempat lain bahwa umat Kristen mula-mula, bertemu dan menyembah pada hari pertama/minggu, bukan pada hari Sabat.

Pada hari pertama Yesus bangkit dari kematian (Mrk. 16:9).
Pada hari pertama Yesus pertama kali muncul kepada murid-murid-Nya (Mrk. 16:9).
Pada hari pertama Yesus bertemu dengan murid-murid di tempat yang berbeda (Mrk. 16:9-11;. Mat 28:8-10;. Luk 24:34; Mrk 16:12-13;. Yoh 20:19-23. ).
Pada hari pertama Yesus memberkati para murid (Yoh. 20:19).
Pada hari pertama disampaikan Yesus kepada murid-murid karunia Roh Kudus (Yoh. 20:22).
Pada hari pertama Yesus mengutus para murid untuk memberitakan Injil (Yohanes 20:21; dengan Mk 16:9-15.).
Pada hari pertama Yesus naik ke surga, duduk di sebelah kanan Bapa, dan dibuat Kepala semua (Yoh. 20:17;. Ef 1:20).
Pada hari pertama Injil Kristus yang bangkit pertama kali diberitakan (Luk. 24:34).
Pada hari pertama Yesus menjelaskan Kitab Suci kepada murid-murid (Luk. 24:27, 45).
Pada hari pertama Roh Kudus turun (Kisah 2:1). Pentakosta terjadi pada hari ke-50 sesudah sabat mengikuti persembahan unjukan (Le. 23:15-16). Dengan demikian, Pentakosta selalu pada hari Minggu.


Orang-orang Kristen bertemu untuk beribadah pada hari pertama (Kis 20:6-7;. 1 Kor 16:2). Hari Minggu disebut oleh orang Kristen sebagai “hari Tuhan” (Wah. 1:10).
Sejak hari-hari itu, sebagian besar orang Kristen telah bertemu untuk menyembah pada hari pertama minggu itu. Mereka melakukan ini untuk menghormati Kebangkitan Juruselamat mereka. Kristus ada di dalam kubur pada hari Sabat dan bangkit sebagai yang sulung dari antara orang mati pada hari pertama. Sabat berarti hari terakhir dari ciptaan yang Lama (Kej 2:2). Minggu adalah hari pertama dari Ciptaan Baru.


Bukti Sejarah bahwa Orang Kristen Mula-Mula Berbakti Pada Hari Minggu:
Epistle of Barnabas (sekitar 100 AD): “Jadi kita juga memelihara hari kedelapan dengan sukacita, hari yang sama dengan kebangkitan Yesus dari orang mati.
Epistle of Ignatius (sekitar 107 AD): “Jangan tertipu dengan doktrin-doktrin aneh, ataupun dengan dongeng tua, yang tidak bermanfaat. Sebab jika kita masih hidup menurut hukum Yahudi, kita mengakui bahwa kita belum menerima kasih karunia…. Oleh karena itu, jika mereka yang dibesarkan di bawah peraturan lama itu, lalu mendapatkan pengharapan baru, tidak lagi memelihara Sabat, tetapi memelihara hari Tuhan, pada hari mana kehidupan kita bangkit oleh Dia dan kematianNya.”
Justin Martyr (sekitar 140 AD): “Dan pada hari yang disebut Minggu, semua yang tinggal di kota-kota atau di pedesaan berkumpul pada satu tempat, dan tulisan-tulisan para Rasul atau para Nabi dibacakan terlebih dahulu…Tetapi hari Minggu adalah hari di mana kita mengadakan pertemuan umum, karena itu adalah hari pertama Allah….menjadikan dunia; dan Yesus Kristus Juruselamat kita bangkit dari kematian pada hari yang sama.”
Berdesanes, Edessa (180 AD): “Pada satu hari, yang pertama dari satu minggu, kami berkumpul bersama.”
Tertullian (200 AD): “ Kami mengkhusyukkan hari setelah Sabtu, berlawanan dengan mereka semua yang menyebut hari ini sebagai Sabat mereka.” Irenaeus (155-202 AD): “Misteri kebangkitan Tuhan tidak boleh dirayakan pada hari lain selain Hari Tuhan, dan hal ini saja sudah mengharuskan kita merayakan Paskah pada hari itu.” Jelas sekali bahwa orang-orang Kristen telah berbakti pada hari Minggu jauh sebelum Konstantin atau abad keempat.


8. Hari Minggu bukanlah Sabat. Orang Kristen yang ALKITABIAH tidak menjalankan Sabat dengan menggantinya jadi hari Minggu. Orang percaya Perjanjian Baru ditebus dari kewajiban Hukum Musa. Roma 14:1-13 dan Kolose 2:16 dengan JELAS menyatakan bahwa orang percaya tidak harus dinilai/dihakimi sehubungan dengan hari-hari raya/suci. Roma 14:1-13 dan Kolose 2:16 menyatakan bahwa tidak ada hari tertentu yang harus dianggap suci atau kudus oleh orang Kristen. Bahkan Rasul Paulus sempat mengkhawatirkan keselamatan orang-orang Galatia, karena mereka masih memelihara hari-hari “kudus” tertentu! “Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia” (Gal. 4:10-11). “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat” (Kol. 2:16).


9. Gagasan bahwa ketaatan Minggu akan menjadi Tanda Binatang itu tidak ditemukan dalam Alkitab. Ide ini datang dari Ellen White. Memang benar bahwa Antikristus akan “berpikir untuk mengubah waktu dan hukum” (Daniel 7:25), namun tidak ada tempat di Alkitab yang mengatakan bahwa ini akan melibatkan Sabat atau Minggu. Alkitab tidak mengungkapkan tepatnya hukum apa yang Antikristus akan ubah.


10. Hukum Sabat sangatlah ketat dan keras. (1) Tidak boleh ada pekerjaan, Kel. 20:10, 31:14-15; (2) tidak boleh mengangkut barang, Yer. 17:21; (3) tidak boleh menyalakan api, Kel. 35:3. Peraturan ini hanya dapat diikuti di daerah yang beriklim lumayan hangat. Hukum tentang Sabat sedemikian kerasnya sehingga Allah memerintahkan agar seseorang yang mengumpulkan kayu untuk api dilontari batu karena ia melanggar hukum Sabat (Bil. 15:32-36). Yakobus 2:10 memberitahu kita bahwa Hukum tidak bisa dipisahpisahkan. Jika orang Advent hendak memelihara Sabatnya Hukum Musa, maka mereka harus memeliharanya persis seperti yang Allah perintahkan dalam Hukum Taurat. Pada kenyataannya, Gereja Advent tidak memelihara Sabat seperti yang tertera di Perjanjian Lama. Advent kehilangan suatu kebenaran rohani, di mana perintah-perintah yang berat dalam PL justru seharusnya membuat kita sadar akan kelemahan kita, dan memacu kita kepada seorang Juruselamat, Yesus Kristus. Sama sekali tidak ada otoritas Alkitab bagi Advent untuk mengubah peraturan Sabat. Tuhan Yesus tidak mengubah Hukum. Ia mencerca berbagai tradisi Farisi yang telah ditambahkan kepada Hukum Taurat. “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Mat. 5:17-18).


Batu ujian dari pandangan orang Advent pada taurat ialah doktrin tentang Sabat. Sejak penciptaan sampai akhir zaman perintah keempat dipegang menjadi bagian dari hukum moral Tuhan yang tidak berubah. Orang Advent mengajar bahwa otoritas kepausan Roma Katolik mengganti hari penyembahan dari hari Sabtu ke hari Minggu. Dan Protestantisme belum lengkap mereformasi dengan melanjutkan penyembahan pada hari ketujuh. Pada akhirnya sekarang pada kita, kebenaran sedang dikembalikan lagi. Mereka yang menerima terang ini dan yakin, bertanggung-jawab untuk taat kepada perintah ini. Saat krisis besar akhir masalah agama pecah pada umat manusia, kuasa kepausan akan memimpin pasukan dalam melawan Elohim, mengharuskan penyembahan hari pada pertama (Dan. 7:25; Why. 13;16, 17) sebagai tanda binatang itu. Di waktu akan datang ini hari penyembahan akan menjadi sebuah ujian loyalitas bagi Kristus atau antikristus. [Question on Doctrine, pp.149-185]


Mereka yang bukan, sekarang melihat keharusan dari perintah keempat tidak akan dihukum, tetapi nanti pada waktu krisis penyembahan pada hari Minggu akan menjadi alasan yang cukup untuk penghukuman. Kemudian semua yang melakukan perintah-perintah Elohim (Why. 12:17) akan mengikut gereja sisa dalam penyembahan di hari Sabtu… Tidak dapat disangsikan lagi keselamatan di masa yang akan datang adalah oleh iman dan penyembahan di hari Sabtu, oleh anugerah dan memelihara taurat. Sementara saat ini Elohim mengabaikan ketidaktahuan para penyembah hari Minggu, dan tidak melakukan hukuman yang pantas untuk pelanggaran perintah-Nya, para penyembah hari Minggu nyatanya telah berbuat dosa besar. Semua orang Injili masih anak-perempuan Babylon; mereka menerima tanda binatang itu. Ini diramal oleh Herbert S. Bird, “tidak akan diserukan kepada banyak orang untuk menjadi dasar yang kokoh bagi persekutuan Kristen. [Herbert S. Bird,Theology of Seventh-day Adventism, p. 17]


Dan hal itu tidak lebih kokoh untuk menyatakan tanpa kualifikasi bahwa keselamatan adalah oleh anugerah melalui iman. Kasus orang Advent untuk penyembahan hari ketujuh tidak dihalangi. Jika perintah keempat adalah prinsip moral, itu boleh dilakukan dengan menyembah pada satu dari dari tujuh hari, Minggu. Tidak dimanapun juga dalam Perjanjian Baru [PB] menguatkan lagi perintah keempat, meskipun PB mengulangi sembilan perintah yang lain. Sesungguhnya siapapun membuat hari sabat ujian dari persekutuan melanggar PB. Dan dalam konteks Alkitab sabat mingguan tidak dilarang (Kol. 2:13-17; Gal. 4:9-11; Roma 13:8-10; 14:4-6, 10, 12, 13).
Mengingat tradisi berabad-abad dalam mana orang Yahudi para penulis PB sudah jenuh, adalah mengherankan bahwa mereka begitu memberi tekanan pada hari pertama dari minggu itu. Pada hari pertama Yesus bangkit dari kematian (Yoh. 20:1). Ia menampakkan dirinya kepada sepuluh murid pada hari yang sama (Yoh. 20:19). Satu minggu kemudian, Dia menampakkan diri-Nya kepada sebelas murid (Yoh. 20:26). Janji Pantekosta datangnya Roh Kudus terjadi pada hari Minggu (Imamat 23:16). Hari Minggu yang penting itu setelah khotbah pertama memproklamasi kematian dan kebangkitan Kristus, 3000 orang yang menerima Firman, dibaptis dan ditambahkan ke dalam gereja (Kis. 2). Di Troas orang Kristen berkumpul untuk menyembah pada hari pertama dari minggu itu (Kis. 20:6-7). Dan pada hari pertama dari minggu itu orang Korintus membuat kontribusi mereka. Saat hari Sabat diingat bukan saja penciptaan tetapi juga kelepasan ilahi dari Mesir (Ulangan 5:15) adalah tepat bahwa hari pertama memperingati tentang kelepasan yang hebat dari sang Pencipta tentang Kristus yang bangkit dari kubur.

 

Pergantian dalam hari penyembahan bukan dibuat oleh Paus sebagaimana diklaim oleh orang Advent, berabad-abad setelah masa PB. Itu sudah ada dalam Perjanjian Baru dan hal itu diakui oleh para penulisnya segera setelah itu. Referensi bagi penyembahan hari pertama dapat ditemukan pada tulisan-tulisan Ignatius, Penilik Jemaat Antiokhia 110 M; Justin Martyr, 100-165 M; Barnabas, 120-150 M; Irenaeus, I78 M; Bardaisan, 154 M; Tertullian, 200 M; Origen, 225 M; Cyprian, 200-258 M; Peter dari Alexandria, 300 M; dan Eusebius, 315 M (Masehi). [Walter R. Martin, The Truth About Seventh-day Adventism, pp. 153-153]
Fakta-fakta sejarah ini melemahkan seluruh interpretasi orang Advent tentang penyembahan hari pertama sebagai tanda dari Binatang itu. Jika Paus Roma adalah Binatang, tidak ada arti khusus yang dapat dihubungkan pada yang dikatakan orang perubahan hari Penyembahan. Dan penyembahan hari-pertama tidak dapat menjadi suatu “tanda” khusus dari sang Binatang. Hal itu menyusul bahwa tak ada tempat spesial yang dapat diberikan kepada yang memelihara perintah keempat dalam menafsirkannya bagi mereka yang memelihara perintah-perintah Elohim (Why. 14:12). Juga tidak perlu menghubungkan kuasa yang disebut dalam Daniel 7:25 bagi Roma.


Ujian berat dari kesetiaan kepada Tuhan diproklamasikan tersendiri oleh orang Advent bukanlah suatu ujian yang unik, jelas Alkitabiah. Itu adalah sebuah teori yang bermaksud baik, namun membuat laki-laki dan wanita menjadi salah. Tidak ada perbuatan manusia seperti itu yang harus dibuat sebagai dasar iman, mengoyak-ngoyakkan tubuh Kristus. Dan pasti tidak boleh ada teori seperti itu yang harus ditambahkan pada undangan injil yang sederhana. Keselamatan tidak pernah atau tidak akan dikondisikan atas penyembahan hari ketujuh. Dimanapun kita tidak membaca, “Percayalah pada Tuhan Yesus Kristus dan peliharalah hari ketujuh dan kamu tidak akan datang pada penghukuman. ” Tetapi berulang kali kita membaca, “Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat. Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya” (Gal. 3:21-22). Biarpun suatu hukum mungkin patut dihargai, ditambahkan pada iman, itu merusak cara keselamatan dari Tuhan. Alkitab mengajar, “Tetapi jika hal itu terjadi karena anugerah, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka anugerah itu bukan lagi anugerah. Tetapi jika itu karena perbuatan, maka hal itu bukan lagi anugerah: sebab jika tidak maka perbuatan itu bukan lagi perbuatan” (Roma 11:6). Banyak seperti yang kita ingin katakan, orang Advent mendasarkan harapan mereka pada anugerah saja, beberapa dari posisi persyaratan diet Perjanjian Lama mereka dan penyembahan hari-ketujuh kelihatannya berlawanan dengannya. Elohim mau bahwa tiap orang Advent memberi kesaksian tentang Pdt. Don Phil, yang menjadi sadar akan arti sepenuhnya dari anugerah. Dalam satu cerita Power dari perubahan imannya dari Advent-Jemaat Hari Ketujuh ia bersaksi, “Adalah menakjubkan menjadi bebas dari legalisme, dan mengetahui bahwa saya dapat melayani dan memuliakan Dia (Tuhan). [Don Phillips, "Taboo: I was a Seventh-day Adventist", Power, Vol. 22, No. 3 (August 16, 1964), p. 6]


Artikel di atas adalah ringkasan dari beberapa artikel dibawah ini.
Jadi, kesimpulan: Poin nomor 52. Percaya bahwa Hukum Taurat sudah diGENAPkan bukan dibatalkan dan seluruh paket Ibadah Simbolik yang terkandung dalam hukum Taurat sudah selesai tugasnya. Percaya bahwa Paket Ibadah Simbolik/Jasmaniah/Rituil (seperti nama Jehovah, aturan hari Sabat/Sabtu,makanan yang diHARAMkan, Penyakit Kusta yang menyimbolkan Kutukan, Ritual Ibadah di Bait Suci) semuanya telah selesai tugasnya, karena yang DISIMBOLKAN telah TIBA (Anak Domba Allah yaitu Yesus Kristus)

TUJUAN DAN HAKIKAT PERNIKAHAN KRISTIANI

Pada umumnya, pasangan-pasangan yang akan menikah menjadi sibuk saat mempersiapkan perayaan pernikahan. Agar acara pemberkatan (yang Benar Peneguhan Nikah – red) dan resepsi pernikahan berjalan lancar, mereka rela mengerahkan segenap daya, tenaga, dan dana. Prosesi pemberkatan dan resepsi tersebut tentu akan segera berlalu, namun mereka harus terus mempertahankan pernikahan seumur hidup.
Untuk mempertahankan pernikahan, setiap pasangan harus memahami hakikat dan tujuan pernikahan. Sayangnya, ada beberapa orang yang tidak terlalu serius dalam mengerahkan segenap kemauan, akal budi, daya, dan dana untuk memahami hakikat dan tujuan pernikahan Kristen dengan baik dan jelas. Jika seseorang tidak memunyai visi dalam pernikahan, maka sesungguhnya dia telah melakukan tindakan “bunuh diri”. Cepat atau lambat, pernikahan dan cintanya akan layu dan mati. Untuk menghindari hal ini, saat berpacaran atau sebelumnya, sebaiknya Anda menanyakan tujuan hidup dan pernikahan yang ada di benak orang yang Anda sayangi. Diskusikan itu dengan konselor untuk membantu Anda mengerti, apakah visi itu cukup jelas saat memasuki pernikahan Anda atau tidak.
Hakikat Pernikahan
Pernikahan yang baik adalah komitmen total dari dua orang di hadapan Tuhan dan sesama. Pernikahan yang baik didasarkan pada kesadaran bahwa pernikahan ini adalah kemitraan yang mutual. Pernikahan yang baik juga melibatkan Tuhan secara proaktif di dalam setiap pengambilan keputusan, sebab pernikahan adalah sebuah rencana ilahi yang istimewa. Dengan demikian, pernikahan seharusnya tetap dijaga dan dipertahankan di dalam kekuatan Roh yang mempersatukan kedua insan.
a. Pernikahan adalah Suatu Perjanjian (“Covenant”)
Secara simbolis, orang yang menikah mengucapkan janji nikahnya di gereja. Secara sederhana, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua individu/kelompok atau lebih. Perjanjian pernikahan adalah mengasihi (“to love”) dan dikasihi (“to be loved”). Menurut Balswick, ada tiga hal yang dapat kita pelajari dari perjanjian yang Allah tetapkan. Pertama, perjanjian itu sepenuhnya merupakan tindakan Allah, bukan sesuatu yang bersifat kontrak. Komitmen Allah ini tetap berlangsung, tidak bergantung pada manusia. Kedua, Allah menghendaki respons dari manusia. Namun, ini bukan berarti perjanjian tersebut bersifat kondisional. Perjanjian itu tetap menjadi satu perjanjian yang kekal, terlepas dari apakah umat Tuhan melakukannya atau tidak. Ketiga, Allah menyediakan berkat-berkat dan keuntungan bagi mereka yang menuruti perjanjian tersebut. Manusia diberi kebebasan untuk memilih, untuk hidup dalam perjanjian itu atau menolaknya.
Menurut R.C. Sproul, pernikahan bukanlah hasil dari satu perkembangan kebudayaan manusia. Institusi pernikahan ditetapkan seiring dengan Penciptaan itu sendiri. Senada dengan itu, John Stott berkata, “…perkawinan bukanlah temuan manusia. Ajaran Kristen tentang topik ini diawali dengan penegasan penuh kegembiraan bahwa perkawinan adalah gagasan Allah, bukan gagasan manusia… perkawinan sudah ditetapkan Allah pada masa sebelum kejatuhan manusia ke dalam dosa.
Jika demikian, pengertian di atas mengandung tiga implikasi penting. Pertama, setiap orang yang mau menikah seharusnya memberikan atensi pada pengenalan eksistensi Allah sebagai pendiri lembaga ini. Kedua, memberikan Allah otoritas penuh dalam memimpin lembaga ini sehingga komunikasi suami-istri bersifat trialog.Artinya, Allah dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan. Ketiga, pernikahan diikat oleh komitmen seumur hidup, sebab perjanjian itu bukan kepada manusia, melainkan kepada Allah sendiri. Dengan memahami pernikahan sebagai satu ikatan perjanjian dengan Allah, maka calon suami istri disadarkan agar senantiasa bergantung pada kekuatan Allah dalam menjalani pernikahan.
b. Pernikahan adalah Kesaksian
Dalam Efesus 5:32, Paulus menggambarkan hubungan suami dan istri seperti hubungan Allah dan jemaat-Nya. Artinya, dengan menikah, orang Kristen dipanggil masuk ke dalam satu panggilan pelayanan khusus, yakni menyaksikan Kristus melalui wadah keluarga. Implikasinya adalah hubungan dan komunikasi suami istri menjadi wadah anak-anak belajar mengenal kasih Tuhan.
Di samping itu, keluarga juga menjadi tempat persiapan dan latihan anak-anak untuk menjadi suami atau istri dan menjadi orang tua. Selanjutnya, model itu akan terus terbawa ke dalam pola mereka mendidik anak-anak kelak. Pernikahan yang sehat dan berfungsi, pada umumnya, akan menghasilkan anak-anak yang sehat pula. Jadi, setiap mereka yang akan menikah dan menjadi orang tua perlu menyadari konsekuensi ini — dipanggil menjadi reflektor kasih Allah bagi anak-anak. Dalam tulisannya, “Parenting: A Theological Model”, Myron Charter [5] menjabarkan tujuh dimensi dari kasih Allah Bapa yang harus direfleksikan setiap orang tua, yakni: sikap yang penuh peduli, tanggung jawab, disiplin, murah hati, respek, pengenalan, dan pengampunan.
Tujuan Pernikahan
Tujuan pernikahan bukanlah kebahagiaan seperti yang diangan-angankan banyak muda-mudi sebelum menikah, melainkan pertumbuhan. Kebahagiaan itu justru ditemukan di tengah-tengah perjalanan (proses) pernikahan yang dilandasi cinta kasih Kristus. Kalau tujuan kita menikah adalah bahagia, maka pasangan kita akan kita peralat demi mencapai kebahagiaan itu. 
Itu sebabnya, orang yang menikah dengan tujuan bahagia justru menjadi yang paling tidak bahagia dalam pernikahannya. Bahkan, tujuan ini banyak mengakibatkan perceraian, dengan alasan ia tidak merasa bahagia dengan pasangannya.
Heuken menyebutkan beberapa tujuan lain yang tidak kuat sebagai landasan untuk menikah. Pertama, demi keperluan psikologis, yakni supaya merasa tidak sendirian atau kesepian. Kedua, demi kebutuhan biologis, yakni agar dapat memuaskan nafsu seks secara wajar. Ketiga, demi rasa aman, yakni supaya memunyai status sosial dan dihargai masyarakat. Keempat, agar memunyai anak. Ini semua bukan merupakan alasan atau tujuan yang kuat mengapa seseorang menikah.
Dalam berumah tangga, kita akan mengalami begitu banyak keadaan dan situasi yang tidak diharapkan. Misalnya, pasangan Anda gagal dalam pekerjaan. Pasangan Anda menyeleweng. Pasangan Anda sakit atau cacat. Kondisi itu pasti tidak menyenangkan. Tetapi kalau Tuhan mengizinkan hal-hal tersebut terjadi, kita perlu belajar dari hal-hal tersebut. Lewat situasi dan keadaan itulah cinta kita diuji, apakah kita tetap berpegang teguh pada janji pernikahan kita dan setia kepada pasangan kita sampai kematian memisahkan. Untuk itu, mari kita pahami tujuan pernikahan Kristen yang akan menguatkan tiang pernikahan kita.
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan yang diharapkan adalah agar suami istri dapat melayani Allah dan menjadi saluran berkat bagi sesamanya. Agar pernikahan itu bertumbuh, maka ada dua syarat yang harus dimiliki setiap pasangan.
a. Masing-masing sudah menerima pengampunan Kristus, sehingga mampu saling mengampuni selama berada dalam rumah tangga, yang masing-masing penghuninya bukanlah orang yang sempurna. Usaha diri sendiri pasti akan gagal.
b. Kemampuan beradaptasi, artinya masing-masing tidak memaksa atau menuntut pasangannya, sebaliknya mampu saling memahami dan memberi. Masing-masing menjalankan peran dengan baik, serta mampu menerima kelemahan dan kekurangan pasangannya.
2. Menciptakan Masyarakat Baru Milik Allah
John Stott mengatakan bahwa pernikahan dibentuk Allah dengan tujuan untuk menciptakan satu masyarakat baru milik Allah (“God’s new society”) — satu masyarakat tebusan yang dapat menjadi berkat dan membawa kesejahteraan bagi sesamanya.[8] Wadah yang Allah pilih sebagai sarana menyejahterakan manusia tebusan-Nya di dunia ini adalah keluarga. Rencana ini telah Allah tetapkan jauh sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Untuk itu, Allah pertama-tama memilih keluarga Abraham, Ishak, Yakub, dan seterusnya sampai akhirnya dalam keluarga Yusuf dan Maria yang melahirkan Yesus. Demikianlah sampai hari ini, rencana Tuhan bagi setiap pasangan Kristen adalah agar pasangan itu menghasilkan anak-anak perjanjian (anak-anak Tuhan) yang memunyai tanggung jawab untuk merawat dan mengurus bumi ciptaan-Nya ini.[9] (Kejadian 1:26,28)
Di samping itu, melalui setiap keluarga, Allah menghendaki agar setiap suami istri melahirkan keturunan ilahi (anak-anak tebusan Kristus. Baca Maleakhi 2:14-15).[10] Karena itu, berdasarkan prinsip di atas, saya berkeyakinan bahwa setiap anak dalam pernikahan kami adalah anak-anak (karunia/titipan) Tuhan. Mereka bukan baru menjadi anak-anak Tuhan saat mereka dibaptis atau sesudah besar, tetapi sejak dalam kandungan mereka adalah benih ilahi yang Allah percayakan kepada keluarga kami.
Keyakinan ini sangat memengaruhi sikap kita dalam menghargai dan mendidik anak-anak. Juga akan membuat kita memprioritaskan keluarga dengan benar. Tujuan kita adalah mendidik mereka agar menjadi anak-anak Tuhan yang tidak hanya menaati bapak dan ibu mereka secara daging, tetapi juga taat kepada Bapa di surga. Kita juga sungguh-sungguh berusaha membangun kehidupan anak-anak kita, baik secara fisik, mental, maupun spiritual. Tetapi jika Tuhan mengizinkan keluarga kita tanpa seorang anak, rencana Tuhan pun tetap sama indahnya. Dia mempunyai rencana tersendiri bagi keluarga yang tidak dikaruniai anak. Keluarga yang demikian perlu bergumul, mencari tahu apa yang dapat diperbuat untuk menyenangkan hati Tuhan, meski belum ada buah hati. Jika ingin mengadopsi anak, sebaiknya berkonsultasi terlebih dulu dengan konselor.
Anak merupakan upah atau berkat Tuhan bagi keluarga yang dikenan-Nya untuk menerima berkat itu. Tidak memiliki anak bukan berarti dikutuk atau tidak mendapat berkat Allah. Suami istri yang tidak memiliki anak pun, tetap merupakan keluarga yang di dalamnya Allah memiliki rencana tersendiri..

TIPS PACARAN BAGI ORANG KRISTEN YANG ALKITABIAH

1.. Belajarlah untuk mengutamakan Tuhan dalam hidup Anda! Persiapkan diri Anda untuk sebuah pernikahan Kristen! Bacalah Alkitab Anda, berjemaatlah di gereja dimana Anda bertumbuh. Pelajarilah hikmat Tuhan untuk pernikahan, suami-suami dan istri-istri. Alkitab telah memberikan kita satu perintah yang sangat penting untuk bidang ini, yaitu “menjadi pasangan yang seimbang (2 Korintus 6 :14). Pelajarilah ayat ini dan cobalah untuk dapat mengerti arti sebenarnya!

2.. Kenali diri Anda! Ambillah waktu untuk membuat perubahan apapun yang Anda butuhkan untuk dapat menjadi pasangan yang baik bagi seseorang. Anda TIDAK dapat menjadi bahagia dalam pernikahan MANAPUN tanpa bahagia terlebih dahulu dengan diri Anda sendiri!

3.. Mengetahui apa yang Anda butuhkan! Anda harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan Anda, dengan demikian Anda dapat mengkomunikasikannya dengan pasangan Anda di masa depan. Ini adalah hal yang tidak dapat Anda kompromikan! Tanyakan juga kepada pasangan Anda apa yang dia butuhkan. Kemudian carilah tahu apakah Anda berdua dapat saling memenuhi kebutuhan satu sama lain. Kami bahkan tidak dapat cukup meyakinkan Anda bahwa hal ini sangatlah penting!

4.. Belajarlah untuk peka terhadap tanda-tanda peringatan yang Anda rasakan ketika Anda sedang pacaran dengan seseorang! Menyadari bahwa seseorang yang sedang menjalin hubungan dengan Anda bukanlah “seseorang yang special” adalah separuh dari perjuangan Anda. Anda bisa saja berusaha agar hubungan itu dapat berjalan dengan baik seumur hidup Anda, yang kemudian pada akhirnya, tidak akan pernah berhasil! Semua orang mempunyai kualitas yang baik dan buruk. Hanya karena Anda tidak cocok
dengan seseorang, bukan berarti bahwa orang itu tidak akan menjadi pasangan yang baik bagi orang lain! Apabila memang tidak “cocok”, hormati diri Anda dan pasangan Anda dengan mengakhiri hubungan Anda. Anda berdua layak untuk memiliki hidup yang berbahagia.

5.. Jangan hidup dalam ketakutan dengan kemungkinan bahwa Anda akan tetep sendiri seumur hidup Anda. Ketakutan akan menumbuhkan kegilaan ketika Anda sedang menjalin hubungan! Kebutuhan Anda menjadi tidak berarti sama sekali bagi diri Anda! Anda bahkan dapat membuat keputusan-keputusan bodoh ketika ketakutan ini mengambil alih diri Anda. Isilah kehidupan Anda dengan hal-hal yang dapat membuat Anda merasa gembira. Serahkan semuanya kepada Tuhan dan TINGGALKAN itu di sana!

6.. Minum-minum yang berlebihan (alkoholik, pesta minuman keras di akhir pekan, dll), orang yang bertindak dengan kekerasan dan sejenisnya, adalah orang-orang yang “TIDAK MAMPU” untuk sebuah hubungan dengan komitmen. Orang-orang ini membutuhkan pertolongan dan “penyakit-penyakit” mereka membuat mereka untuk saat itu, tidak mampu membangun suatu hubungan yang
sehat. Tentu saja Allah tidak berkenan bahwa ada sesuatu yang kita ’sembah’ selain Dia. Allah harus selalu menjadi yang pertama. “Hubungan” sejenis ini terbukti hanya akan terus menyakiti Anda berulang-ulang kali. Doronglah mereka selalu, sesering mungkin, untuk mencari pertolongan yang mereka butuhkan, sehingga satu hari nanti mereka akan dapat mengalami hidup yang telah Allah rencanakan bagi mereka.

7.. Carilah seorang konselor Kristen dengan reputasi yang baik, bila memungkinkan, untuk membantu Anda dalam membuat keputusan yang benar. Pernikahan adalah KOMITMEN untuk SEUMUR HIDUP. Anda bertanggung jawab terhadap diri Anda sendiri untuk membuat keputusan terbaik yang bisa
Anda buat. Menemukan pasangan yang tepat dan membuat komitmen untuk seumur hidup dengan orang tersebut adalah sebuah anugerah yang luar biasa dari Tuhan

Bagaimana Saya Mengetahuinya?
Pertanyaaan yang ditanyakan oleh semua orang, inilah pendapat kami!
1.. Apakah Anda merasakan DAMAI..DAMAI..DAMAI..Damai di hati Anda? Apabila sama sekali tidak ada perasaan itu di dalam diri Anda maka Anda tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres! “Tapi mungkin segala sesuatunya akan berubah”, jawab Anda. Apakah Anda sedang membuat alasan-alasan untuk seseorang, bahkan ketika Anda tidak setuju, atau itu memukul pusat dari diri Anda yang sebenarnya? Apabila Anda harus membuat alasan, bahkan hanya satu alasan, maka Anda benar-benar harus mengawasi dengan benar arah yang sedang Anda tuju. Ini adalah masalah besar, sobat!

2.. Apakah Anda bertengkar/berbaikan lagi.. bertengkar/berbaikan lagi, kalau sesudah bertengkar saling memaafkan dan mengajak Anda berdoa ini yang sebenarnya cinta yang abadi, bukan sesudah damai dim-diam saja, Ini bukanlah tanda bahwa kalian berdua dapat berpasangan dengan cukup baik. Tuhan tidak pernah memaksudkan pernikahan sebagai medan peperangan dari keinginan-keinginan kita. Apabila ini terjadi ketika Anda sedang berpacaran, yakinlah bahwa hal ini akan terus berlanjut ketika Anda telah menikah. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan prinsip pernikahan yang kita ketahui. Kembali lagi kepada kebutuhan-kebutuhan. Kebutuhan seseorang sedang diabaikan, kadang-kadang, kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi. Adalah sangat penting untuk dapat mengetahui apakah pasangan Anda di masa depan dapat memenuhi kebutuhan Anda atau tidak dan sebaliknya. Mengetahui perbedaan yang ada di antara Anda akan dapat menghindarkan Anda dari sakit hati di masa yang akan datang.

3.. Kami beranggapan bila Anda membaca artikel ini maka Anda adalah seorang Kristen atau berniat untuk menjadi kristen, oleh karena itu, seks.. seharusnya tidak pernah menjadi bagian dalam pacaran!! Apa yang kami maksud adalah sebagai berikut. Apabila salah satu dari pasangan itu merasa ditekan oleh seks, maka itu bukanlah hubungan/pernikahan Kristen yang sedang dijalin. Anda dapat yakin bahwa hubungan ini tidak berdasarkan prinsip-prinsip yang Tuhan kehendaki. Anda harus kembali
lagi untuk mengetahui apa yang Anda butuhkan. Apabila Anda menginginkan dan membutuhkan pernikahan Kristen, maka ini akan memberitahukan kepada Anda kemana arah yang sedang Anda tuju! Tidak ada alasan apapun untuk yang satu ini! Tuhan memaksudkan bahwa hubungan seks hanya untuk suami dan istri di dalam sebuah pernikahan kudus!
Ingatlah ini:
Sangatlah mudah untuk menemukan “pasangan yang salah”. Dibutuhkan mengetahui siapa diri Anda sebenarnya, doa yang setia dan kesabaran untuk menemukan yang tepat! Isilah hidup Anda dengan hal-hal yang Anda sukai, bacalah Alkitab maka Anda akan mampu untuk dapat mengikuti kehendak Tuhan di dalam hidup Anda.
Tuhan ingin supaya ANDA memiliki hidup luar biasa seumur hidup Anda dengan pasangan yang istimewa,… demikian juga kami!
Tuhan Memberkati!
3. Cinta Sejati..!
Penuh Kedamaian, Lemah Lembut dan Baik Hati! Cinta yang sejati menenangkan hati kita dari kekacauan, membuat hati kita merasa lebih santai dan bahagia serta memberikan kehangatan dan kedamaian bagi jiwa kita.

Rendah Hati
Cinta sejati adalah cinta yang rendah hati. Orang yang rendah hati akan menjadi pasangan yang terbaik. Kerendahan hati diri mereka akan menjadi dasar dari kemampuan mereka untuk mencintai.
Jujur dan Penuh kebenaran!
Cinta sejati selalu ingin untuk menjadi jujur setiap waktu! Ini adalah satu-satunya cara agar cinta sejati dapat bertahan. Kejujuran akan membangun kepercayaan. Kepercayaan adalah tulang punggung dari sebuah pernikahan yang baik! Tanpa kepercayaan maka Anda tidak dapat membuat diri Anda menjadi diri Anda yang sebenarnya. Apabila kepercayaan gagal, maka semuanya akan berakhir.

Tidak Mementingkan Diri Sendiri
Cinta sejati adalah seorang “pemberi”. Masing-masing dari pasangan itu menyadari kebutuhan satu sama lain, dan ingin memberi kepada satu sama lain. Pasangan yang tidak mementingkan diri sendiri tahu bahwa mereka harus mencintai satu sama lain seperti Kristus mengasihi gereja-Nya, dengan sikap seorang hamba.
Abadi
Cinta sejati mengikatkan diri mereka yang satu kepada yang lain untuk seumur hidup! Inilah apa yang Tuhan maksudkan untuk sebuah pernikahan. Tidak ada satupun alasan yang cukup kuat untuk mengkhianati “cinta” yang Tuhan sedang berikan bagi Anda. Kesetiaan adalah satu-satunya cara untuk
menguatkan kepercayaan yang dibutuhkan untuk membangun sebuah pernikahan dari tahun ke tahun!
Memberikan Pengharapan!
Cinta sejati selalu menginginkan apa yang terbaik bagi orang lain. Kecemburuan ataupun iri hati tidak pernah masuk ke dalamnya karena cinta sejati hanya peduli untuk melihat yang lain menjadi yang terbaik dari apa yang mereka bisa!
Sabar

Cinta sejati tidak pernah terburu-buru, selalu mengambil waktu untuk melihat melalui setiap situasi. Cinta sejati menunggu satu sama lain, tidak peduli apapun yang terjadi, untuk apapun, dan … kapanpun.
1.. Cinta Sejati Bukanlah!
Apa yang “DUNIA” ingin Anda percayai tentang apa sebenarnya CINTA itu!
SEKS!

Cinta sejati tidak didasarkan pada cinta secara seksual. Banyak orang yang mencampuradukan CINTA dengan seks, dan ini adalah kondisi yang sangat menyedihkan. Mereka yang terikat dengan seks pranikah tidak akan mampu untuk membangun “cinta sejati” ketika emosi mereka telah terikat dengan cinta seksual. Seks adalah anugerah dari Tuhan yang disediakan secara khusus hanya untuk pernikahan! Sebaliknya, mereka yang ingin menikah hanya untuk memenuhi kebutuhan seks, mereka akan selalu dikecewakan! Banyak pasangan yang telah menikah dan sudah memiliki anak, menemukan bahwa mereka hanya memiliki waktu yang sangat sedikit untuk keintiman, terutama dalam masa awal-awal pertumbuhan anak mereka.

Apabila hubungan Anda didasarkan pada seks sebelum dan/atau sesudah menikah, Anda dapat yakin bahwa masalah-masalah akan bermunculan! Cinta sejati yang dikombinasikan dengan cinta seksual antara dua orang yang telah menikah adalah anugerah yang indah dari Tuhan, penting untuk kesatuan dari hubungan itu, tapi BUKAN tujuan akhir dari “kehidupan pernikahan!” Apabila Anda menyimpan sesuatu dari artikel ini ke dalam hati Anda, maka adalah harapan saya yang paling tulus bahwa Anda mendengar pesan kami. Pernikahan lebih dari sekedar “SEKS”! Membuat hal ini sebagai prioritas Anda atau mendasarkan pernikahan Anda akan SELALU membawa Anda kepada kekecewaan. Jagalah agar seks tetap ada dalam perspektif yang Tuhan inginkan! Bila tidak, maka Anda akan mendapati diri Anda tidak pernah merasa puas.. dan hasilnya sangat merusak!

Apa Yang Anda Lihat!
Cinta sejati TIDAK ditemukan dari apa yang terlihat dari luar! Anda pernah mendengar cerita lama… “Anda tidak dapat menilai buku yang bagus dengan melihat sampulnya!” Menikahi seseorang karena mereka tampan/cantik dan itu sesuai dengan Anda, tidak akan memberikan Anda kebahagiaan! Cinta sejati melihat seseorang dari dalam, dimana terdapat “kecantikan sejati”, jangan membuat kesalahan untuk yang satu ini! Orang-orang yang “kelihatan” biasa-biasa saja dari luar akan menjadi lebih dari biasa-biasa saat Anda mengetahui siapa sebenarnya diri mereka yang ada di dalamnya. Ada banyak, banyak lajang yang akan menjadi pasangan yang luar biasa, tetapi diremehkan hanya karena mereka tidak dapat menjadi cover dari majalah kesukaan Anda. Dengan berfokus hanya pada apa yang nampak di luar akan membawa kita kepada kekecewaan! Intinya disini adalah bahwa cinta yang sejati terletak jauh di dalam hati, TIDAK PERNAH di luar! Kita harus mengubah pandangan mata kita jauh ke dalam ketika kita sedang mencari pasangan untuk seumur hidup. Apa yang tidak Anda lihat.. adalah apa yang akan Anda dapatkan!

Menyelamatkan!
Cinta sejati TIDAK menghancurkan hidup Anda hanya karena seseorang memiliki masalah. Semua orang bertanggungjawab atas hidup, tindakan, dan keputusan-keputusan mereka sendiri. Apabila keputusan seseorang membuat Anda “gila” atau Anda mencoba untuk mengendalikan kelakuan mereka, Anda cenderung untuk menyakiti diri mereka dan juga diri Anda sendiri. Cinta sejati hanya ada pada orang yang dapat mengurus diri mereka sendiri. Apakah Anda meletakkan hidup dan kebahagiaan Anda dalam keadaan yang berbahaya hanya karena kelakuan buruk orang lain? Apabila Anda mempertimbangkan hendak menikah dan saat ini Anda sendiri sedang tidak bahagia, mengendalikan, atau sedang berusaha menyingkirkan kelakuan buruk seseorang, maka Anda akan membawa diri Anda ke dalam dunia yang penuh dengan penderitaan! Ini bukanlah CINTA jika Anda berusaha “menyelamatkan” seseorang dari keputusan mereka sendiri!! Semua orang harus menerima konsekuensi dari tindakan-tindakan mereka sendiri! Anda tidak dapat ‘menyelamatkan’ seseorang dari diri mereka sendiri.

Mementingkan Diri Sendiri!

Cinta sejati TIDAK mementingkan diri sendiri! Orang yang mementingkan diri sendiri akan menjadi pasangan yang sangat buruk! Cinta sejati hanya dimiliki oleh orang-orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Mereka tahu bahwa mereka akan menemukan kebahagiaan saat mereka memberi kepada yang lain. Tidak ada kebahagiaan yang lebih baik di dunia ini daripada kebahagiaan karena memberi. Orang yang mementingkan diri sendiri hanya peduli pada diri mereka sendiri, apa yang mereka miliki dan inginkan. Memenuhi kebutuhan satu sama lain sangatlah penting dalam pernikahan yang sehat. Sangatlah mustahil bagi orang yang egois untuk dapat memberikan apa yang ANDA butuhkan karena kebutuhan mereka selalu lebih penting!

Mementingkan Uang!
Cinta yang sejati TIDAK dapat diukur dengan uang! Tidak ada uang dalam jumlah berapapun yang dapat memberikan cinta sejati kepada Anda. Cinta akan uang adalah “akar dari segala kejahatan!” Uang dapat membuat orang melakukan apa yang biasanya tidak mereka lakukan. Bila Anda berpikir
Anda harus menikah demi uang untuk menemukan cinta, untuk memiliki pernikahan yang baik, dan/atau agar semua masalah Anda berakhir, maka Anda sangat salah! Masalah-masalah hanya akan menjadi jauh lebih mahal dengan uang!
Harga Diri yang rendah!

Cinta sejati TIDAK ditemukan pada kepercayaan diri yang tidak sehat! Berapa banyak orang di dunia ini yang percaya bahwa cinta akan membuat mereka bahagia? Apabila Anda tidak bahagia sekarang, maka tidak akan ada satu orangpun yang dapat memberikan kebahagiaan bagi Anda! Anda harus enemukan cinta dalam diri Anda sebelum Anda dapat mencintai seseorang sebagaimana seharusnya. Ada dongeng yang sangat menyesatkan dimana dikatakan “temukan saja seorang pria atau wanita” maka Anda akan bahagia. Pernikahan yang bahagia ditemukan pada dua orang yang telah mencintai diri mereka sendiri dan peduli akan siapa diri mereka saat ini. Mereka tidak mencari pasangan untuk “membuktikan” bahwa mereka dapat dicintai.

Sebaliknya, ketika Anda menyadari bahwa Anda sangat berharga… maka Anda akan membuat pilihan-pilihan yang lebih baik. Orang-orang yang menyakiti dan yang merasa tidak dicintai seringkali akan berbalik kepada orang yang pertama kali datang kepada mereka untuk mengisi kehampaan yang mereka rasakan. Kebanyakan hal ini tidak menghasilkan pernikahan yang sehat. Apabila Anda mendapati diri Anda dalam situasi yang seperti ini, maka Anda perlu melangkah mundur sejenak dari hubungan Anda dan bekerja ke dalam diri Anda untuk mencari akar dari keti dakbahagiaan Anda. Sampai saat itu… maka Anda tidak akan mampu membuat keputusan terbaik yang layak Anda terima untuk diri Anda sendiri!
Penyiksaan secara Verbal Atau Fisik!

Cinta yang sejati tidak menyakiti! Tidak diragukan lagi, tindakan pelecehan dalam bentuk apapun yang dilakukan seseorang BUKANLAH CINTA! Cinta adalah kelembutan dari hati manusia! Cinta tidak menghasilkan kesakitan. Rasa sakit yang dikatakan “atas nama cinta” sangatlah jauh dari kebenaran yang dapat Anda peroleh. Cinta selalu membangun, dan tidak pernah menjatuhkan! Pelecehan secara verbal maupun fisik dengan penuh kesakitan dapat dikatakan sebagai kelainan tanpa peduli alasan apa yang menyebabkannya.

Penyiksaan dalam bentuk apapun sebelum pernikahan dapat dipastikan akan terus berlanjut sampai kepada pernikahan. Konseling bagi pelaku pelecehan adalah SATU-SATUYA langkah yang harus diambil!
Dimanakah Cinta dalam hidup Anda hari ini? Apabila Anda pernah ragu apakah Anda telah menemukan “cinta yang sejati” maka cobalah untuk membaca 1 Korintus 13. Disana Anda akan menemukan apa yang Tuhan katakan mengenai Cinta, bagaimanapun, Dia adalah Cinta itu sendiri!

Apabila Anda masih belum menikah, tolonglah ambil waktu untuk membuat pilihan yang tepat dalam memilih pasangan seumur hidup Anda. Hidup Anda dan orang-orang yang ada di sekitar Anda akan dipengaruhi oleh pilihan ini. Membuat “pilihan yang tepat” untuk diri Anda mengharuskan Anda untuk melihat secara obyektif diri Anda sendiri dan orang yang akan Anda nikahi. Apabila Anda berkata kepada diri Anda sendiri “Yah, aku kan bisa bercerai!”
Berhentilah sekarang dan ujilah kembali keputusan yang Anda buat! Anda harus menyadari bahwa pasangan hidup Anda adalah untuk seumur hidup. Tuhan tidak berkenan dan sangat membenci perceraian dan itu untuk alasan yang baik karena kehancuran yang dihasilkannya akan berlangsung seumur hidup, bahkan untuk generasi yang akan datang!

Semua orang layak untuk memperoleh kebahagiaan. Tuhan menginginkan agar Anda menjadi bahagia. Ambillah waktu untuk mencari pasangan hidup yang tepat bagi diri Anda. Ijinkan Tuhan untuk bekerja dalam diri Anda dan dalam diri orang lain sehingga suatu hari nanti Anda berdua akan dapat disatukan dalam suatu kesatuan yang sempurna seperti apa yang Bapa inginkan bagi Anda. Anda TIDAK AKAN pernah MENYESAL harus menunggu ketika Anda telah menemukan “ORANG YANG TEPAT”!
Tuhan Memberkati Anda!

“Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah kasih.” 1 Korintus 13:13

Apa Alkitab Itu?

Etimologi

Istilah Alkitab berasal dari kata “Al-Kitab” (bahasa Arab) yang berarti “buku” atau “kitab”. Dalam bahasa bahasa Inggris disebut the Bible atau Holy Bible yang berarti Kitab Suci, yang diambil dari kata Yunani, “biblos” – Kitab.

Alkitab adalah Kitab Suci yang diinspirasikan/diilhamkan Allah kepada para penulis sehingga mereka menulis kitab Suci sesuai dengan keinginan Allah, tanpa salah, secara keseluruhannya, bukan hanya dalam bentuk pikiran, tetapi juga kata-katanya adalah pilihan Allah, secara sempurna.

Kanon Alkitab

Kata kanon berasal dari akar kata “reed” atau buluh (bah. Inggris “cane”; bah Ibr. “Ganeh”; bah. Yunani “kanon” dan bah. Indonesia diterjemahkan “patok”). Kata “kanon” dalam kaitannya dengan Alkitab berarti “daftar kitab-kitab yang diterima/diakui secara sah.” Alkitab adalah sebuah ukuran yang telah ditetapkan, atau sebuah ukuran yang telah pasti, yang tidak boleh ditambahkan maupun dipendekkan.

Alkitab terdiri dari 66 bagian yang disebut dengan kitab, 39 PL dan 27 PB. Ditulis dalam kurun waktu 1500 tahun, dari tahun 1500 BC – 100 AD oleh 35 penulis selama lebih dari 35 generasi, dari segala lapisan masyarakat. Ditulis diberbagai tempat yang berbeda dalam waktu yang berbeda-beda. Ditulis dalam dua bahasa yang berbeda: Bahasa Ibrani (PL) dan Yunani (PB).

Kriteria Kanon Alkitab

Enam pertanyaan yang diajukan untuk menerima atau menolak apakah kitab itu bersifat kanonik atau tidak:

1. Apakah kitab itu ditulis oleh Nabi dan Rasul Allah? (Ul. 18:18; 1br. 1:1; 2 Pet. 1:20-21).
2. Apakah isinya harmonis?
3. Apakah kitab itu diteguhkan oleh tindakan Allah? (Markus 16:20; Ibrani 2:4).
4. Apakah isinya mengatakan kebenaran tentang Allah? (Ulangan 18:22; Galatia 1:8).
5. Apakah kitab itu memiliki kuasa Tuhan? (Ibrani 4:12).
6. Apakah kitab itu diterima oleh umat/jemaat Tuhan? (1 Tesalonika 2:13).

Pandangan Allah tentang Firman-Nya

Pandangan apa pun yang bisa dipertanggungjawabkan mengenai suatu keyakinan Kristen seharusnya didasarkan pada apa yang Allah katakan tentang keyakinan tersebut. Pandangan Allah tentang firmanNya dapat dibagi menjadi empat kategori umum: otoritas, kejelasan, keperluan, dan kecukupan.

o Otoritas Alkitab

Semua kata di dalam Alkitab adalah kata-kata Allah. Oleh sebab itu, tidak mempercayai atau menaatinya sama dengan tidak mempercayai atau menaati Allah sendiri. 2 Timotius 3:16, menjelaskan bahwa seluruh tulisan di dalam Alkitab diilhamkan/diinspirasikan/dinafaskan oleh Allah. Kata-kata dalam Alkitab diilhamkan Allah secara langsung kepada penulis (Why 2:1, 8, 12), melalui wawancara dan riset (Lukas 1:1-4). Dan pada kesempatan yang lain, Roh Kudus memberikan inspirasi dalam pikiran penulis tentang apa yang telah diajarkan Yesus.

Bagaimanapun cara kata-kata itu sampai kepada penulis, kata-kata yang dituliskan itu merupakan suatu perluasan dari mereka – kepribadian, keahlian, latar belakang, dan pengalaman mereka. Namun, kata-kata itu juga sepenuhnya merupakan kata-kata yang Allah ingin mereka tuliskan- kata-kata yang dinyatakan Allah sebagai kata-kataNya sendiri.

Jika Allah menyatakan bahwa kata-kata dalam Alkitab adalah kata-kataNya sendiri, maka jelas bahwa tidak ada otoritas tertinggi lain selain Alkitab itu sendiri. Kata-kata di dalam Alkitab lebih dari sekedar kebenaran; kata-kata itu adalah kebenaran itu sendiri (Yoh 17:17). Oleh sebab itu, segala sesuatu yang sesuai dengan Alkitab adalah benar dan segala sesuatu yang tidak selaras dengan Alkitab adalah tidak benar.

Jika Alkitab mengiyakan sesuatu yang bertentangan dengan fakta, maka Alkitab tidak dapat dipercaya. Dan jika Alkitab tidak dapat dipercaya, maka Allah sendiri juga tidak dapat dipercaya. Mempercayai bahwa Alkitab menegaskan suatu yang salah sama dengan tidak memepercayai Allah sendiri. Tidak mempercayai Allah sendiri berarti menempatkan diri Anda sebagai otoritas yang lebih tinggi dengan pengertian yang lebih dalam terhadap topik itu daripada Allah sendiri.

Oleh sebab itu, karena Alkitab menegaskan bahwa dirinya adalah perkataan Allah sendiri, maka kita harus berusaha untuk memahami kata-kata itu, karena dengan melakukannya, kita berusaha memahami Allah sendiri.

o Kejelasan Alkitab

Alkitab ditulis sedemikian rupa sehingga semua hal yang diperlukan untuk menjadi seorang Kristen, hidup sebagai orang Kristen, dan bertumbuh sebagai orang Kristen menjadi jelas. Firman Allah itu sedemikian jelas dan dapat dipahami sehingga orang tak berpengalaman sekalipun dapat dibuatnya menjadi bijak. Akan tetapi, hal-hal yang dari Allah hanya dapat dinilai secara rohani (1 Korintus 2:14).

Ketika seseorang tidak setuju dengan penafsiran yang benar dari kitab suci, masalahnya tidak terletak pada Kitab Sucinya, karena Allah-lah yang membimbing proses penulisannya sehingga pasti dapat dipahami. Namun, masalahnya ada pada kita. Kadang kala karena keterbatasan kita, kita gagal memahami dengan benar apa yang secara khusus diajarkan Alkitab. Karenanya, kita harus berdoa sebelum membaca Alkitab, meminta Tuhan menyatakan kebenaran kata-kataNya kepada kita.

o Pentingnya Alkitab

Sungguh suatu hal yang benar bahwa segala sesuatu yang diperlukan untuk menjadi orang Kristen, hidup sebagai orang Kristen, dan bertumbuh sebagai orang Kristen disajikan secara jelas dalam Alkitab. Apa makna/arti hidup, apa tujuan hidup, bagaimana menjalani kehidupan itu sudah Tuhan firmankan dalam Alkitab. Tanpa Alkitab kita tidak dapat mengetahui hal-hal ini.

Namun, hidup Kristen tidak hanya dimulai dengan Alkitab, tetapi harus selalu berjalan seturut dengan Alkitab. Matius 4:4, “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” Sama seperti tubuh jasmani kita memerlukan makanan jasmani setiap hari, demikian juga tubuh rohani kita memerlukan makanan dari firman Allah setiap hari. Mengabaikan pembacaan Alkitab secara teratur akan menurunkan kesehatan jiwa dan rohani kita.

o Kecukupan Alkitab

Kurang lebih 50 persen isi Alkitab meliputi sejarah manusia. Kurang lebih 25 persen Alkitab berisi perintah untuk hidup di masa kini, kira-kita 25 persennya lagi berisikan nubuat-nubuat yang telah, sedang dan akan digenapi. Dan 100 persen semuanya adalah firman Tuhan.

Alkitab berisi semua perkataan atau kehendak Allah. Semua yang diperlukan untu menjalani kehidupan yang berhasil/sukses, baik di dunia maupun di sorga telah ditulis dalam Alkitab (2 Tim. 3:16-17). Inilah makna bahwa kitab suci adalah “cukup”.

Abraham Lincoln

Presiden AS ke-16“Andai tidak ada Alkitab, kita tidak akan tahu mana yang baik
dan mana yang jahat”

John Adams

Presiden AS ke-2 berkata, “Saya jadikan kebiasaan menbaca habis Alkitab setiap tahun. Saya melakukannya beberapa tahun.”

Ulys S. Grant

Presiden AS ke-18 berkata, “Berpeganlah teguh pada Alkitab sebagai sauh kebebasan anda; tulislah ajarannya dalam hati anda dan terapkan dalam kehidupan anda.”

Theodore Roosevelt

Prsiden AS ke-26 berkata, “Jika orang tidak femiliar dengan Alkitab, maka ia rugi besar dan sebaiknya, ia cepat-cepat berusaha memperbaiki kesalahannya itu.”

Ronald Reagen

Presiden AS ke-40, berkata, “Di dalam Alkitab terdapat semua jawaban untuk masalah yang pernah diketahui oleh manusia. Saya berharap bangsa Amerika akan membaca dan mempelajari Alkitab. Keyakinan kokoh saya ialah bahwa nilai abadi yang disajikan dalam halaman-halaman Alkiab mempunyai makna yang besar bagi masing-masing kita. Alkitab bisa menyentuh hati kita, memerintahkan pikiran kita, dan menyegarkan jiwa kita.

Sumber: The Encyclopedia of Religius Quotations

Surat Efesus 5:22

Dalam kristen yang alkitabiah, wanita ditentukan oleh Allah ada di sisi pria bukan hanya sebagai alat pemuas seksual, namun sebagai sepadan yang dapat menolongnya dan pemberi nasehat.
Sehingga kristen yang alkitabiah akan menjunjung hak dan derajat wanita dengan sangat baik menyamai pria.

Apakah Yang Diajarkan Alkitab Mengenai Istri ?

Surat Efesus 5:22, mengajarkan, “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamat-kan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.”

Dan dalam masalah seks sesungguhnya Rasul Paulus sudah menuliskannya dengan cara yang sangat halus, dengan makna yang sangat dalam. “Baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajiban-nya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. (1 Korintus 7:2-4).

Ungkapan “Hendaklah suami memenuhi kewajiban-nya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya” tidak perlu dijelaskan lagi, karena yang waras pasti sudah tahu maksudnya. Selanjutnya ungkapan “Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya,” mungkin ada yang masih bingung bahwa apa yang dimaksudkan oleh Paulus.

Sebenarnya maksud Paulus, yang berkuasa dan berhak atas tubuh istri itu sang suami bukan istri, demikian juga dengan tubuh sang suami. Artinya, tidak ada istri yang menolak suaminya, demikian juga tidak ada suami yang menolak istrinya dalam seks.

Tentu dengan pengertian dalam keadaan sehat. Banyak suami yang beralasan bahwa baju di dalam lemari tidak siap pakai maka mereka terpaksa beli baju di mall. Kalimat tersebut sesungguhnya juga termasuk seorang suami tidak boleh mempunyai lebih dari satu istri karena tubuhnya adalah milik istrinya. Ia tidak boleh memakai tubuhnya untuk perempuan lain, termasuk tidak boleh dipakai untuk berzinah. Dan tentu tubuh sang istri juga tidak boleh dimiliki oleh laki-laki lain.

Di dalam pelaksanaannya, istri hampir tidak memerlukan kondisi untuk menyediakan tubuhnya, sementara itu perlengkapan laki-laki tidak bisa berfungsi tanpa kondisi tertentu. Ketika seorang wanita dan pria mengikat janji sebagai suami istri dan berjanji untuk mematuhi Alkitab, ayat-ayat ini termasuk bagian Alkitab yang harus dipatuhi.

Ajaran Alkitab Yang Tidak Dimiliki Agama Lain

Hanya di dalam Alkitab terdapat perintah kepada suami, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Efesus 5:25).

Agama lain hanya memerintahkan istri tunduk habis kepada suaminya. Ada yang mengajarkan sang suami boleh menikah hingga empat istri. Bahkan ada yang tidak dibatasi sehingga kalau mampu boleh punya istri sebanyak-banyaknya
Dalam kristen yang alkitabiah, wanita ditentukan oleh Allah ada di sisi pria bukan hanya sebagai alat pemuas seksual, namun sebagai sepadan yang dapat menolongnya dan pemberi nasehat.

Sehingga kristen yang alkitabiah akan menjunjung hak dan derajat wanita dengan sangat baik menyamai pria.

Suami juga harus mengasihi istri

“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Ef. 5:25). Perhatikan berbagai cara seorang suami dapat mengasihi istrinya:

(1) Dengan mengucapkan kasihnya dan mengekspresikan kasih kepadanya dalam cara-cara yang dapat dirasakan (Ef. 5:25).

(2) Dengan tidak bersikap pahit atau penuh kritikan kepadanya
(Kol. 3:19; Ef. 5:28-29).

(3) Dengan setia kepadanya dalam hal moral (Ibr. 13:4).

(4) Dengan menyediakan kebutuhannya dan keluarga
(1 Tim. 5:8).

(5) Dengan membantunya belajar Alkitab dan bertumbuh secara rohani (Ef. 5:25-26)
(memimpin keluarga setia bergereja, membaca Alkitab bersama, membantunya dalam hal renungan pribadi, membagi pikiran-pikiran tentang Tuhan).

(6) Dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya (Ef. 5:28) (makanan yang baik, kebutuhan kesehatan, vitamin, olahraga).

(7) Dengan memimpin dan mengawasi pendisiplinan dan pendidikan anak-anak (Ef. 6:4).

(8) Dengan mengerti dan bersimpati dengan kelemahan-kelemahannya
(1 Pet. 3:7).

(9) Dengan menjaga kesaksian Kristiani yang baik sebagai contoh baginya sehingga dia tidak pernah perlu malu (Ams. 12:4 benar bagi suami selain untuk istri).

PELAYANAN WANITA YANG MENYENANGKAN ALLAH

Keputusan  Lucifer untuk memasukkan  kesesatannya  melalui  Hawa tidak pernah dia sesali.  Kepintaran Lucifer tentu di atas kita semua. Lucifer  tahu persis komposisi Hawa yang dibuat dengan lebih  banyak unsur perasaan daripada logika.  Lucifer  melihat  peluang  untuk  menyesatkan  manusia  lebih  besar  pada  Hawa daripada Adam  yang  tercipta  dengan  unsur logikanya  lebih  dari  perasaan.


Wanita  Makhluk  Hebat
Hawa  adalah  ibu  dari  semua  manusia yang  lahir  kemudian.  Ia  dan  semua  wanita diciptakan  untuk  melahirkan anak  dan  membesarkan  anak  untuk  memenuhi  bumi.  Ini adalah  tugas  yang  sangat  besar  dan  sangat agung.  Keadaan  manusia  berikut  akan sangat tergantung pada para wanita. Karena semua manusia akan dilahirkan oleh wanita dan dibesarkan oleh wanita. Wanitalah yang menentukan  kondisi  dunia  dengan anak-anak yang mereka lahirkan dan besarkan. Untuk mengandung, melahirkan dan membesarkan anak, diperlukan  pribadi  yang sangat  istimewa. Pribadi tersebut  harus dirancang sedemikian  rupa  karena  tugasnya yang sangat penting. Diperlukan  pribadi yang sempurna  dan sangat cocok  untuk tugas yang  sangat besar itu. Ketika  mengandung bayi, sang ibu harus memiliki kondisi tubuh  yang sangat  menunjang. Dan setelah melahirkan, ia  harus memiliki kondisi  tubuh serta  emosi  yang  cocok  untuk  pengasuhan anak.
Bayi  yang  masih kecil mungil sangat membutuhkan ibu yang  penuh  perasaan, bukan yang cuma memberi air  susu.  Air  susu bisa  digantikan dengan susu formula atau susu  binatang, tetapi emosi  seorang  ibu  tidak bisa  digantikan  dengan  apapun. Tuhan menciptakan binatang  dengan bayi yang dalam beberapa menit bisa berjalan bahkan bisa menghindari musuh pemangsa mereka. Tetapi  bayi  manusia  memerlukan  waktu pengasuhan  yang  sangat  panjang.
Pada  saat  bayi  hadir  ke  dunia  yang  serba asing  baginya,  ia  hanya  mengandalkan ibunya  yang  telah  dikenalnya  sejak  dari kandungan.  Oleh  sebab  itu  bayi  hingga sekitar  satu  setengah  tahun  sangat  melekat kepada  ibunya,  dan  akan  menangis  ketika digendong  oleh  orang  yang  tidak  dikenalnya.  Pernah  terjadi  di  suatu  waktu  ketika seorang bayi dari alumni dibawa ke Graphe dan digendong bergilir oleh mahasiswa dan mahasiswi. Bayi  itu  kebingungan  dan  segera menangis.  Ketika  bayi  tersebut  menangis, mereka  segera  menyerahkannya  kembali kepada  ibunya. Tetapi  karena  digendong menghadap orang  lain,  bayi  tersebut  tetap menangis.  Kebetulan  saya  ada  di  tempat, maka  saya  menyuruh  ibunya  membalik bayinya  agar  menghadapnya  supaya  sang bayi tahu bahwa sekarang ia sudah kembali kepada  ibunya. Ketika  itu  dilakukan, sang bayi  langsung  berhenti  menangis.


Allah  telah  melengkapi  wanita  dengan segala  sesuatu yang  dibutuhkan  seorang ibu. Ibu  tidak  dirancang untuk menebang pohon, juga  tidak  dirancang  untuk  membangun bahtera  atau  membangun  gedung. Allah tidak  merancang wanita untuk mengangkat batu,  atau  menjadi  supir  bus  yang  siap  mengganti bannya yang kempis. Memang semua tugas  tersebut  bisa  juga  dilakukan  oleh wanita. Tetapi  dari  tujuan  penciptaannya, Allah  telah  menyatakan  bahwa  tugasnya ialah  menolong Adam.  Berarti  bisa saja ia menolong  Adam  membangun  rumah  dan lain  sebagainya. Namun Allah tidak  pernah merancang wanita untuk  melakukan pekerjaan-pekerjaan  yang bersifat menarik otot atau  yang menyerempet bahaya. Tentu wanita  boleh  membantu  pria  melakukan pekerjaan-pekerjaan  pria  namun  wanita harus  selalu  ingat  tugas  utamanya. Manusia  itu  memberi  nama  Hawa  kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi  ibu  semua  yang  hidup  (Kej.  3:20).


Melahirkan,  Membesarkan dan  Mendidik
Anak-anak  dikandung  dan  dilahirkan oleh  seorang  ibu.  Kemudian sang  ibu  membesarkannya  dengan  air susu dan segala masakannya. Dan yang tidak  kalah penting ialah sang ibu perlu mendidik anak-anaknya.  Sekalipun  mengandung dan  melahirkan  anak  itu  sulit, namun waktunya  lebih singkat jika dibandingkan dengan membesarkan  dan  mendidiknya.  Kesehatan  jasmani  sang ibu  akan  mempengaruhi kesehatan  jasmani  sang  anak,  demikian juga  kepintaran  sang  ibu  juga  akan mempengaruhi  kepintaran  anaknya. Sang Pencipta sengaja menaruh emosi untuk kasih sayang  lebih  besar pada wanita karena  untuk  membesarkan  anak  sangat diperlukan  kasih  sayang. Kasih  sayang seorang  ibu  kepada  anak-anaknya  selain instinktif  juga  adalah buah dari emosinya. Satu-satunya  kasih  yang  lebih  besar  dari kasih  ibu  kepada  anak  hanyalah  kasih  Allah Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi   anak  dari   kandungannya? Sekalipun  dia  melupakannya,  Aku tidak  akan  melupakan  engkau  (Yes. 49:15).
Karena  tingkat  emosi  dan  perasaan yang  tinggi  maka  secara  positif  itu  akan menghasilkan sikap proteksi tinggi kepada bayi atau anaknya. Kelebihan ini  juga akan memungkinkan  seorang  wanita  sanggup mengerti perasaan anak  bahkan bayi yang belum  bisa  berbicara.  Sesungguhnya  ada banyak  hal  dalam  diri  seorang  anak  yang tak  terungkapkan  melalui kata-kata, melainkan terekspresikan  melalui tingkah  laku mereka.  Seorang  pria  yang  lebih  terarah pada  logika  daripada  perasaan  akan  sulit menangkap  gejolak  dalam  diri  anak  yang tak  terucapkan.  Semua  ini  menjadikan seorang wanita lebih  tepat  dalam mendidik anak  daripada seorang  pria, karena seorang wanita jauh  lebih  dapat memahami gejolak jiwa anak-anak. Laki-laki lebih cenderung memberikan  solusi  nalar  dan  pengajaran-pengajaran  yang  bersifat  logika  dan  ilmu pengetahuan. Seorang ibu sangat tepat sebagai peletak  dasar emosi  anak-anaknya.  Ibulah  yang menjadi  pengarah  pertama  dalam  hidup seorang  anak  untuk  sesuatu  yang  menjadi pilihan  hidupnya  ketika  ia  dewasa  kelak. Seorang ibu adalah pemula dalam membuka  cakrawala  pandangan  anak  terhadap dunia  sekelilingnya.  Satu-persatu  model kehidupan  diperkenalkan  seorang  ibu kepada  anak-anaknya.  Ketika seorang  ibu memberi nilai  kepada  tiap-tiap  kehidupan yang pertama diperkenalkan kepada anaknya,  saat  itulah  benih  model  kehidupan yang akan dilakoninya di masa yang akan datang  bisa  ditanamkan.


Konkritnya, seorang  anak  akan  bertumbuh  sambil  mengenal dokter,  perawat, pengacara,  hakim,  polisi,  tentara,  guru, pedagang,  penginjil,  gembala,  pegawai, supir,  pilot  dan  lain  sebagainya.  Tentu seorang  anak  yang  masih kecil  tidak  tahu apa  yang  akan  menjadi  pilihannya  di kemudian hari. Semua opsi terpaparkan ke hadapannya,  dan  ia  tidak  bisa  mundur untuk  tidak  menjadi  siapa-siapa,  ia  harus memilih  salah  satunya.  Ibu  adalah  orang pertama  yang  meletakkan nilai  tentang  seorang  pebisnis  atau seorang  pengkhotbah.
Mempersiapkan  Anak-anak Melayani  Tuhan
Sudah sangat banyak cerita klasik ibu-ibu  yang  berhasil  mempersiapkan  anak-anak  mereka  untuk  melayani  Tuhan.  Semua itu  diawali  dengan  pandangan  (visi)  yang jelas  tentang  pelayanan  dan  beban  pelayanan  itu  sendiri.  Hanya  ibu  yang  mengasihi Tuhan dan yang sangat rindu melayani Tuhan  yang  dapat  mengarahkan  anak-anaknya  untuk  melayani  Tuhan. Ketika  zaman  semakin  berubah  oleh film  dan  televisi,  hal  yang  paling  menyedihkan  ialah  perubahan  drastis  para  wanita. Karena sifat wanita yang lebih berat ke aspek  emosi,  efek  sampingnya  ialah  gam-pang  jatuh  ketika  perasaan  mereka  dikobarkan.  Asal ada  pihak  yang  berani  memuji seorang  wanita  dengan  gombal  dan  tidak putus  asa,  maka  wanita  itu  akan  jatuh  ke tangannya.  Ketika  seorang wanita  dipuji, gejolak  perasaan  di  dalam  dirinya  bergelora  dan  itu  bisa  mematikan  seluruh  akal sehatnya. Seturut dengan perubahan gaya hidup wanita-wanita  dunia,  wanita  Kristen  ternyata tidak kebal. Makin hari semakin banyak  wanita yang  mengejar karier  di  berbagai  bidang pekerjaan, otomatis  waktu dan perhatian  untuk  mengasuh  anak  semakin berkurang. Hal  demikian  merembes ke gereja juga, sehingga gairah para wanita untuk melayani sekolah minggu anak-anak semakin berkurang. Mereka semakin tidak menjiwai  peran  sebagai  ibu  dan  pendidik awal anak-anak. Banyak wanita lebih  mengejar  menjadi  pemimpin  pujian  bahkan berkhotbah  daripada  mengajar  anak-anak.


Iblis  berhasil  menghasut  wanita  meninggalkan  kodrat  dan  pelayanan  utamanya untuk  mengejar  pelayanan  yang  tidak  diijinkan  Allah. Seharusnyalah  perempuan  berdiam diri  dan  menerima  ajaran  dengan  patuh.  Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah  ia  berdiam  diri. (I Tim.  2:11-12). Iblis menyusupkan agennya untuk menjadi pemimpin gereja dan menafsirkan ayat  di  atas  bahwa  ayat  tersebut  adalah karena  wanita saat  itu  belum  berpendidikan. Kini  setelah wanita berpendidikan maka ayat tersebut  tidak  berlaku  lagi. Padahal,  selagi  istri  harus  tunduk  kepada suami  dan suami  mengasihi  istri sesuai Efesus 5:22-25, maka di gereja seharusnya tidak boleh terjadi kebalikannya yaitu istri mengkhotbahi suaminya dan suami  orang lain. Karena  semakin  tidak  ada  ibu  yang mengasihi Tuhan serta yang terbeban pada pelayanan, efeknya  adalah  semakin berkurangnya orang yang mempersembahkan dirinya untuk menjadi pelayan Tuhan. Karena  jika  ibu-ibu  tidak  mengharapkan apalagi  mendorong  anak-anak  mereka untuk mempersembahkan  diri  mereka, sebaliknya  mereka  mengharapkan  anak-anak  mereka  mengejar profesi  lain,  maka gereja  pasti  akan  makin  kekurangan pelayan  Tuhan. Jangankan  bertambah jumlah  gereja, bahkan  gereja  yang  sudah  ada kini  banyak  yang  kesulitan mendapatkan pelayan Tuhan. Gejala ini  paling  menyolok di  kalangan  gereja-gereja Tionghoa. Terutama di  Kalimantan  Barat, sejak euforia reformasi di mana Vihara  dan Klenteng di mana-mana  di pugar, di perindah dan ditambah, orang-orang  Tionghoa  Kristen justru  kehilangan  semangat  untuk  Tuhan.


Jika  pembaca  menelusuri  sepanjang  jalan dari Pontianak hingga Sambas, pasti dapat menyaksikan  Vihara  dan  Klenteng  yang merah megah, sementara  itu  gereja  dalam kondisi  “pingsan  lemas”. Jika  tidak  ada rasa  miris  dan  sedih  di  hati  Anda  ketika menyaksikan  pemandangan  demikian, saya  dapat  pastikan  bahwa  Anda  bukan orang  yang  mengasihi  Tuhan,  bahkan sangat  mungkin  belum  lahir  baru. Dimanakah  ibu-ibu  yang  seperti  ibunya  C.H.  Spurgeon? Dimanakah  ibu-ibu yang  seperti  ibunya  Felix  Mann,  yang meneguhkan  hati  putranya  ketika  musuh kebenaran  membawanya  untuk  ditenggelamkan  di sungai Limnat? Ibu-ibu  abad 21 sudah terlalu  canggih, dan terlalu  sibuk dengan jadwal  belanja di mall, jadwal  untuk pedicure  dan  pengecatan  rambut  di  salon.


Pada  abad  ke-18 terdapat  banyak  ibu yang  menghasilkan  misionari-misionari, dan  pengkhotbah-pengkhotbah  hebat. Bahkan  banyak  di  antara  mereka yang  telah janda,  sambil  memandang  kepada  Allah, mereka  membesarkan  anak-anak  mereka dengan  susah  payah.  Keinginan  mereka terhadap  anak-anak  mereka  bukan  agar mereka  besar  menjadi  konglomerat  melainkan  menjadi  pelayan  Tuhan  yang  setia. Para ibu yang menghasilkan misionari dan  pengkhotbah  hebat  adalah  ibu-ibu  yang mengasihi  Tuhan  dan  yang  giat  melayani Tuhan.  Mereka  tahu  bahwa  pekerjaan pelayanan  yang  terhebat  ialah  melahirkan anak,  membesarkan  mereka,  serta  mendidik  mereka  menjadi  pahlawan  kebenaran. Mereka tahu persis posisi mereka di dalam jemaat,  bahkan  di  dalam  program  Tuhan, yaitu  sebagai  peletak  dasar  kasih  dan keinginan  awal  untuk  melayani  Tuhan  pada anak-anak  mereka.  Mereka  sungguh-sungguh  agung.***
Sumber: Jurnal Teologi PEDANG ROH  Edisi 77