Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Berapakah jumlah anak-anak Benyamin

Berapakah jumlah anak-anak Benyamin ?
Beberapa kitab di dalam Alkitab menuliskan berbeda.

a. 10 orang (Kejadian 46:21).
b. 5 orang (Bilangan 26:38-39).
c. 3 orang (I Tawarikh 7:6).d. 5 orang (1 Tawarikh 8:1-5).

Beberapa kitab tersebut menuliskan jumlah anak dan nama-nama anak Benyamin berbeda satu dengan yang lainnya.

Untuk mengetahui jawabannya, silakan menyimak pembahasan berikut ini.

* Kejadian 46:21LAI TB, Anak-anak Benyamin ialah Bela, Bekher, Asybel, Gera, Naaman, Ehi, Rosh, Mupim, Hupim dan Ared.KJV, And the sons of Benjamin were Belah, and Becher, and Ashbel, Gera, and Naaman, Ehi, and Rosh, Muppim, and Huppim, and Ard.Hebrew,וּבְנֵי בִנְיָמִן בֶּלַע וָבֶכֶר וְאַשְׁבֵּל גֵּרָא וְנַעֲמָן אֵחִי וָרֹאשׁ מֻפִּים וְחֻפִּים וָאָרְדְּ׃Translit, UVENÊY VINYÂMIN BELA’ VÂVEKHER VE’ASYBÊL GÊRÂ’ VENA’AMÂN ‘ÊKHÏ VÂRO’ SYMUPÏM VEKHUPÏM VÂ’ÂRD Benyamin adalah putra bungsu dari Yakub. Ia disebut בנימין - VINYÂMIN, putratangan kanan oleh ayahnya, meskipun Rahel, ibunya, yang meninggal sewaktu melahirkan dia, menyebut dia בן־אוני - BEN-’ONI, putra kesusahanku (Kejadian 35:18, 24, 42). Setelah Yusuf hilang, Benyamin mendapat tempat utama dalam cinta kasih ayahnya sebagai putra yang masih hidup dari Rahel; hal ini adalah penting dalam penyerahan saudara-saudaranya kepada saudara mereka, Yusuf (Kejadian 42:4, 38, 44).
Suku keturunan Benyamin dalam bahasa Ibrani disebut VINYÂMIN, kata pengelompok, jamak BENE VINYÂMIN, juga BENE YEMINI (1 Samuel 22:7; Hakim-hakim 19:16) dan tunggal BEN YEMINI atau BEN HAYEMINI. Namanyayang mirip BINU (atau MARU) YAMINA mungkin berarti putra-putra orang-orang pengembara di Selatan yang terdapat pada abad 18 sebelum Masehi dalam naskah-naskah Mari, dan beberapa ahli mengira ini asal-usul dari suku dalam Alkitab itu; tapi perbedaan dalam waktu dan asal menjadikan penyamaanitu kurang pasti.Banyak rincian dari silsilah Benyamin dapat ditemukan, meskipun sumber-sumber itu tidaklah lengkap; dalam Kejadian 46:21 dibilang sepuluh keluarga, tapi dalam Tawarikh hanya disebut tiga golongan dan dari yang tiga ini nama Yediael tidak terdapat dalam Pentateukh. Pencatatan kaum Benyamin terdapat dalam Bilangan 26:38 dan ayat-ayat berikutnya, dan juga 1 Tawarikh 8 untuk rincian yang sesuai dengan catatan pada zaman raja.Bilangan 26:38-39 menulis daftar keturunan Benyamin yang terdiri atas Bela, Asybel, Ahiram, Sefufam dan Hufam. Masih ada perbedaan penulisan dalam 1 Tawarikh 8:1, ”Benyamin memperanakkan Bela, anak sulungnya, Asybel, anak yang kedua, Ahrah, anak yang ketiga, Noha, anak yang keempat dan Rafa, anak yang kelima.”

Masih ada lagi 1 Tawarikh 7:6 yang dikutip di atas, ”Anak-anak Benyamin ialah Bela, Bekher dan Yediael, tiga orang.” Mari kita tinjau sepuluh orang anakBenyamin dalam Kejadian 46:21 di atas.

1. Bela, - בלע - BELA’, disebut kembali dalam Bilangan 26:38, 1 Tawarikh 7:6, 8:1, anak sulung.

2. Bekher, - בכר - VEKHER, terdapat juga dalam 1 Tawarikh 7:6 tetapi tidak disebut dalam Bilangan atau 1 Tawarikh 8:1, karena dia bukan keturunan langsung dari Benyamin melainkan cucu, bandingkan dengan 2 Samuel 20:1, Bilangan 26:35. Kata Ibrani בן - BEN tidak hanya berarti anak dari, tapi cucu dari dan keturunan, demikian pula kata ילד - YALAD tidak hanya berarti mengandung dalam pengertian fisik secara langsung, tapi juga berarti menjadi leluhur dari (kata benda ילד - YELED dari kata kerja ini berarti keturunan dalam Yesaya 29:23).

3. Asybel, אשבל - ‘ASYBÊL, tertera dalam Bilangan. Dalam 1 Tawarikh 8:1 dia disebut sebagai anak Benyamin yang kedua, Asybel adalah nama lain atau alias dariYediel (Ibrani, ידיעאל - YEDI’AEL) dalam 1 Tawarikh 7:6.

4. Gera, גרא - GÊRÂ, adalah anak Bela, dengan demikian cucu Benyamin, bandingkan dengan 1 Tawarikh 8:3, 5, 7; Hakim-hakim 3:15, 2 Samuel 16:5.

5. Naaman, נעמן - NA’AMÂN, pun anak Bela, cucu Benyamin, Bilangan 26:40,1 Tawarikh 8:4, 7.

6. Ehi, אחי - ‘ÊKHÏ, adalah Ahiram (Ibrani, אחירם - ‘AKHIRAM dalam Bilangan 26:38, Ahia (Ibrani, אחיה - ‘AKHIYAH) dalam 1 Tawarikh 8:7 dan Ahoah(Ibrani, אחוח - ‘AKHOAH) dalam 1 Tawarikh 8:4; bandingkan dengan 2Samuel 23:9, 23:28. Dia juga dipanggil Ehud (Ibrani, אחוד - ‘EKHUD) dalam 1Tawarikh 8:6.

7. Rosy, ראש - ROSY, tidak ditulis di lain-lain tempat, tapi dapat dibandingkan dengan 2 Samuel 15:32; 16:1.

8. Muppim, מפים - MUPÏM, dikenal juga Sefufam (Ibrani, שפופם - SYEFUFAM) atau Sufam dalam Bilangan 26:39, juga Sefufan (Ibrani, שפופן - SYEFUFANdalam 1 Tawarikh 8:5 dan Supim (Ibrani, שפים - SUPIM) dalam 1 Tawarikh 7:12, 15.

9. Hupim, חפים - KHUPÏM, demikian juga dalam 1 Tawarikh 7:12, 15. Dalam Bilangan 26:39 dia disebut Hufam (Ibrani, חופם - KHUFAM).10. Ared, ארד - ‘ÂRD, adalah anak Bela, bandingkan dengan Bilangan 26:40, namanya dikenal dengan Adar (Ibrani, אדר - ‘ADAR) dalam 1 Tawarikh 8:3.

APAKAH KRISTEN TAUHID ITU

Belakangan ini di Indonesia terbit banyak buku yang penulisnya meng’klaim’ dirinya sebagai ‘Kristen Tauhid’ yang mengimani ajaran ‘Unitarian,’ bahkan beberapa kali mengadakan debat dengan pendeta Kristen tertentu terutama di Surabaya. Apakah Unitarianisme dan Kristen Tauhid itu?


Ajaran Unitarian mewarisi ajaran Arianisme yang dikenal dengan tokohnya Arius (256-336) yang memadukan Neoplatonisme ke dalam pemikirannya yang merendahkan Kristus sekedar sebagai ciptaan lebih rendah dari Allah. Pre-existence Yesus bukanlah Allah tetapi ciptaan pertama yang ‘seperti Allah’ (homoi-ousius) atau ‘demigod,’ semacam konsep ‘demiurge’ dalam gnostisisme. Bagi Arius, karena Yesus adalah ciptaan, maka ia bukan Allah, dan bukan penebus karena hanya Allah yang bisa menebus. Arius mengemukakan bahwa:
‘Anak Allah adalah ciptaan dan sebagai firman (logos) ia bukanlah Allah dan juga bukan manusia biasa. Firman adalah ciptaan yang berada di antara Allah dan manusia, ia lebih rendah dari Bapa, namun diangkat sebagai ‘anak angkat’ dengan gelar ‘Anak Allah.’ Firman itu diciptakan pertama dan paling besar dari semua ciptaan, kemudian firman itu menciptakan yang lainnya. Menurut Arius ada saatnya dimana firman itu tidak ada, kemudian diciptakan oleh Allah dan disebut ‘Allah’ juga namun tidak setara dengan ‘Allah.’

Mayoritas bapak gereja menolak ajaran Arius yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Alkitab yang sejak abad pertama dipercaya gereja Kristen.  Alexander, uskup Alexandria menolak pemikiran Arius dan karena kemudian menjadi bahan perdebatan di kalangan beberapa pimpinan jemaat, raja Konstantin mengadakan Konsili Nicaea (325) untuk membahas kontroversi ajaran Arius itu. Mayoritas yang hadir dari 300 peserta dalam konsili itu menolak ajaran Arius dan menganggapnya tidak sesuai dengan firman Tuhan dan meneguhkan kepercayaan semula mengenai ke’Allah’an Yesus yang setara dan sehakekat dengan Allah Bapa. Hanya sekitar 30 uskup yang mendukung Arius. Nicea mengaku Yesus sama dengan Allah (homo-ousius).

Sekalipun Arius dan pengajarannya ditolak oleh gereja dan uskup Alexandria, namun ia tetap mengumpulkan murid-murid, namun secara sporadis masih ada kelompok yang menganut fahamnya, tetapi pada abad-7 sirna pengaruhnya. Baru satu milenium kemudian semangat anti-trinitarian Arianisme dipercaya lagi oleh kelompok Unitarian (abad-16), Christadelphian (abad-19), Saksi-Saksi Yehuwa (abad-19), dan sekarang Kristen Tauhid.

Pengikut faham anti-trinitarian semacam Arianisme biasanya disebut sebagai Unitarian , dan faham ini menggugat keyakinan Tritunggal/Trinitas. Dokter dan teolog Spanyol, Michael Serrvetus menantang gereja dengan menerbitkan dua tulisan yang provokatif berjudul De Trinitatis Erroribus (Tentang Kesalahan Tritunggal, 1551) dan Christianismi Restitutio (1553) yang menantang Insitutio dari Johanes Calvin. Pandangannya yang anti-trinitas meletakkan dasar bari gerakan Unitarian.

Di Amerika Serikat, unitarian berkembang dari perpecahan yang terjadi di kalangan pendeta gereja Puritan konggregasional. Kelompok pendeta yang lebih liberal bereaksi terhadap doktrin predestinasi dan dosa asal dalam Calvinisme, doktrin yang melanda Protestantisme Amerika terutama semasa Kebangunan Besar (The Great Awakening), demikian juga konggregasi yang terpengauh faham Arianisme dan Armenianisme mengarah pada ajaran Unitarian.

Charles Chauncy, seorang pendeta konggregasional menolak Calvinisme dan percaya akan kehendak bebas (free will). Pada tahun 1979, King’s Chapel di Boston secara resmi menerima ajaran Unitarian dan meninggalkan gereja Episkopal. Kemudian beberapa konggregasi di New England  mengikuti jejak itu, tetapi nama Unitarian baru secara umum digunakan sejak tahun 1815. Hosea Ballou (1771-1825), pemimpin universalist Amerika, bukunya A Treatise of Atonement (1805) membawa banyak pendeta universalist ke dalam pandangan Unitarian mengenai Tuhan dan kristologi Arianisme. Ia berpendapat bahwa karena dosa bersifat terbatas dalam alam dan segala akibatnya dirasakan dalam kehidupan didunia ini, maka semua manusia akan diselamatkan setelah meninggal.


Pada tahun 1825 dibentuk American Unitarian Association yang menyelenggarakan konperensi nasional pada tahun 1865. Gereja anggota tetap memiliki independensi mereka, dan ditahun 1961, organisasi ini bergabung dengan Universalist Church of America membentuk Unitarian Universalist Association (UUA) dengan pusat di Boston.

 Unitarian menganggap agama mereka sebagai liberal yang tidak bergantung pada doktrin, keyakinan, maupun pengakuan iman tertentu, melainkan menganggap kesadaran, pengalaman, dan akal budi sebagai fundasi dalam keyakinan agama. Mereka menekankan toleransi beragama, hakekat kebaikan kemanusiaan, dan hidup yang saling bergantung. Sebagai konsekwensi, unitarian bergabung dengan semangat faham liberalisme dalam ranah sosial dan etis.

Unitarian Universalist tidak memiliki pengakuan iman (credo) dalam pengajaran mereka, mereka juga menolak otoritas dogma yang disusun dewan-dewan gerejawi. Pengajaran mereka termasuk percaya akan kesatuan Tuhan, kemanusiaan Yesus, tanggung jawab manusia dalam hal agama dan sosial, dan kemampuan mencapai keselamatan agama melalui berbagai tradisi agama. Unitarian mendukung pluralisme agama, dan bagi Unitarian yang masih mengkaitkan diri mereka dengan kekristenan, sekalipun percaya bahwa keselamatan juga bisa diperoleh melalui agama-agama lain, mereka tetap berpegang kepada ajaran Kristus dalam soal hidup ini.

Sekalipun demikian, lama kelamaan banyak Unitarian dan Unitarian Universalist menjauh dari Unitarian tradisional yang berakar kekristenan. Sebagai contoh, di tahun 1890-an American Unitarian Association menerima keanggotaan mereka yang bukan kristen dan gereja-gereja yang tidak pecaya kepada Tuhan. Pada masa merebaknya pandangan humanisme agama di abad-20, keinginan untuk mengembangkan teologi liberal yang lepas dari dasar ketuhanan tumbuh dalam gerakan Unitarian, ini menyebabkan kontroversi theis-humanist. Setelah pendeta unitarian John Dietrich dan Curtis Reese menandatangani ‘Humanist Manifesto’ (1933), humanisme agama menjadi pandangan banyak unitarian. Masakini,  jumlah penganut Unitarian atheist melebihi penganut Unitarian theist.

Perkembangan Unitarianisme terbatas. Di Amerika Serikat terdapat 155.000 penganut Unitarian, padahal pada waktu yang sama setiap tahun ada sekitar 200.000 orang dewasa menjadi anggota baru gereja Roma Katolik. Beberapa penyebab mengenai hal ini adalah dominannya warga kulit putih kelas menengah, dan ajaran Unitarian tidak dapat dijadikan pegangan memelihara iman karena Unitarianisme tidak mengajarkan pengharapan akan kehidupan sesudah mati.
 Lalu bagaimana dengan aliran Kristen Tauhid yang mengaku sebagai penganut Unitarian itu? Apakah sama dengan Unitarianisme, ataukah memiliki ciri khas tertentu? Para penulis buku-buku Kristen Tauhid mengaku bahwa mereka termasuk penganut faham Unitarian. Tjahjadi Nugroho tokoh utama Kristen Tauhid dalam kata Pengantar dalam buku Frans Donald (Allah dalam Alkitab & Al-Quran), mengemukakan bahwa:

“Modal terbesar Frans Donald untuk menulis buku ini adalah semangatnya adalah semangatnya sebagai seorang Kristen Tauhid (Unitarian).
Sedangkan Frans Donald sendiri dalam buku yang sama menyebut mengenai agama dirinya:

“Apa itu Kristen Tauhid? Pada intinya, sebagai Kristen Tauhid, Allah saya Esa, bukan tiga atau Trinitas. Saya tidak percaya Allah itu satu dalam tiga pribadi (Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus)”.Penulis lain Ellen Kristi (Bukan Allah Tapi Tuhan) juga mengaku sebagai Kristen Tauhid yang adalah Unitarian. Pada judul bukunya  ditulis:“Perspektif Seorang Kristen Tauhid tentang Keesaan Allah dan Keilahian Yesus Kristus”.Dalam Prakata buku itu ia menguraikan sejarah singkat Unitarianisme seperti yang berkembang di benua Eropah, dan ia mengatakan didalamnya, bahwa:

“Semangat dari Kristen Tauhid atau Unitarianisme adalah memperjuangkan kebebasan bagi setiap orang untuk mempercayai apa yang dikatakan oleh nurani sesuai akal sehat-nya, bahkan sekalipun harus bertentangan dengan doktrin atau kredo yang lazim dianut mayoraitas umat (mainstream). Agama dan keyakinan religious merupakan pilihan pribadi,tidak boleh dipaksakan, apalagi dengan kekerasan.”Menurut Tjahjadi Nugroho (Manusia Yesus Kristus), tokoh utama Kristen Tauhid, ketauhidan itu berkait erat dengan Iman monotheisme Abraham. Ia mengatakan:

“Ciri utama agama Ibrahim adalah tauhid atau monotheistik. Konsep dasar tauhid ini adalah melekat pada ciri Allah Israel yang bersifat pribadi, personal God, bukan substansi atau zat sebagaimana diyakini bangsa-bangsa lain. ... Dasar ketauhidan yang kokoh ini menetapkan perintah pertama hukum Taurat menajdi dasar perintah lain. Mempersekutukan atau menduakan Allah adalah larangan terbesar dalam Iman Ibrahimik”.Dari penjelasan di atas jelas bahwa Kristen Tauhid mau kembali kepada agama monotheisme Abraham yang dipercayai oleh umat Yahudi. Monotheisme yang tidak menyekutukan Allah dan menjadikan Yesus sekedar ciptaan yang lebih rendah dari Yahweh.Unitarianisme mewarisi berbagai tradisi, setidaknya ada dua kutub besar dalam Unitarianisme yaitu Unitarianisme Liberal yaitu aliran yang cenderung mengarah pada faham Universalisme, dan Unitarianisme Teologis aliran yang terkait tradisi Kristen Eropah yang tumbuh dalam era reformasi.Ellen Kristi dalam Sekedar Prakata bukunya mengakui bahwa Unitarianisme cenderung mengarah pada Universalisme, namun ia mengemukakan bahwa Kristen Tauhid mewarisi tradisi klasik. Dalam bukunya ia memberikan Catatan Kaki yang berbunyi:“Dalam perkembangannya, Unitarianisme modern mengalami perluasan makna dan cakupan, sehingga berimpitan dengan Universalisme. Definisi Kristen Tauhid dalam buku ini merupakan Unitarianisme dalam bentuk klasik dan yang khas Indonesia”.Kelihatannya aliran Kristen Tauhid klasik termasuk yang Teologis atau Religious karena secara eksplisit menyebut dirinya ‘kristen.’ Kesan ini jelas pula dalam tulisan Ellen Kristi berikut:
“seorang Kristen Tauhid memilih untuk meletakkan dasar imannya dalam Kitab Suci Judeo-Kristen (the Bible), baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru’.
Jadi, Kristen Tauhid mengaku sebagai aliran Kristen yang bertumpu pada Alkitab Kristen, namun mengapa mereka menolak keyakinan trinitarian yang dipercayai oleh umumnya umat Kristen? Ada kecenderungan di kalangan mereka untuk menjadikan Kristen Tauhid sebagai Unitarian yang khas Indonesia, yaitu usaha untuk mensintesakan ajaran Kristen Tauhid dengan ajaran agama Islam yang dianut oleh sebagian besar warga Indonesia, khususnya konsep tentang Allah. Dalam buku penganut Kristen Tauhid sering diacu ayat-ayat Al Quran untuk mendukung thesis mereka.


Kristen Tauhid banyak menganjurkan keterbukaan termasuk terhadap liberalisme maupun terhadap agama Islam, dan mempromosikan toleransi beragama. Sayang Kristen Tauhid tidak bisa mentolerir kekristenan historis yang mempercayai Allah Tritunggal yang mereka anggap mempercayai kepercayaan yang tidak masuk akal.
Dari buku-buku kalangan Kristen Tauhid kita melihat latar belakang para tokohnya ikut mewarnai pendangan Unitarian mereka. Yang mencolok adalah sifat Arianisme yang kentara dengan banyaknya doktrin Saksi-Saksi Yehuwa yang dipegang oleh Kristen Tauhid. Dalam penjelasannya ‘Tentang Penulis,’ dalam bukunya, Frans Donald mengaku bahwa ia pernah menjadi mengikut Saksi-Saksi Yehuwa, dan bahwa ia:
“Lahir dan dibesarkan dalam keluarga Katolik yang sangat sederhana alias miskin. Sepeninggal almarhum ayahnya, karena kerinduannya akan kebenaran ia telah melakukan passing over ke dalam berbagai denominasi Protestan Bethani, Advent, Saksi Yehuwa, dan lain-lain, juga mempelajari Hindu Dharma dan Islam. Saat ini ia “berlabuh” di komunitas religius Kristen Tauhid (Christian Unitarian) yang ia nilai terbuka dan tidak dogmatis, memberi kebebasan kepada setiap orang untuk merumuskan iman berdasarkan hati nurani dan akal sehatnya”.


Ciri pengajaran Arianisme dan Saksi Yehuwa dapat dilihat dari faham yang dianut Kristen Tauhid yang anti-Trinitas yaitu mengenai Yesus yang bukan Allah dan lebih rendah dari Yahweh, dan juga beberapa pengajaran Saksi-Saksi Yehuwa seperti antara lain Roh Kudus sebagai tenaga aktif Allah, dan bahwa Yesus adalah ciptaan pertama dan sama dengan penghulu malaekat Mikhael.
Selain ciri khas mewarisi doktrin Saksi-Saksi Yehuwa, Frans Donald mengaku perlunya perayaan Sabat.
“Kitab Suci menyuruh peribadahan agama di hari Sabtu, hari yang tidak pernah kita kuduskan”.
Kelihatannya Kristen Tauhid tidak memiliki sistem keyakinan yang seragam dan jelas kecuali bahwa mereka mempercayai Tuhan Yang Esa (tauhid) dan anti ajaran Tritunggal/Trinitas, dan mereka gencar sekali menyerang ajaran Tritunggal/Trinitas yang dipercayai umat Kristen & Katolik secara umum. Ini terlihat dalam judul buku terbaru Frans Donald, seorang Kristen Tauhid yang vokal, yang berjudul: “Menjawab Doktrin Tritunggal.”!

 

APAKAH YESUS MATI SURI ?


Teologi Liberalisme terpengaruh rasionalisme zaman menolak hal-hal yang bersifat mukjizat (miracle) dan supra-alami (super natural), karena itu penganut teologi liberal menerima agama sebagai catatan beragama manusia dan mereka memisahkan fakta-fakta yang dianggap imani dan alami, demikian juga hal-hal yang menyangkut kematian dan kebangkitan Yesus dipandang secara dikotomis demikian.”
Para teolog liberal dan Jesus Seminar mengakui sifat sejarah kehidupan dan pelayanan Yesus. Namun, yang dipercaya itu adalah bahwa Yesus yang manusia itu mati disalibkan, dikuburkan, tetapi tidak bangkit, apalagi naik ke surga, atau bahwa Yesus hanya mati suri dan diwaktu lain mati secara wajar. Yesus hanya manusia biasa tanpa mukjizat. Yesus hanya bangkit dalam iman para pengikut-Nya secara metafora.
Yang mirip dengan pandangan Ahmadiyah dan Hasnain adalah pandangan Barbara Thiering. Teolog Australia itu dalam bukunya, Jesus and the Riddle of the Dead Sea Scrolls (Barbara Thiering, The Riddle of the Dead Sea Scrolss, Harper: San Francisco, 1991), menyebutkan hal yang sama, yaitu bahwa Yesus tidak mati disalibkan, tetapi Ia hanya pingsan. Yang berbeda adalah akhir hidup Yesus, yaitu bukan ke India, melainkan berkeluarga di Palestina.
Thiering juga menyebutkan bahwa Yesus disalibkan dan “mati”, lalu dikuburkan di lorong gua Qumran bersama dengan Yudas Iskariot. Namun, Yesus sebenarnya tidak mati meskipun diracun karena sebelum nyawa-Nya putus Ia berhasil diselamatkan oleh Simon Magus, ahli obat-obatan, sehingga Ia kemudian dapat melarikan diri melalui gua-gua Qumran. Itulah sebabnya Yesus dianggap “mati” dan bangkit kembali.
Pandangan yang juga kontroversial adalah seri tulisan karya Michael Baigent, Richard Leigh, dan Henry Lincoln yang berjudul Holy Blood, Holy Grail (A Dell Book, New York, 1982) dan lanjutannya yang berjudul The Messianic Legacy (Corgi Books, Berkshire, 1987). Seperti telah dibahas sebelumnya, buku-buku itu menyebutkan bahwa Yesus yang adalah keturunan Raja Daud itu sebenarnya tidak mati disalib, tetapi pingsan, kemudian dikuburkan secara tersembunyi di Taman Getsemani oleh Yusuf dari Arimatea. Hal itu bisa terjadi karena Pilatus dan para prajurit sudah disuap (hal itu tampaknya mengikuti versi Yahudi yang diceritakan di dalam Injil, yaitu bahwa para ahli taurat menyuap para serdadu dalam Matius 28:13).
Dan Brown mendapat inspirasi dari buku Holy Blood, Holy Grail, kemudian ia menulis buku berupa novel The Da Vinci Code. Dalam buku itu disebutkan bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena dan keturunannya bermukim di sebuah kapel di Skotlandia, Inggris.
Pandangan yang paling provokatif adalah pandangan yang diungkapkan oleh John Dominic Crossan, perintis Jesus Seminar, dalam buku yang didasarkan studinya pada sumber di luar Injil kanonik, yaitu kitab apokrifa dan kitab gnostik injil Thomas (salah satu karya yang ditemukan dalam pustaka gnostik di Nag Hamadi, Mesir, yang ditemukan sekitar tahun 1945) dan injil Petrus,  ia mengemukakan keberadaan “anjing-anjing yang berkeliaran di bawah salib” dan bahwa sebenarnya “Yesus tidak disalibkan, tetapi dibiarkan mati telantar sehingga kemungkinan jasad-Nya dimakan anjing” (John Dominic Crossan, Jesus A Revolutionary Biography, Harper: San Francisco, 1994, hlm. 123–128) dan dalam bukunya yang lain, yang bersifat tanya jawab, Who Is Jesus, Crossan meneruskan ide Martin Hengel mengenai bagaimana Yesus mati. Dalam bahasanya sendiri, secara eksplisit ia mengemukakan,
“Tiga hukuman Romawi yang utama adalah penyaliban, dibakar, dan kematian oleh binatang buas. ... yang sering tidak kita sadari tentang penyaliban adalah binatang pemangsa yang berkeliaran di bawah salib dan anjing-anjing yang berkerumun di dekat orang yang sekarat atau mayat. Para penulis Yunani-Romawi menyebut mereka yang disalib sebagai ‘makanan jahat untuk burung pemangsa dan anjing-anjing.” ( Crossan, Who Is Jesus? Harper Paperback, 1996, hlm.125).
Selanjutnya, Crossan menyebutkan,
“Secara normal para serdadu menjaga sampai orang yang disalib itu mati, selanjutnya dibiarkan menjadi mangsa binatang pemangsa dan anjing, atau binatang buas lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan yang kejam itu. Seperti yang saya katakan sebelumnya, kengerian di luar penguburan adalah bagian dari kebiasaan penyaliban, yang dimaksudkan oleh penguasa sebagai peringatan yang mengerikan bagi yang lewat. ... Kengerian yang paling besar yang mungkin adalah tidak ada penguburan sama sekali, Yesus ditinggalkan di kayu salib untuk dimangsa oleh binatang pemangsa.” (Ibid., hlm.140,143.)
Meskipun Crossan memopulerkan kematian Yesus yang mengerikan, termasuk kemungkinan dimakan anjing-anjing dan binatang pemangsa yang berkeliaran di bawah salib, ternyata ia bisa dengan mudahnya mendukung penemuan osuari Yesus di makam Talpiot. Padahal, penemuan itu menganggap bahwa Yesus dikubur secara normal dengan tulang-tulang lengkap, yang setahun setelah kematian-Nya dikumpulkan ke dalam osuari. Bahkan, Crossan menandaskan bahwa temuan makam di Talpiot itu adalah paku terakhir yang ditancapkan pada peti mati literalisme biblis (Disebutkan oleh Ioanes Rakhmat, “Kontroversi Temuan Makam Keluarga Yesus” dalam Bentara, harian Kompas, 5 April 2007).
Kenyataannya makam Talpiot di dekat Yerusalem itu bukan makam rahasia karena gerbangnya besar dengan relief yang jelas, serta merupakan makam keluarga yang tentu sudah ada secara turun-temurun dan jelas dikenal umum.
Rupanya Crossan sudah kehabisan “paku” sehingga tinggal satu paku yang terakhir itulah yang dipakainya. Meskipun, sudah banyak paku yang dihamburkannya untuk menghadirkan “makam-makam Talpiot” lainnya untuk mengubur Yesus dan yang dikatakan sebagai para literalis biblis, ia tetap tidak berhasil. Keduanya tetap hidup, yang pertama, Yesus, bangkit dan naik ke surga, yang kedua’ para pengikut yang disebut lteralis biblis yang memercayai kebangkitan-Nya menyebar ke seluruh dunia.
Banyak variasi lain pandangan teologi liberal yang mau ‘mematikan Yesus yang bangkit’ namun umumnya dapat diwakili oleh pandangan Crossan dan Jesus Seminar.

 Bersambung ke artikel: Masa sih Yudas Menyelamatkan Yesus ?

MASA SIH YUDAS MENYELAMATKAN YESUS ?


“Di tahun 1978 di Mesir, di kuburan di dekat Sungai Nil, sebelah utara Kota El Minya (300 km sebelah utara Nag Hamadi, lokasi ditemukannya khazanah gnostik pada tahun 1945)  ditemukan sebuah kodeks berupa lembar-lembar papirus berisi tulisan dalam bahasa Koptik dan dijilid dengan sampul kulit (perkamen) menjadi bindel buku yang disebut kodeks. Kodex ini kemudian dinamakan Kodeks Tschacos menurut nama pemiliknya terakhir yaitu Frieda Tschacos yang kemudian mempublikasikannya.”


Kodeks itu berbahasa koptik dan pada tahun 2006 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dan pada tahun yang sama ke dalam bahasa Indonesia oleh Gramedia. Kodeks itu memuat empat tulisan, yaitu: (1) Surat Petrus kepada Filipus; (2) Naskah Yakobus; (3) Injil Yudas; dan (4) Kitab Allogenes (si orang asing).
Dalam injil Yudas tidak ada keterangan tentang siapa penulisnya, namun, di bagian akhir ada tulisan ‘injil Yudas,’ dan isinya merujuk kepada Yudas Iskariot.

Injil Sinoptik
Dalam daftar kedua belas murid Tuhan Yesus dalam Injil Sinoptis, nama Yudas Iskariot yang menjadi pengikut Yesus (Mrk. 3:14) umumnya diletakkan paling akhir dan biasanya diberi label yang jelek, yaitu sebagai “yang mengkhianati Yesus” (Mat. 10:4, Mrk. 3:19) dan “pengkhianat” (Luk. 6:16, bdk. Yoh. 18:2, 5). Meskipun Yudas termasuk yang diutus sebagai rasul (Mat. 10:4, Mrk. 3:19, Luk. 6:16),  ia juga berani mengkritik Yesus (Yoh. 12:4–8). Bahkan, ia disebut sebagai murid yang menjual dan mengkhianati Yesus (Mat. 26:14–16, Mrk. 14:10–11, Luk. 22:3–6).
Motivasi Yudas itu bukan saja uang, melainkan ia juga disebut sebagai “dimasuki dan didorong oleh Iblis” (Luk. 22:3). Mengenai hal itu, Yesus sudah memperingatkan Yudas pada waktu perjamuan malam (Mat. 26:20–25, bdk. Yoh. 13:21–30). Setelah perjamuan malam, Yudas kemudian membawa orang untuk menangkap Yesus dengan cara menunjukkan identitas Yesus dengan ciuman (Mat. 26:47–50, Mrk. 14:43–46, Luk. 22:47–48, Yoh. 18:2). Dari sanalah dikenal “ciuman Yudas” sebagai cium pengkhianatan (Mat. 26:48–49). Yudas dalam Injil Kanonik kemudian menyesal atas pengkhianatannya itu, lalu bunuh diri. (Mat. 27:3–5; Kis. 1:18).

Injil Yudas
Berbeda dengan pemaparan Injil  Kanonik, dalam injil Yudas, meskipun ia disebutkan sebagai orang yang menyerahkan Yesus,  hal itu dianggap dilakukan atas suruhan Yesus sendiri. Jadi, Yudas tidak dilihat sebagai pengkhianat, tetapi sebagai pahlawan yang melaksanakan perintah dan misi Yesus. Lebih jauh lagi, Yudas Iskariot dalam injil Yudas ditampilkan sebagai tokoh yang berbeda dengan yang ada dalam Injil Kanonik. Ia ditampilkan serba positif dan menjadi teladan bagi murid-murid yang lain dan bagi mereka yang ingin menjadi murid Yesus. Ia juga ditampilkan sebagai teman dan sahabat Yesus yang paling dekat, satu-satunya murid yang memahami Yesus lebih baik daripada kesebelas murid yang lain, dan murid yang disebut paling setia.
Ia memang disebutkan sebagai orang yang menyerahkan Yesus kepada pejabat yang berwewenang, tetapi penyerahan itu bukan karena kelobaannya akan uang atau motivasi lain tetapi karena memang Yesuslah yang menghendakinya agar menyerahkan Yesus untuk disalibkan, yaitu  agar ia  melakukan hal itu sebagai sebuah tugas penyelamatan.
“Tetapi engkau akan lebih besar daripada mereka semua karena engkau akan mengorbankan wujud manusia yang meragai diri-Ku”. (Rodolpho Kasser, Injil Yudas, hlm.36).
Menurut injil Yudas, Yesus ingin membebaskan diri dari dunia materi yang bertentangan dengan Allah yang benar, lalu kembali ke kediaman-Nya di surga. Yesus juga dikatakan mengasihi Yudas lebih daripada murid lainnya, dan hanya kepada Yudas diwahyukan rahasia pengetahuan yang tidak diwahyukan kepada murid-murid yang lain. Dalam hal itu, murid-murid yang lain dianggap tidak mengerti dan mereka semua sudah salah arah.
Yudas bukan saja digambarkan sebagai murid yang paling taat dan mengerti, melainkan juga digambarkan sebagai satu-satunya murid yang memiliki percikan api ilahi yang sama dengan Yesus. Ketika Yesus menantang kedua belas murid-Nya mengenai siapa di antara mereka yang sempurna, hanya Yudas yang berani maju ke depan. Hal itu dianggap bahwa hanya Yudaslah yang layak menjadi rasul Yesus. Dan berbeda dengan Injil Kanonik, injil Yudas tidak menunjukkan penyesalan Yudas tapi menyiratkan bahwa kematian Yudas itu karena dilempari batu (dirajam) oleh para rasul lainnya yang iri hati kepadanya sebagai murid kesayangan guru mereka.
Yudas pun diberitakan sebagai satu-satunya rasul yang menerima segala firman Tuhan, dan pada akhirnya Yudas menjadi pengikut Yesus yang sempurna. Bahkan, setelah kematiannya ia kemudian mengalami perubahan rupa, naik dan masuk ke dalam awan terang, dan melihat cahaya kemuliaan ilahi (pada akhir hidupnya, Yudas dikatakan juga bahwa ia kembali kepada bintangnya sendiri).
Berdasarkan hal diatas, para ahli menyebut injil Yudas sebagai injil yang mengajarkan ajaran gnostik dengan jelas. Hal itu bukan saja karena injil itu ditemukan sebagai bagian khazanah gnostik di El Minya, Mesir, melainkan karena isinya memang mengajarkan hal yang demikian. Dalam hal itu, injil Yudas menekankan pentingnya gnosis atau “pengetahuan esoteris yang eksklusif yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu”, yaitu pengetahuan mistik, rahasia, gaib, serta pengetahuan mengenai sumber hidup dan kesatuan esensial antara diri manusia dan sumbernya.
Pendekatan keselamatan pun bukan disebabkan oleh penebusan yang dilakukan oleh orang lain (penebusan Yesus di kayu salib seperti yang diberitakan Injil Kanonik), melainkan ditemukan dalam spiritualitas gnostik yang tidak membutuhkan perantara, karena manusia sudah berhubungan secara langsung dengan Roh dan Cahaya yang ada di dalam diri mereka. Kehadiran tokoh-tokoh kharismatis dalam gnostik hanya membantu pengikut gnostik lainnya untuk menggapai keselamatan masing-masing. Bahkan, yang lebih mencolok, selain keselamatan yang dilakukan oleh masing-masing pribadi, dalam injil Yudas juga disebutkan bahwa Yudaslah yang menyelamatkan Yesus dengan membebaskan Kristus dari raga Yesusnya, yaitu dengan cara menyerahkan raga Yesus untuk disalib.
Mereka yang termasuk bagian dari iman esoteris itu disebut sebagai “generasi Set” karena mereka menganggap Set sebagai lambang kelahiran generasi baru setelah saudaranya Kain membunuh Habel. Oleh karena itu, aliran itu juga disebut “aliran kaum Set” (Sethian gnostic). Menurut ajaran gnostik, masalah asasi dalam kehidupan manusia adalah ketidakacuhan dan ketidaktahuan, bukan dosa. Untuk mengatasi masalah itu, caranya adalah dengan mengerti pengetahuan (gnosis) itu.
Gnostik pada umumnya berpendapat bahwa dunia materi itu jahat, bukan merupakan tempat tinggal yang tetap, dan merupakan penjara bagi jiwa. Manusia hanya dapat melepaskan diri melalui pengetahuan rahasia yang diwahyukan Yesus. Bagi penganut gnostik Kristen, Yesus adalah guru pembimbing yang dapat membantu manusia mengalami kelepasan dan pencerahan. Dalam hal itu, Yesus dikatakan menyampaikan rahasia kepada Yudas bahwa pada permulaannya hanya ada satu keberadaan yang benar, baik, dan tidak terbatas, yang tidak terjangkau, dan melalui proses pancaran, terciptalah isi seluruh semesta dengan percikan api ilahi. Setiap generasi di bawah, yang terpancar lebih rendah daripada yang di atas, dan pencipta dunia atau demiurge (Allah PL) adalah ilah yang lebih rendah daripada yang memancarkannya. Disini ajaran eksklusif itu hanya diberikan oleh Yesus kepada Yudas karena ia dianggap istimewa hal itu diresapi napas Platonic (dalam karya Timaeus) yang memercayai bahwa setiap pribadi memiliki bintangnya sendiri dan kehidupan mereka terkait dengan bintang-bintang itu. Dalam injil Yudas juga disebutkan bahwa pada akhirnya Yudas kembali pada bintangnya sendiri.
Jika Yesus memiliki pancaran api/cahaya ilahi di dalam diri-Nya, manusia pun demikian. Namun, berbeda dengan konsep mistik timur yang menganggap bahwa semua manusia memiliki percikan api ilahi itu. Dalam gnostik Set disebut bahwa hanya mereka yang berpengetahuan rahasia itulah yang memilikinya, sedangkan yang lain tidak. Dengan kata lain, mereka yang memiliki kunci rahasia dengan gnosis itulah yang layak kembali ke alam kekekalan, sedangkan yang tidak memilikinya akan binasa.
Injil Yudas memiliki konsep tritunggal sendiri, yaitu “Bapa–Barbelo–Autogenes”. Bapa disebut sebagai Roh Agung yang tidak dapat dilihat”. Pada umumnya dalam karya gnostik, Barbelo (tokoh yang mencolok dalam naskah gnostik aliran Set) itu ditampilkan dalam peran sebagai “Ibu surgawi”, sedangkan Autogenes (terjadi dengan sendirinya) dianggap sebagai ilah independen, tetapi merupakan generasi yang lebih rendah daripada Barbelo atau sebagai keturunan/emanasi dari Barbelo. Pada akhir injil Yudas, disebutkan bahwa Autogenes itu menampakkan diri dalam rupa Yesus.
Di dalam injil Yudas juga diungkapkan bahwa Yang Maha Agung (Yang Satu) itu memancarkan cahaya-Nya ke bawah ke aeon-aeon memenuhi semesta sampai ke dunia bawah, tempat yang didiami manusia, tempat cahaya itu dapat dirasakan. Namun, karena ada kesalahan, Pencipta dunia ini dan ciptaan-Nya menjadi rusak, cacat, dan tidak lagi mencerminkan pancaran kebaikan dan kebenaran yang dipancarkan dari sumbernya itu. Meskipun demikian, kebaikan dan kebenaran itu masih bisa dicapai oleh percikan ilahi yang tersisa dalam manusia. Dalam hal itu, pencerahan diri merupakan keselamatan yang dapat dicapai oleh setiap manusia. Jika pencerahan bisa dicapai pada saat hidup, kesempurnaannya hanya bisa dicapai pada saat tubuh ragawi mati. Percikan api ilahi atau jiwa atau roh dalam keturunan Set akan terus bersinar kembali kepada kemuliaannya, sedangkan yang tidak termasuk kaum Set akan mengalami kematian kekal atau musnah, baik tubuh maupun jiwa mereka.

Hubungan Injil Yudas dengan Gereja
Injil Yudas, yang isinya mengajarkan paham gnostik aliran Set, jelas berlawanan dengan Injil Kanonik yang dipercaya gereja. Itulah sebabnya, sejak awal injil Yudas ditolak oleh bapak-bapak gereja. Misalnya, Irenaeus dari Lyon pada tahun 180 menulis Adversus Haereses (melawan bidat) dan menyebutkan bahwa injil Yudas tidak historis. Adapun kaum gnostik, kaum itu umumnya dianggap bidat yang melawan pengajaran gereja. Menurut Irenaeus, kaum Kain (yang menganggap Kain sebagai junjungannya), menggunakan injil Yudas. Dalam hal itu, kaum Kain berasal dari kekuatan yang dari atas dan menokohkan figur-figur yang terkenal jahat di dalam literatur kitab suci, termasuk Kain, Esau, Korah, orang-orang Sodom, dan Yudas Iskariot.
Pandangan Irenaeus itu dikutip oleh Origenes pada tahun 230 dalam bukunya, Stromateis, yang secara tidak langsung menyerang ajaran gnostik. Clement dari Alexandria pada awal abad III  juga menyebut kelompok gnostik itu sebagai “Kainit” (kaum Kain). Ada juga karangan abad III, yang dianggap ditulis oleh Tertulianus, yang menyinggung injil Yudas. Dua abad setelah Irenaeus, Epiphanus dari Salamis, Uskup Siprus, membahas injil Yudas dan mengaitkannya dengan aliran gnostik. Ia menyebut bahwa injil itu memutarbalikkan fakta mengenai orang yang mengkhianati Yesus.
Kenyataannya injil Yudas dan injil-injil atau kitab-kitab gnostik lainnya menurut Krosney bukan sekadar menyajikan “Pencarian akan Yesus Alternatif”, melainkan berisi “penolakan mentah-mentah atas apa yang dikatakan oleh Injil Kanonik”. Komentar Krosney tepat karena Meyer sendiri sebenarnya mengakui bahwa baik injil Yudas maupun khasanah gnostik lainnya adalah produk dari abad II. Dalam buku Injil Yudas, Meyer mengatakan,
“Naskah itu bersesuaian benar dengan gagasan-gagasan abad kedua Masehi, yang telah kita ketahui. Bahkan, dalam bentuknya yang terpotong-potong menjadi fragmen-fragmen itu, naskah tersebut amat menarik –amat cocok ditempatkan di abad kedua, sesuai sekali dengan bagian tertentu dari abad kedua.”
Jadi, jelaslah bahwa injil Yudas (dan khasanah gnostik lainnya) sebagai produk gnostik abad ke-II lebih tepat disebut melawan kekristenan (kekristenan antitesis) daripada disebut sebagai kekristenan alternatif karena tujuannya adalah untuk menandingi berita Injil kanonik yang ditulis pada abad pertama, yang saat itu sudah beredar luas di kalangan kekristenan dan diterima sebagai kitab yang berotoritas, itulah sebabnya tidak lama setelah disebar-luaskan, injil Yudas cepat meredup beritanya. ***

YESUS PUNYA ISTERI?


Karen King, profesor agama di Harvard, USA, baru-baru memaparkan paper tentang penemuan secarik papirus sebesar kartu nama dari abad IV yang ditulisi 8 baris kalimat koptik Mesir kuno. Disitu katanya ada tulisan Yesus berbicara kepada para muridnya … isteriku. Papirus itu tidak menyebutkan bahwa Yesus menikah, tapi apakah kalimat ...”istriku” itu berarti bahwa Yesus pernah menikah?
          Menghadapi setiap paper tentang penemuan yang disodorkan kita harus waspada. Papirus itu disodorkan dalam kotak kaca, dan terdiri dari selembar papyrus berukuran kartu nama dengan tulisan koptik yang dikatakan berasal Mesir dari abad-IV yang berisi a.l. dialog Yesus dan para murid dimana Yesus mengatakan ‘isteriku’. Melihat kondisi papyrus yang parah, Anne Marie Lodewijk yang menulis paper itu bersama King menyebut bahwa terkesan bahwa papyrus itu berasal dari tumpukan sampah, King sendiri tidak menyebutkan sumbernya, karena otentitas papyrus itu belum teruji namun sudah disebar luaskan melalui media masa maka kita tidak perlu menanggapinya dengan serius. Huruf-huruf tulisan dalam papyrus itu mengindikasikan adanya rekayasa, sebab berbeda dengan papyrus-papirus gnostik koptik yang belakangan banyak ditemukan yang ditulis dengan pena yang tulisannya jelas, papyrus Karen King menunjukkan adanya tulisan ganda yaitu adanya latar belakang samar-samar berupa tulisan asli dan diatasnya ditimpa dengan tulisan lebih baru yang menggunakan marker pen.

Yesus Yang Mana ?
          Dalam papirus itu disebutkan tentang Yesus, tapi Yesus yang mana, sebab dimasa Yesus hidup pun nama Yesus sudah banyak digunakan (Mat.27:17; Kol.4:11) dan dalam empat abad sudah banyak sekali pengikut Yesus yang bernama Yesus, sehingga menganggap setiap ‘Yesus yang memiliki murid’ sebagai Yesus dari Nazaret yang hidup empat abad sebelumnya adalah merupakan generalisasi yang berlebihan. Bila papirus itu memang otentik dan bisa dibuktikan berasal dari abad-IV berarti istilah ‘isteri’ juga memiliki arti kiasan dalam ajaran gnostik koptik Mesir seperti halnya istilah ‘ciuman’ (yang digembar-gemborkan The Da Vinci Code) yang artinya bukan ciuman fisik. Dalam khasanah gnostik koptik yang berasal abad-III – IV banyak istilah hubungan suami isteri digunakan untuk menunjukkan hubungan erat spiritual antara guru-murid yang terjadi dalam komunitas yang bersifat esoterik dimana mereka mengajarkan bahwa hal-hal yang bersifat daging itu najis dan mereka mencari ‘gnosis.’ Jadi istilah ‘ciuman’ dan ‘isteri’ adalah bagian dari ikatan esoteris komunitas itu.
          Dalam Injil Kanonik yang ditulis oleh saksi mata tidak disebutkan bahwa Yesus memiliki seorang isteri. Sejauh ini berita tentang hidup Yesus yang tidak bersumber pada Injil Kanonik lebih merupakan spekulasi dan sensasi. Memang wajar kalau Yesus sebagai manusia mau menikah namun tidak semua laki-laki beristeri, maka tidak beristeri juga wajar karena Rasul Paulus juga tidak beristeri! Apalagi, Yesus bukan sekedar manusia, Ia adalah ‘Allah yang menjadi daging’, ‘Ia Anak Allah’ bahkan ‘Ia adalah Tuhan’ (Yoh.13:13), karena itu wajar jikalau Ia tidak beristeri karena misinya menjadi penebus umat manusia bukan untuk hidup berkeluarga.
          Kesimpulan bahwa Yesus memiliki isteri hanya dari secarik papyrus yang belum jelas keabsahannya  adalah kesimpulan yang prematur, apalagi belum dibuktikan siapa yang dimaksudkan dengan Yesus dalam papyrus itu dan apakah papyrus itu abash dan tulisan yang diatas tulisan aslinya itu asli atau hasil rekayasa dengan marker pen oleh seseorang yang motivasinya ingin menebarkan sensasi.


Bagaimana Sikap Kita ?
Umat kristen jangan mudah panik atau terkecoh menghadapi isu-isu sensasional mengenai Yesus, melainkan hendaknya menjaga imannya dan menyelidiki Alkitab ‘apakah semuanya benar demikian’ (Kis.17:11) dan hendaklah kita bertumbuh dalam iman “sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.” (Efs.4:14)
Dalam beberapa dasawarsa terakhir banyak sensasi soal ‘Yesus mempunyai isteri’ dilontarkan orang melalui buku maupun film. Film ‘Jesus Christ Superstar’ (1973) menggambarkan Yesus yang frustrasi dan berpacaran dengan Maria Magdalena. Dalam film ‘The Last Temptation of Christ’ (1988) Yesus digambarkan berjuang melawan nafsunya sendiri dan ketika di salib, ia mengkhayalkan menikahi Maria Magdalena sambil pacaran dengan Marta dan ketika Maria Magdalena meninggal mengawini Marta dan punya banyak anak. Barbara Thiering dalam bukunya ‘Jesus the Man’ (1993) mengemukakan bahwa Yesus tidak mati disalib dan setelah melarikan diri mengawini Maria Magdalena dan setelah melahirkan dua anak bercerai dan mengawini Lydia. Buku Michael Baigent et.al. ‘Holy Blood Holy Grail’ (2002) dan buku Dan Brown ‘The Da Vinci Code’ (2006) memaparkan bahwa Yesus tidak mati disalib melainkan mengawini Maria Magdalena dan kemudian memiliki anak yang tinggal di Perancis Selatan dan Inggeris.
Yang lebih menghebohkan adalah buku/film ‘The Lost Tomb of Jesus’ (2007) yang menceritakan ditemukannya peti-peti tulang (osuari) di kuburan keluarga di Talpiot dengan nama-nama pada peti ‘Yesus anak Yusuf, Mariamne e Mara, Yudah anak Yesus’ dan disimpulkan bahwa Yesus (yang dianggap identic dengan Yesus dari Nazaret) tidak mati disalib, melainkan kawin dengan Maria Magdalena (yang dianggap identik dengan Mariamne) dan kemudian memiliki anak bernama Yudah berdasarkan tulisan peti tulang itu. Yesus disitu disebut ‘Anak Yusuf’ padahal dalam Injil Kanonik Ia biasa disebut ‘Yesus orang Nazaret.’ Lain lagi dengan James D. Tabor, dalam bukunya ‘Jesus Dynasty’ (2006) ia menolak anggapan bahwa Yesus mengawini Maria Magdalena tapi setelah film ‘The Lost Tomb of Jesus’ ia menganut pendapat bahwa Yesus mengawini Maria Magdalena yang juga bernama Mariamne. Ada lagi legenda soal petualangan Yesus bahwa ia tidak mati disalib tapi menikahi Maria Magdalena dan pergi ke Kashmir dan beranak cucu dan dikuburkan di Srinagar. Di jepang juga ada legenda mirip Kashmir tapi Yesus pergi ke Jepang Utara dan kuburannya ada di Herai.

Karen King dan Agenda Jesus Seminar
          Melihat sosok Karen King kita jangan mudah terkecoh dibalik profesorat Harvardnya, sebab terlebih di kalangan ilmu-ilmu sosial, motivasi dan agenda orang yang menyebarkan ikut berperan. Karen King adalah fellow dari ‘Jesus Seminar,’ organisasi yang motivasi dan agendanya mendiskreditkan Yesus dan biasa menyebar-luaskannya sensasi yang belum teruji melalui mass-media. Sebagai contoh, Karen L. King dalam bukunya ‘The Gospel of Mary of Magdala’ (2003) menyebut tidak ada indikasi dalam naskah gnostic koptik  bahwa dalam Injil Maria Magdalena Maria adalah isteri Yesus. Namun, ketika diramaikan isu ‘The Lost Tomb of Jesus’ dimana diklaim bahwa ditemukan kuburan keluarga yang memuat peti-peti tulang (osuari) dengan nama-nama Yesus anak Yusuf, Mariamne-e-Mara, Yudah anak Yesus,dan mengklaim bahwa ‘Yesus Anak Yusuf’ itu Yesus dari Nazaret dan Mariamne-e-Mara itu Maria Magdalena, dan bahwa Yudah itu anak mereka berdua, Karen L. King mendukungnya, padahal dalam bukunya ‘The Gospel of Mary of Magdala’ yang setebal 230 halaman itu ia tidak sekali pun menyebut bahwa Maria Magdalena mempunyai nama alias ‘Mariamne,’ ini bukan kesimpulan ilmiah melainkan spekulasi sensasi.
          Apa agenda umum dibalik penulisan buku dan pembuatan film-film kontroversial itu? Agendanya jelas yaitu ‘Menolak Injil Yesus Kristus.’ Misi anti Kristus ini terungkap dalam beberapa cara, yaitu a.l.: Pertama, ‘Menolak Ketuhanan Yesus’, dan Yesus diturunkan menjadi sekedar manusia darah daging yang terikat nafsu-nafsunya yang kemudian mati disalib atau secara alami; Kedua ‘Kemanusiaanya direndahkan dengan Skandal-skandal’ seperti Yesus berpacaran dengan Maria Magdalena (Jesus Christ Superstar) dan mengawini Maria dan Marta (The Last Temptation of Christ), bercerai dengan Maria Magdalena dan menikah dengan Lydia (Jesus The Man). Yesus dianggap frustrasi dan mati dalam kegagalan dan Judas dijadikan pahlawan (The Last Temptation of Christ), Yudas yang menyelamatkan Yesus melalui kematiannya agar Yesus dibebaskan dari kedagingannya (injil Yudas); dan Ketiga ‘Menolak Kekristenan Historis dan menekankan kekristenan alternatif’ yang melebihkan Injil-Injil dan tulisan gnostik koptik diatas Injil Kanonik dengan banyak ditemukannya naskah-naskah gnostik koptik yang berasal dari abad-III – IV.
          Umat kristiani hendaknya menyikapi isu-isu miring tentang Yesus dengan tenang dan senyum, dan kiranya “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.” (1 Kor.1:3)
 
Sumber: YABINA ministry

JESUS SEMINAR

Jesus Seminar dimulai tahun 1985 dan berlangsung dalam lingkungan terbatas, namun karena simpulannya yang kontroversial banyak diliput media massa baik TV, majalah, maupun surat kabar, Jesus Seminar menjadi dikenal umum dalam waktu singkat.
Jesus Seminar diselenggarakan atas sponsor Westar Institute di Amerika untuk menggugat Yesus Sejarah, tepatnya dimaksudkan untuk mencari “ucapan dan perbuatan Yesus yang autentik”. JS diketuai pendirinya Robert W. Funk, profesor Montana University dan pendiri lainnya John Dominic Crossan, rahib Katolik Roma Irlandia yang terpaksa melepaskan kerahibannya karena pandangannya yang kontroversial atas Alkitab, dan kemudian mengajar di De Paul University, Chicago.
Laporan lengkap mengenai hasil penelitian telah dibukukan dalam dua buah buku, a.l. The Search for the Authentic Words of Jesus, The Five Gospels, What Did Jesus Really Say? (1993, buku ini memuat terjemahan karya gnostik Injil Thomas sebagai injil kelima), dan disusul The Acts of Jesus: What Did Jesus Really Do? (1998). Pada bagian depan buku pertama, sebenarnya arah dari napas seminar sudah dapat dilihat.


“Laporan ini dipersembahkan kepada Galileo Galilei yang mengubah pandangan kita mengenai surga selamanya. Thomas Jefferson yang menggunakan gunting dan memotong-motong kitab Injil. David Friedrich Strauss yang memelopori gugatan mengenai Yesus Sejarah.”
Simpulan Seminar
Kegiatan seminar itu adalah pertama, mengumpulkan ucapan yang dianggap berasal Yesus dari kurun waktu tiga ratus tahun, baik dari Alkitab maupun sumber kuno yang dikumpulkan. Ucapan yang berjumlah sekitar 1.500 itu kemudian dibagi ke dalam empat kategori, yaitu “perumpamaan”, “aforisme”, “percakapan”, dan “cerita yang mengandung ucapan Yesus”. Dalam hal itu, ucapan-ucapan yang lebih pendek dianggap lebih asli karena orang lebih mudah mengingatnya daripada kalimat panjang yang mungkin disusun kemudian dan sudah berkembang dan dibumbui.
Kedua, melakukan pemungutan suara. Semua yang hadir menentukan keaslian ucapan Yesus itu dengan memakai empat pilihan sebagai berikut.
1. “Asli” diberi warna merah, yaitu dianggap sebagai ucapan Yesus sendiri. Itu diberi nilai 3 atau 75% ke atas.
2. “Mungkin asli” diberi warna merah muda, yaitu untuk menunjukkan ucapan Yesus yang masih diragukan atau telah mengalami perubahan selama proses salinan. Itu diberi nilai 2 atau 50% ke atas.
3. “Mungkin tidak asli” diberi warna abu-abu, yaitu ucapan yang tidak diucapkan oleh Yesus, tetapi mengandung gagasan Yesus. Itu diberi nilai 1 atau 25% ke atas.
4. “Tidak asli” diberi warna hitam, yaitu ucapan yang dianggap bukan dari Yesus, melainkan ditulis pengikut-Nya atau musuh-Nya. Itu diberi nilai 0 atau 0–25%.
Ucapan itu kemudian disusun untuk merekonstruksikan sejarah hidup Yesus. Selain itu juga dicoba memperjelas pemisahan antara Yesus Sejarah dan Yesus Iman, termasuk di dalamnya mengenai inspirasi dan ketidakbersalahan Alkitab serta pembedaan Yesus (ke-manusia-an) dari Kristus (ke-Tuhan-an). Beberapa hal lain yang dibahas, a.l. sekitar sumber dan hubungan antar kitab Injil, posisi injil Thomas sebagai “injil kelima”, dan soal tradisi ucapan Yesus.

Hasil simpulan Jesus Seminar ternyata kontroversial. Apalagi, di disebutkan bahwa 82% ucapan yang dikatakan sebagai ucapan Yesus dalam kitab Injil itu tidak benar-benar diucapkan Yesus. Beberapa simpulan Jesus Seminar yang ditulis dalam buku The Five Gospels, adalah sbb:
1. Yesus tidak pernah menuntut diri-Nya sebagai Mesias (Kristus) dan tidak bernubuat tentang akhir zaman.
2.Yesus mungkin makan bersama dengan murid-murid-Nya dalam perjamuan malam, tetapi ucapan Yesus pada malam itu kemungkinan adalah rekaan para murid.
3. Doa Bapa Kami kemungkinan disusun oleh para pengikut Yesus setelah kematian-Nya.
Simpulan itu kemudian disebarluaskan media massa ke publik seakan-akan merupakan karya teologis yang sudah benar. Proyek buku pertama mengenai “ucapan” Yesus diselesaikan tahun 1993. Kemudian disusun buku kedua tentang “perbuatan” Yesus yang selesai pada tahun 1998.
Sama dengan buku pertama, penentuan mana perbuatan Yesus dan mana yang bukan, dilakukan dengan cara yang sama, yaitu dengan voting dan pembagian kategori melalui pemberian warna pada perbuatan-perbuatan Yesus, padahal para hadirin seminar biasanya hanya sekitar 30-40 orang saja. Studi Yesus Sejarah dalam “Jesus Seminar”, yang semula merupakan perdebatan di antara para teolog dan dilakukan di ruang seminar sekolah teologi serta dihadiri peserta ahli yang terbatas, dalam era informasi yang cepat meluas saat ini, yaitu melalui pemuatan di surat kabar, majalah, TV, dan seminar-seminar umum telah mencuatkan hal itu menjadi debat terbuka yang cukup mendatangkan silang pendapat dan kontroversi di kalangan umum yang bukan dari kalangan teolog. Apalagi, berita provokatif langsung dilempar ke publik sebelum dicek dan recek.

Kontroversial
Semangat Jesus Seminar untuk menggugat Yesus Sejarah dengan mendudukkan karya gnostik injil Thomas sebagai “injil kelima” seakan-akan bagai gayung-bersambut dengan dipopulerkannya injil gnostik lainnya yang kontroversial pada tahun 2000-an oleh Dan Brown melalui novelnya yang terkenal The Da Vinci Code, yaitu injil Filipus dan injil Maria Magdalena.
Puncak terkini dari gelombang gugatan itu, selain terbitnya banyak buku sejenis yang menggugat Yesus, adalah ditiupkannya kembali isu kuburan keluarga Yesus, yaitu oleh James Tabor dalam bukunya, Jesus Dynasty (2006), serta James Cameron dan Simcha Jacobovici dalam film dokumenter mereka yang berjudul “The Lost Tomb of Jesus” yang mempopulerkan penemuan makam yang dikatakan milik Yesus dan dipopulerkan secara internasional oleh Discovery Channel dimana James Tabor dan John Dominic Crossan menjadi nara sumbernya.
Pandangan kontroversial yang dihembuskan Crossan dalam bukunya Jesus A Revolutionary Biography ( (berdasarkan studinya pada sumber di luar Injil kanonik, yaitu apokrifa dan injil gnostik Thomas dan Petrus), yang mengemukakan keberadaan “anjing-anjing yang berkeliaran di bawah salib” dan bahwa sebenarnya “Yesus tidak disalibkan, tetapi dibiarkan mati telantar sehingga kemungkinan jasad-Nya dimakan anjing”. Dalam bukunya yang lain Who Is Jesus, Crossan mengaku meneruskan ide Martin Hengel mengenai bagaimana Yesus mati. Crossan menyebut:
“Secara normal para serdadu menjaga sampai orang yang disalib itu mati, selanjutnya dibiarkan menjadi mangsa binatang pemangsa dan anjing, atau binatang buas lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan yang kejam itu. Seperti yang saya katakan sebelumnya, kengerian di luar penguburan adalah bagian dari kebiasaan penyaliban, yang dimaksudkan oleh penguasa sebagai peringatan yang mengerikan bagi yang lewat. ... Kengerian yang paling besar yang mungkin adalah tidak ada penguburan sama sekali, Yesus ditinggalkan di kayu salib untuk dimangsa oleh binatang pemangsa.”
Meskipun Crossan memopulerkan kematian Yesus yang mengerikan, ternyata ia bisa dengan mudahnya berbalik mendukung penemuan osuari Yesus di makam Talpiot. Padahal, penemuan itu menganggap bahwa Yesus dikubur secara normal dengan tulang-tulang lengkap, yang setahun setelah kematian-Nya tulangnya dikumpulkan ke dalam osuari dalam makam di dekat Yerusalem yang bukan makam rahasia karena gerbangnya besar dengan relief yang jelas, serta merupakan makam keluarga yang tentu sudah ada secara turun-temurun dan dikenal umum.
Dengan demikian, selain mencuatkan isu Maria Magdalena sebagai istri Yesus, sekarang isu yang muncul adalah bahwa jasad Yesus ditemukan di kuburan keluarga di Talpiot, ini berarti bahwa Yesus adalah manusia biasa yang mati dan dikuburkan sebagai layaknya manusia mati. Para teolog liberal dibalik Jesus Seminar mengakui sifat sejarah kehidupan dan pelayanan Yesus. Namun, yang dipercaya itu adalah bahwa Yesus yang manusia itu mati disalibkan, dikuburkan, tetapi tidak bangkit, apalagi naik ke surga. Yesus hanya manusia biasa tanpa mukjizat yang bangkit dalam iman para pengikut-Nya secara metafora.


Bagaimana di Indonesia?
Persoalan “siapakah Yesus” di gereja di Indonesia mendapat tanggapan bermacam-macam. Di gereja yang tergolong konservatif yang mendasarkan keyakinannya pada Alkitab, Yesus dianggap sebagai Tuhan dan Juruselamat. Di kalangan gereja dan sekolah teologi arus utama yang tergolong ekumenis pada umumnya Yesus dipercayai sebagai Juruselamat, bagian dari Allah Tritunggal. Hal ini tercermin dalam “Pengakuan Iman Rasuli” yang setiap Minggu diucapkan di gereja dan melalui kata-kata lagu rohani yang dinyanyikan yang masih bernuansa konservatif. Namun akhir-akhir ini juga sudah mulai ada kecenderungan, khususnya di kalangan pendeta muda, yang menganggap bahwa Yesus hanya sekadar “manusia baik bagi orang lain”.
Studi tentang Yesus Sejarah juga sudah masuk ke Indonesia. Pada bulan Desember 1995, sebuah sekolah teologi di Jakarta, menggelar seminar yang mengangkat tema itu dengan salah satu pembicaranya professor Richard W. Haskin yang mempopulerkan Jesus Seminar ke Indonesia. Majalah kristiani Kairos, mulai edisi Juli 1996, setiap bulannya memuat artikel mengenai Yesus Sejarah secara berseri yang ditulis Ioanes Rakhmat salah satu dosen sekolah teologi diatas. Namun, karena artikel itu mendapat banyak “tanggapan” dari pembaca dan merangsang timbulnya polemik, artikel itu dihentikan oleh redaksi pada edisi bulan April 1997.
Perlu dicatat bahwa toko buku asing yang beroperasi di mal-mal di kota-kota besar di Indonesia juga banyak menjual buku Jesus Seminar karya pendirinya John Dominic Crossan dan fellow lainnya, bahkan salah satu buku Crossan berjudul ‘God and Empire: Jesus Against Rome, Then and Now’ (2007) dibedah di Jakarta dengan moderator Ioanes Rakhmat dan pembedahnya seorang feminist. Buku senafas yang ditulis Rakhmat dalam bahasa Indonesia a.l. Yesus, Maria Magdalena, dan Makam Keluarga. Penulis buku yang menulis artikel kontroversial di majalah Kairos itu juga menulis artikel kontroversial lain di harian Kompas yang mendukung buku Jesus Dynasty dan film The Lost Tomb of Jesus berjudul “Kontroversi Temuan Makam Keluarga Yesus” (5 April 2007).

Artikel ini lebih mendulang kritik karena dilemparkan ke ranah public dan dibaca oleh pembaca umum, artikel mana juga dimuat di milis Islam Liberal dan dibeberapa milis lainnya, dan mendapat banyak tanggapan dari berbagai pihak seperti Deshi Ramadhani dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta dalam tulisannya Historisasi Makam Kosong Yesus (Kompas, 5 Mei 2007), dan tanggapan melalui milis Islib dengan judul “Makam Yesus Ditemukan?” tulisan Herlianto, dosen tamu pada sekolah teologi di Bandung. Artikel ini juga mendatangkan kritik dari banyak organisasi gereja hingga ada puluhan professional Kristen di Jakarta yang menggugatnya dengan mengundang pimpinan sekolah teologi dan sinoda dimana Rakhmat mengajar dan menjadi pendetanya untuk membahasnya. Ujung-ujungnya penulis kontroversial itu kemudian diberhentikan dari sekolah teologi dimana ia mengajar dan dipensiun dini dari sinoda dimana ia menjabat pendeta.

Berbeda dengan apa yang terjadi di Amerika Serikat dan Inggris pada tahun 1985 dan sesudahnya –ketika banyak dari sekolah teologi, gereja, dan teolog konservatif yang memberikan tanggapan yang telak dan cepat mengenai kontroversi Yesus Sejarah, di Indonesia tanggapan seperti itu belum banyak dan blum masuk agenda gereja selain dilontarkannya reaksi spontan disana-sini. Namun kemudian yayasan Sola Scriptura sejak tahun 2008 mengadakan seminar tahunan di Jakarta dan beberapa kota lain oleh para pembicara penulis buku yang berhaluan konservatif seperti Graig Evans, Ben Witherington, Darrel Bock dll. Demikian juga buku-buku kalangan konservatif yang membahas isu-isu yang dilontarkan Jesus Seminar mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh beberapa penerbit, seperti buku Menjawab Injil Yudas, (NT Wright). Merekayasa Yesus (Graig Evans), Disalibkan oleh Media: Fakta dan Fiksi tentang Yesus Sejarah (C Marvin & Sherry Pate), Mendongkel Yesus dari Takhtanya (Darrell Bock & Daniel Walace), dan buku oleh penulis Indonesia yaitu Menggugat Yesus.

Salam kasih dari YABINA ministry

12 Pesan dunia Untuk Melawan Tuhan

1. Dunia menawarkan keinginan daging dan merangsang mata anda pada hawa nafsu yang jahat. akibatnya terjadi perselingkuhan dan perceraian.

2. Dunia merangsang mata laki-laki untuk melihat lekuk-lekuk tubuh wanita yang tidak memperhatikan penampilannya hanya karena tujuan menerima pujian "wow dan cantik". ujungnya melakukan seks diluar nikah

3. Dunia mendorong wanita untuk memakai pakaian dan rok yang minim dan terbuka-buka. Dengan alasan supaya "Laku"
 

4. Dunia merangsang telinga anda untuk mendengar musik yang melemahkan kerohanian anda ( Sehingga anda tidak bisa membedakan musik rohani dan musik duniawi)
 

5. Dunia menawarkan kekayaan materi, dengan cara menggunakan pada tempat yang salah, di tempat Karaoke, penjudian, pemabukan, pestapora, Penghisap naroba dll.
 

6. Dunia berusaha menjauhi diri anda dari Tuhan dengan cara mendapatkan pekerjaan yang tidak ada waktu untuk berkumpul berjemaat.
 

7. Dunia memberi pesan untuk mencari pasangan yang tidak seiman dengan alasan " saya bisa selamatkan dia, justru dia yang terbawa oleh karena sudah terlanjur cinta" ( Penyesalan seumur hidup)
 

8. Dunia menawarkan kenikmatan hidup melalui kehidupan yang sembrono dan tidak terpuji
 

9. Dunia menawarkan persamaan iman demi mendukung program Iblis jangka panjang.
 

10. Dunia menawarkan kesatuan rohani supaya program iblis tidak segera diketahui dengan berbagai metode " Kutak padang dari gereja mana asalkan ada nama Yesus itu adalah jemaat Tuhan"

11. Dunia memiliki tekad dengan Tidak memiliki separasi baik dari segi kerohanian maupun dari segi pergaulan

12. Dunia memperhalalkan segala sesuatu, supaya orang yang mau mencari kebenaran Tuhan segera akan lenyap.

Dan ada banyak lagi program iblis dimasa yang akan datang baik di gereja maupun di dalam kehidupan sehari-hari, ingat iblis menyesatkan dari dalam gereja bukan dari luar karena kalau dari luar semakin dibabat semakin merambat " Iblis tidak sukses", Tetapi kalau dari dalam gereja iblis sangat sukses. Saudara sekalian, Semoga pesan ini membangun kerohanian anda. Saya mendoakan anda supaya anda mencari kebenaran Tuhan dan berada di gereja yang tidak kompromi dengan dunia. Tuhan Yesus memberkati anda sekalian. Maranatha.

Ayat Renungan.
"Keadaan manusia pada akhir zaman". 2 Tim 3:1-9

SEKEPING UANG PERAK (Renungan Ilustrasi Cerita)

Seorang gadis kecil memperoleh sekeping uang logam perak yang diberikan oleh ayahnya. Dia sangat senang dan bahagia, karena itu adalah uang pertamanya. Ia sangat menyayangi uang logam perak itu, dijaga baik-baik, disimpannya dalam tas saku beludru yang selalu tergantung di lehernya.Bila malam, selalu tas beludru itu digenggamnya erat-erat seakan banyak sekali pencuri yang selalu mengintai logamnya. Bangun pagi, hal pertama yang dilakukannya adalah mengambil minyak dan memoles logam peraknya agar tampak bersinar. Setiap ada kesempatan, uang logam itu selalu ia pamerkan kepada setiap teman-temannya, logam perak itu adalah harta paling berharga miliknya. Tak ternilai, tak akan di tukarkan dengan apapun, dan akan dijaganya seumur hidupnya. Begitu janjinya di dalam hati.

Pada suatu kesempatan, gadis kecil ini berjalan mengelilingi pertokoan. Dilihatnya seorang pria muda seusianya membawa sekeping logam seperti miliknya. Hanya warna yang membedakannya. Sang pria muda itu memiliki logam yang berwarna kuning mengkilap."Wow, logam emas!" katanya dalam hati. "Aku harus memilikinya," pikir sang gadis kecil. Dihampirinya sang pria muda, "Boleh ku tukar logam perak ku dengan logam mu?" tanya nya kepada si pria."Apa kamu yakin mau menukar logam perak mu dengan punya ku?" kata si pria memastikan. Si gadis kecil diam sejenak, ia berpikir, ini logam kesayangannya, apa akan ku tukar ya. Tetapi cahaya silau yang terpantul dari logam milik si pria muda membuyarkan lamunannya. "Iya, akan ku tukar!"Demikianlah sekarang sang gadis kecil miliki logam yang berwarna kuning mengkilap yang ia peroleh dengan menukarkan logam perak kesayangannya. 

Diletakkanlah dalam logam barunya dalam tas beludrunya, dan dibawa pulang. Dengan bangga gadis kecil menunjukan logam barunya kepada teman-temannya,tetapi semua berkata logam perak miliknya yang lama lebih bagus. Ia menjadi marah. Si gadis kecil pulang ke rumah, dan memperlihatkan logam barunya kepada si ayah, si ayah bilang bukan keputusan yang bijak menukarkan logam kesayangannya dengan logam barunya itu. Si gadis kecil bertambah kesal.Ia mengurung diri di kamar, dan memperhatikan logam barunya. Ini logam emas, warnanya kuning mengkilap, bersinar lebih indah dari pada logam perak ku yang lama. harganya pasti lebih mahal. Pasti lebih berharga. Dengan meyakinkan dirinya sendiri, sang gadis tertidur pulas.Hari berganti hari, si gadis sudah beberapa hari tidak membuka tas beludrunya. 

Ketika ia teringat akan tas beludrunya, ia membuka dan mengeluarkan uang logam yang terdapat di dalamnya. Diperhatikan logam barunya. Lalu si gadis mengambil minyak untuk menggosok logamnya. Tak lama si gadis mengambil kain lap.
Entah mengapa dengan agak panik si gadis mengambil tisue. Ia terus menggosok logamnya dengan minyak dan lap, kemudian menggosoknya lagi dengan tissue.Melihat tingkah anaknya, si ayah menghampiri si gadis kecil dan bertanya:"Ada apa gadis manis ayah, kok tampak bingung?"Dengan mata berlinang air mata yang hampir tertumpah, si gadis berkata"Ayah, logam baru ku tampak kusam, tampak hitam, tidak bisa bersih dengan minyak, dan lap yang biasa. Semakin ku gosok, ia semakin kusam."Dengan menghela nafas panjang, sang ayah berkata dengan tenang: "Gadis kecil ayah yang manis, kamu tahu logam yang ayah beri kepada mu logam apa?" tanya sang ayah."Tahu, logam perak kan ya?""Betul, lalu kamu tahu ini logam apa?"Ini logam emas yang seharusnya lebih berkilau indah dan mahal dari pada logam perak kesayangan ku itu kan yah?"Sang ayah berkata dengan sabar, "Benar ini tampak seperti logam emas, tetapi ini bukan logam emas anakku. Ini adalah logam tembaga. Ia tampak seperti emas, tetapi tidak seindah emas, bahkan tidak seindah perak yang ayah berikan.

"Mengertilah si gadis kecil mengapa semua teman-teman dan ayahnya dari semula berkata logam perak kesayangannya lebih indah. Menyesalah si gadis kecil. Kemudian ia berusaha mencari pria muda yang menukar logam perak miliknya, bahkan ia membawa beberapa boneka kesayangannya untuk ditebus dan ditukarkan kembali dengan logam perak miliknya. tetapi ia tidak menemukan anak laki-laki itu lagi.

Sering kali kita tidak mengetahui, tidak menyadari betapa berharganya apa yang kita miliki saat ini. Apapun itu, orang-orang yang kita sayangi dan yang menyayangi kita, benda, waktu, kesempatan, atau apapun itu. Sering kali kita membuat kita memandang rendah apa yang kita miliki saat ini.Rumput tetangga terlihat lebih hijau. Sering kita terpikat oleh silaunya pantulan cahaya milik orang lain. Padahal hal yang terlihat belum tentu seindah nampaknya. Sering kita melihat orang lain nampak lebih bahagia, kekasih orang lain lebih tampan/cantik, atau apa saja, sehingga kita lupa bersyukur atas apa yang kita punya.Kita sering menukar harta kita yang paling berharga dengan sesuatu yang membuat kita terpukau, tetapi hal itu hanya sesaat. Ketika kita kemudian menyadarinya, kita sudah melakukan kesalahan. Kita menyesal. tetapi belum tentu sesuatu itu bisa diperbaiki dengan mudah. Konsekuensi pasti ada. Kita harus lebih berupaya memperbaiki kesalahan kita.
Bersyukurlah, berpikir dengan bijak, hargai mereka yang menyayangi, sayangi mereka yang kau sayangi.

"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18)
Salam Kasih

Pola Pikir Yang Salah

Banyak orang Kristen yang berpikir salah, mereka berusaha menyelesaikan semua masalah dengan “karunia Mujizat”. Mereka lebih suka hanya menantikan mukjizat Tuhan dinyatakan. Ini terjadi oleh karena mereka tidak belajar Alkitab dengan benar. Mereka menganggap bahwa hal itu yang diperkenankan oleh Allah. Sepanjang umur hidup mereka ingin mengalami hal-hal yang ajaib dan spektakuler tersebut. Pada hal banyak hal dalam hidup ini yang harus diselesaikan dengan upaya, tenaga dan kerja keras kita sendiri, inilah yang disebut dengan tanggung jawab. Adapun hal-hal yang tidak mungkin bisa dilakukan tanpa campur tangan Tuhan, Tuhan pasti menopang. Tuhan akan memberikan berkat pada waktu tepat sesuai dengan kebutuhan demi kepentingan-Nya dalam kebijaksanaan-Nya.

Sering kita dengar pendeta berdoa agar Tuhan memberkati umat-Nya dengan berkat-berkat-Nya, tetapi mereka tidak mengajak dengan tegas umat untuk bekerja keras, giat dan jujur. Mestinya paling tidak diisyaratkan demikian. Tidak sedikit pendeta yang mengisyaratkan bahwa orang Kristen tidak perlu kerja giat, tanpa kerja giat berkat datang dengan sendirinya lebih banyak. Hal ini akan merusak generasi muda untuk memaksimalkan potensi pada masa mudanya di tengah persaingan yang makin ketat. Dalam hal ini dikesankan bahwa apa pun dan bagaimana pun cara kerja kita, Tuhan pasti berkati (berkat jasmani). Pemahaman ini salah.

Dalam Matius 5:45 Tuhan menunjukkan bahwa sedikit atau banyak berkat jasmani seseorang tergantung “ketekunan” seseorang mengumpulkannya. Oleh sebab itu salahlah kalau gereja menjanjikan bahwa dengan ke gereja rejeki lebih lancar, berkat jasmani lebih banyak.
Berkat jasmani banyak atau sedikit dipengaruhi oleh ketekunan seseorang bekerja. Juga tergantung kepercayaan Tuhan kepada masing masing berdasarkan kebutuhan. Berdasarkan kebutuhan artinya, Tuhan mengerti porsi sesuai yang kita butuhkan tidak lebih maupun kurang. Akhirnya,Tuhan tahu porsi yang mampu kita tanggung. Kalau berkat terlalu banyak dan hal itu mengganggu pertumbuhan iman kita maka Tuhan tidak akan memberinya. Tuhan tahu ukuran kita. Seperti yang disinggung di atas bahwa manusia harus bertanggung jawab. Ini berarti bahwa akibat perbuatan individu harus ditanggung individu tersebut. Tuhan tidak akan membiarkan suatu kesalahan tidak ada akibatnya, sebab ini berarti melanggar prinsip keadilan Tuhan.

menghidupkan Firman Tuhan

Dari Alkitab kita dapat memperoleh begitu banyak pengertian mengenai siapa Allah yang benar. Dari pengetahuan pengenalan akan Allah tersebut kita membangun hubungan dengan Allah, menghadirkan Dia dalam hidup ini. Hal ini sama dengan “menghidupkan Firman Tuhan” dalam hidup kita. Apakah Tuhan terasa atau terbukti hidup atau mati dalam kehidupan seseorang juga tergantung dari masing-masing individu merespon anugerah Tuhan. Orang-orang yang tidak menghargai Tuhan secara pantas tidak akan mengalami Allah yang hidup di dalam kehidupannya. Dalam hal ini betapa pentingnya pemberitaan Firman yang benar untuk memperkenalkan Allah yang benar. Dari pengenalan akan Allah yang benar tersebut seseorang membangun pergaulan pribadinya dengan Tuhan.

Pemberita Firman harus dapat mengerti kebenaran dari Alkitab secara benar dan sistematis untuk diajarkan kepada jemaat. Pemberitaan Firman yang salah akan menutup pintu sama sekali seseorang bisa berinteraksi dengan Allah. Ini adalah awal penyesatan. Itulah sebabnya Tuhan sangat marah terhadap penyesat (Mat. 18:6). Orang percaya harus sungguh-sungguh berhati-hati terhadap siapa dan apa yang kita dengar. Pengalaman orang lain dengan Tuhan, baik yang tertulis dalam Alkitab maupun kesaksian orang yang kita dengar sekarang ini memang bisa menjadi pelajaran yang berharga, tetapi bagaimana pun setiap kita memiliki pengalaman yang tidak ada duanya. Pengalaman mereka hanya menjadi pembanding. Bahkan pengalaman tokoh-tokoh iman, tidak boleh diimport dalam hidup pribadi secara mentah. Pengalaman mereka belum tentu bisa diterapkan persis dalam hidup kita. Tentu yang pertama yang kita harus tangkap adalah esensi dari kisah tersebut mengenai Pribadi Allah, kedua kecenderungan-kecenderungan hati seseorang yang bisa memberi pelajaran bagi kita.
Biaya untuk menghidupkan Tuhan dalam kehidupan kita masing-masing sehingga kita menemukan pengalaman khusus tersebut, ada dua.

Pertama, korban Tuhan Yesus Kristus yang memberi jalan kepada manusia untuk bisa bersekutu dengan Allah. Setiap orang bisa menghampiri Allah sebagai Bapa, bukan hanya para imam seperti pada jaman Perjanjian Lama (Ibr. 12:18-25). Allah Bapa mau menyambut kita sebagai anak-anak-Nya dan berbicara setiap hari melalui Firman yang Tertulis Yaitu Alkitab.

Kedua, segenap hidup kita tanpa batas. Orang yang mengalami Tuhan atau menghidupkan Tuhan di dalam hidupnya untuk memiliki pengalaman khusus dan nyata dengan Tuhan, haruslah mempertaruhkan segenap hidupnya untuk itu. Di balik semua kesibukan, fokus kita adalah Tuhan, yaitu bagaimana mengalami Tuhan setiap hari. Segenap hidup ini juga termasuk di dalamnya untuk hidup dalam kesucian (2Kor. 6:17-18).