Saya
biasanya tidak pernah menyarankan seorang pemberita (baca: gembala)
untuk berhenti. Bahkan, selama bertahun-tahun saya mencoba mendorong
para pemberita. Melalui persekutuan dan persahabatan, buku, konferensia,
dan khususnya sekolah Alkitab, saya coba mendorong para pemberita
untuk setia dalam pelayanan mereka kepada Tuhan—bahkan pada masa-masa
sulit. Kita memiliki berita penting untuk dibagikan dan kita harus
terus melanjutkan pemberitaan Injil.
Namun,
salah satu tantangan yang kita hadapi dalam bersaksi adalah
meningkatnya jumlah guru-guru palsu pada zaman akhir ini. Tiap hari, ada
pemberita yang menurunkan standar kebenaran dengan mengubah pesan
Allah agar sesuai dengan agenda mereka. Para guru palsu ini merusak
nama Kristus, dan penyalahgunaan Firman Allah oleh mereka ini
benar-benar membingungkan dan menyesatkan orang terhilang.
Keberadaan
guru palsu itulah yang membuat kita hanrus belajar tentang kasih untuk
membedakan. Paulus menjelaskan kepada jemaat di Filipi bagaimana ia
berdoa untuk mereka, “Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah
dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga
kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat
menjelang hari Kristus” (Flp. 1:9-10). Paulus ingin orang percaya
melimpah dalam kasih, tetapi ia menekankan bahwa kasih mereka adalah
kasih yang bisa membedakan.
Ada
pemberita yang memakai nama “Kristen” atau “Baptis,” padahal mereka
sesungguhnya adalah serigala berbulu domba, memakai nama baik mereka
demi kepentingan mereka sendiri. Sejujurnya, mereka harus segera
berhenti. Berikut ini 3 jenis pemberita yang seharusnya berhenti:
Pemberita yang Sensasional (Preachers who sensationalize)
Yudas
16 berbicara tentang orang yang “menggerutu dan mengeluh tentang
nasibnya, hidup menuruti hawa nafsunya, tetapi mulut mereka mengeluarkan
perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk
mendapat keuntungan.” Orang ini menggunakan posisi mereka dalam
pelayanan untuk membuat sensasi atau melebih-lebihkan berbagai hal untuk
membangun diri mereka sendiri. Mereka menggunakan “perkataan-perkataan
yang bukan-bukan” untuk memikat orang lain yang tidak tahu apa-apa
(2Ptr. 2:18). Kata-kata mereka mungkin meyakinkan, namun mereka gagal
untuk memberitakan kebenaran.
Pemberita
yang sensasional menyatakannya untuk mendapatkan pengikut atau
mendapatkan publisitas dengan memromosikan diri sendiri dan menjadi
narsis. Mereka mencoba untuk mendapatkan perhatian dan tidak setia
kepada Firman Allah.
Dua
contoh terbaru yang membuat sensasi adalah Westboro Baptist Church di
Topeka, Kansas, yang protes terhadap pemakaman para prajurit yang tewas
dalam perang, dan juga Terry Jones dan Dove Outreach Center yang baru
saja membakar salinan Koran. Saya tidak menentang protes dan ketegasan
kita untuk berdiri di atas kebenaran Alkitab. Namun, melakukannya
dengan cara penuh kebencian yang mempermalukan dan pura-pura seperti
itu jelas salah dan membuat orang berpaling dari Kabar Baik.
Sesungguhnya, kita harus menjadi garam dunia (Mat. 5:13), tetapi kita
harus juga berbicara kebenaran di dalam kasih (Ef. 4:15).
Pemberita yang Merasionalisasi (Preachers who rationalize)
Ada
banyak rasionalisasi tragis dalam jemaat-jemaat. Para gembala
terkadang sering merasionalisasi dosa yang benar-benar jelas kelihatan
tanpa konfrontasi dalam jemaat untuk menyenangkan orang yang
berpengaruh—secara politik atau keuangan. Paulus membahas masalah
seperti ini di 1 Korintus 5. Jemaat Korintus sadat adanya percabulan
yang terjadi dalam jemaat, tetapi tidak berbuat apa-apa. Gembala harus
mengatasi dosa tersebut secara terbuka atau akan memengaruhi seluruh
jemaat.
Bentuk
lain dari rasionalisasi terjadi ketika gembala sadar adanya situasi
yang genting terjadi dalam jemaat tetapi tidak berbuat apa-apa
mengenainya. Dosa ini sering dilakukan terhadap anak-anak atau orang
kecil. Stiap orang muda layak mendapatkan lingkungan yang penuh kasih
dan perlindungan di rumah dan di jemaat. Jika terjadi kekerasan, para
gembala tidak bisa sekadar merasionalisasinya, “Itu khan masalah
keluarga.” Mereka harus berdiri di antara gap yang ada untuk melindungi
domba muda mereka (Rm. 13:3-4).
Para
pemberita yang merasionalisasi dosa jemaat mendukakan Roh Kudus and
dengan kejam membatasi pelayanan mereka dan kuasa Kristus dalam
masyarakat mereka.
Pemberita yang sesat (Preachers who apostatize)
Para
pengkhotbah ini sering kali merupakan orang yang menyatakan dirinya
fundamentalis, tetapi sesungguhnya tidak pernah selamat atau penuh
dengan kepahitan, dan sekarang berpaling dari kebenaran. Mereka
mempermainkan doktrin dan “memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang
membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus
mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas
diri mereka” (2Ptr. 2:1).
Mereka
mungkin menunjukkan kesalehan (2Tim. 3:5) karena mereka melakukan
pelayanan dan menekankan pelayanan penginjilan, tetapi mereka menyangkal
kuasa Salib karena mereka menolak doktrin utama tentang iman, termasuk
ketuhanan Kristus, inspirasi Alkitab, dan keselamatan oleh anugerah
melalui iman.
Para
guru palsu dan penyesat menggunakan orang untuk memperoleh hasilnya.
Dua Petrus 2:3 berkata tentang mereka: “karena serakahnya guru-guru
palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan
ceritera-ceritera isapan jempol mereka.” Charles Spurgeon dengan bijak
mengamati, “Sungguh fakta mengejutkan bahwa semua bidat yang muncul
dalam jemaat Kristen memiliki kecenderungan untuk tidak memuliakan Allah
dan meninggikan manusia.
Itulah
ketiga jenis pemberita ini—yang mencari sensasi, merasionalisasi, dan
menyesatkan—menyakiti nama Kristus dan membingungkan orang terhilang.
Orang yang menyaksikan inkonsistensi dalam sikap dan kesombongan dalam
berita dan gaya hidupnya membuat mereka tidak ingin menjadi Kristen dan
menolak Kristus.
Kita
harus ber-“siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan
jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari
kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah
lembut dan hormat” (1Ptr. 3:15). Dan di tengah sensasionalisme,
rasionalisasi, dan penyesatan, terkadang pertanggungjawabannya mencakup
penjelasan pada orang yang telah undur atau anggota jemaat mengapa
kita tidak bisa melihat berbagai jenis pelayanan yang salah ini dan
secara alkitabiah menekankan posisi kita pada Injil sejati. Pada masa
kompromi ni, kiranya Allah menganugerahkan kasih karunia dan keberanian
untuk berdiri di jalan yang benar, memegang tinggi panji salib
Kristus! Maju laskar Kristus!
0 Silakan Berkomentar:
Posting Komentar