Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Apakah yang Diberitakan Saksi Yehuwa Benar-benar “Kabar Baik”?

Salah satu ciri khas Saksi Yehuwa adalah ketekunan mereka dalam berdinas dari rumah ke rumah. Mungkin Saudara pernah didatangi mereka juga. Di bawah nama majalah mereka, tertulis “Memberitakan Kerajaan Yehuwa” .
Nah, apakah “kabar baik“ yang dibawa oleh Saksi Yehuwa sama dengan kabar baik yang diajarkan Alkitab?
Kabar baik menurut Alkitab dituliskan jelas di ayat berikut:
1 Korintus 15:1-5
Saudara-saudara, aku memberi tahu kamu kabar baik yang aku nyatakan kepadamu, … yang melaluinya kamu juga diselamatkan, … jika kamu berpegang erat padanya… yaitu bahwa Kristus mati bagi dosa-dosa kita sesuai dengan Tulisan-Tulisan Kudus; dan bahwa ia dikuburkan, ya, bahwa ia dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan Tulisan-Tulisan Kudus…
Penulis ayat yang sama juga menuliskan:
Galatia 1:8-9
Tetapi, bahkan jika kami atau malaikat dari surga menyatakan sesuatu kepadamu sebagai kabar baik, padahal ini berbeda dengan apa yang telah kami nyatakan kepadamu sebagai kabar baik, biarlah ia terkutuk. Sebagaimana telah kami katakan di atas, sekarang aku juga mengatakannya lagi: Barang siapa menyatakan sesuatu kepadamu sebagai kabar baik, namun ini berbeda dengan apa yang telah kamu terima, biarlah ia terkutuk.
Mari kita lihat apa isi “kabar baik” yang diberitakan oleh Saksi Yehuwa. Apakah sama dengan kabar baik Paulus yang berisi pengampunan dosa, kematian, dan kebangkitan Yesus?
w81 5/1 p. 17 par. 3
Let the honest-hearted person compare the kind of preaching of the gospel of the Kingdom done by the religious systems of Christendom during all the centuries with that done by Jehovah’s Witnesses since the end of World War I in 1918. They are not one and the same kind. That of Jehovah’s Witnesses is really “gospel,” or “good news,” as of God’s heavenly kingdom that was established by the enthronement of his Son Jesus Christ at the end of the Gentile Times in 1914.
w80 10/1 p. 28 pars. 15-16
But the Kingdom witnessing of Jehovah’s Witnesses since 1914 has been something far different from what Christendom’s missionaries have published both before and since 1914… Jehovah’s Witnesses have preached world wide since 1918 is something unique, something that has distinguished these as being the “last days” of the political, social, judicial, militarized system of things. It has been a worldwide witness concerning a royal government now set up in the heavens, empowered to oust the Devil and his demons from the location of its throne.

Pada dua kutipan di atas, Menara Pengawal dengan jelas mengatakan bahwa kabar baik yang mereka beritakan berbeda jauh dengan apa yang diberitakan gereja-gereja.
Kabar baik yang diberitakan Menara Pengawal adalah terbentuknya pemerintahan ilahi di surga dengan pelantikan Yesus pada tahun 1914.

Tidak peduli ketekunan dalam memberitakan “kabar baik”, namun apakah ini kabar baik yang dimaksudkan oleh Paulus pada 1 Korintus 15:1-5?

Ketidakjujuran Menara Pengawal*: Mengacaukan Pengertian Tritunggal

“Ajaran Tritunggal telah menyebabkan banyak anggota gereja, para pencari kebenaran yang jujur, kehilangan kepercayaan terhadap para rohaniwan mereka. Halnya demikian berkenaan seorang wanita muda di Afrika Selatan yang tidak dapat percaya bahwa agamanya, Gereja Reformasi Belanda, mengajarkan sesuatu yang sangat membingungkan seperti Tritunggal sampai salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa menjelaskan kepadanya dengan bukti tertulis bahwa Tritunggal memang membingungkan!” (w89 1/3 hlm. 5 Siapa Sebenarnya Pelayan-Pelayan Allah?)

Sangat menarik penggalan akhir dari kutipan di atas, “salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa menjelaskan kepadanya dengan bukti tertulis bahwa Tritunggal memang membingungkan!” Ya, memang pada kenyataannya Saksi Yehuwa selalu mengatakan dan gemar membuktikan betapa membingungkannya ajaran ini.


Saksi memang gemar membuat orang bingung akan apa itu Tritunggal. Ini adalah hal yang paling tidak jujur yang pernah dilakukan Saksi Yehuwa: membuat orang bingung tentang pengertian atau definisi Tritunggal.

definisi Tritunggal dalam “Bertukar Pikiran”
“Tiga Pribadi dalam satu Allah”
“Doktrin utama agama-agama Susunan Kristen. Menurut Kredo Athanasia, ada tiga Pribadi ilahi (Bapak, Putra, Roh Kudus), masing-masing dikatakan kekal, mahakuasa, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, setiap pribadi dikatakan sebagai Allah, tetapi semuanya adalah satu Allah….”



Ini adalah definisi Tritunggal yang benar. Akan tetapi, apa yang dijelaskan Organisasi mengenai Tritunggal? Organisasi memberikan pengertian ulang tentang Tritunggal yang berbeda dengan pengertian Tritunggal sesungguhnya:

w62 4/15 p. 235 par. 35 Christendom Has Failed God! After Her End, What?
“Tiga Allah dalam satu pribadi”
Christendom has copied the heathen, pagan nations of Asia in teaching that God is a trinity, three Gods in one Person
w51 1/1 p. 21 “Put Off Every Weight”)
“Tiga Allah yang setara”
Rejecting the supremacy of Almighty God, orthodox religion champions a pagan doctrine of a trinity of gods, not one supreme God, but three coequal ones
w61 2/15 p. 104 par. 9 Finding Joy for Everlasting Life
“Tiga Allah dalam satu Allah”
A “Holy Trinity” of three Gods in one God is also worshiped by most Catholic and Protestant sects, this having first been adopted as Catholic doctrine at the Nicene Council of A.D. 325.


Akankah Organisasi yang jujur memberikan “kesaksian dusta” akan lawannya?

(Amsal 18:13, TDB) Apabila seseorang menjawab suatu perkara sebelum mendengar, itu adalah kebodohan di pihaknya dan kehinaan.

(Keluaran 20:16, TDB) ”Jangan memberikan kesaksian yang tidak benar sebagai saksi tentang sesamamu.



*dikembangkan dan diadaptasi dari artikel “How the Watchtower Misrepresents the Doctrine of the Trinity”, oleh Robert M. Bowman Jr.

Bagaimana Saya Bisa Hidup Memuliakan Tuhan

Bagaimanakah seseorang itu bisa memuliakan Tuhan? Tujuan paling penting bagi setiap orang, dan bagi siapapun yang pernah terlahir ke dunia adalah untuk memuliakan Tuhan. Inilah arti dari kehidupan itu sendiri. Memuliakan Tuhan adalah tujuan utama dalam kehidupan orang Kristen.
Saya menyarankan beberapa cara yang praktis bagi orang Kristen untuk memuliakan Tuhan.

Mengaku Dosa
Fakta bahwa kita telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus, dibenarkan, dikuduskan di dalam Kristus, tidak membuat kita kebal terhadap dosa. Dosa masih menjadi masalah sehari-hari yang harus kita taklukkan. Dosa dalam konteks orang percaya, tidak lagi dapat membawanya dihukum di neraka, namun dosa ini dapat merusak hubungannya dengan Tuhan, yang berakibat pada rusaknya hidup kerohaniannya. Akhirnya, ia gagal menjalani hidup yang memuliakan Tuhan.
Dengan mengaku dosa, seseorang menyesal akan dosanya sehingga membebaskan dirinya terhadap mempersalahkan Tuhan atas apa yang terjadi pada dirinya. Adam menjadi ilustrasi dalam hal ini, ketika Tuhan berhadapan dengan Adam (Kej. 3:12), Adam seakan berkata: ini karena Engkau, seandainya aku tidak diberikan perempuan ini, mungkin hal ini tidak akan terjadi.
Melakukan hal demikian adalah mempersalahkan Tuhan dan menempatkan kesalahan itu kepada-Nya. Tuhan tidak pernah bersalah ketika kita berdosa. Menempatkan kesalahan seperti itu adalah fitnah terhadap kesucian-Nya. Jadi siapa pun yang mencoba untuk diam-diam mempersalahkan Tuhan atas dosanya, ia telah berbuat dosa yang menyedihkan dan melawan kekudusan Tuhan. 1 Yoh. 1:19 “Jika kita mengaku dosa kita maka Ia adalah setia dan adil sehingga ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”
Bahasa Yunani untuk ‘mengaku’ adalah Homologeo, artinya “untuk berkata hal yang sama.” Mengaku artinya setuju akan Tuhan bahwa dosa adalah sesuatu yang melawan kekudusan Tuhan dan kita sangat menyesalinya. Sikap yang seperti itu memuliakan Tuhan. Tuhan itu setia dan langsung memaafkan pada saat kita setuju kepada-Nya.


Buah Roh
Dalam Yohanes 15:8 “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku”.
Mengapa? karena dengan demikian dunia dapat melihat hasil yang nyata dari kehidupan rohani orang percaya. Untuk itulah kita ada, yaitu untuk menunjukkan keberadaan Tuhan kepada dunia dan bahwa hukum-hukum-Nya berlaku bagi semua orang tanpa terkecuali. Kolose 1:10 “Sehingga hidupmu layak dihadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah“. Pekerjaan yang baik adalah buah yang harus kita perlihatkan sebagai kesaksian. Ketika kita tinggal dalam kehidupan akan pekerjaan yang baik, dunia melihat dan memuliakan Bapa kita di surga (Mat.5:16).
 


Berikan Puji-pujian Kepada Tuhan
Mazmur 50:23 “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku, siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya”.
Samuel 12:26-31. Ketika Yoab menang melawan Raba dan mendapatkan mahkota musuh, dia pergi mencari Daud sehingga dapat memberikan mahkota itu kepada Daud. Ini adalah ilustrasi yang bagus bahwa orang Kristen harus tunduk kepada tuannya. Kita adalah pemenang-pemenang, yang menang atas dosa dan memperoleh kehidupan, tetapi kita tidak memakai mahkotanya, namun kita berikan kepada Tuhan yang telah memenangkan kemenangan untuk kita.


Mencukupkan Diri
Kita mungkin tidak puas terhadap diri kita sendiri dan situasi yang kita alami, akan tetapi siapa yang menciptakan kita? Tuhan, dan Dia berjanji akan memenuhi kebutuhan kita, bukan keinginan kita. Ketika kita mencukupkan diri, kita mengakui Allah berdaulat dalam kehidupan kita dan itu


memuliakan Tuhan.
Jika kita tidak mencukupkan diri, sama saja halnya dengan mempertanyakan kebijaksanaan Tuhan, hal itu tidaklah memuliakan-Nya. Rasul Paulus mengaku “Aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” (Filipi 4:11). Paulus percaya bahwa Tuhan akan menggunakan segala hal – kemiskinan sama hal dengan kelimpahan, kenyamanan sama halnya dengan penderitaan, untuk kebaikan Paulus dan kemuliaan Tuhan (Roma 8:28).
Seorang Kristen yang tidak belajar mencukupkan diri karena berbagai alasan: pekerjaan, keluarga, keuangan, keadaan, hal ini adalah kesaksian yang buruk tentang kebaikan Tuhan kepada kita sebagai orang percaya.

Berdoa Seturut KehendakNya
Yesus berkata: “dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak” (Yoh.14:13).
Berdoa dalam nama-Nya berarti berdoa sesuai dengan karakter dan kehendak-Nya. Doa harus selalu berdampingan dengan ketaatan pada Firman-Nya. Berdoa tanpa melakukan kehendak Tuhan tidak ada gunanya.
Dan adalah kesukaan bagi Tuhan untuk menyatakan kemuliaan-Nya dalam menjawab doa. Inilah mengapa Dia meminta kita untuk berdoa, Dia akan menunjukkan kebesaran-Nya melalui doa yang kita naikkan.


Nyatakan FirmanNya
Rasul Paulus menulis, “berdoalah untuk kami, supaya Firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi diantara kami” (2 Tesalonika 3:1).
Kita menghormati-Nya dengan menjadikan Firman-Nya diketahui dan dimengerti orang lain. Semakin sering kita memberitakan Firman, baik melalui mulut, maupun perbuatan, semakin Tuhan dimuliakan melalui hidup kita.
Membagikan kebenaran Alkitab / Firman Tuhan adalah pelayaanan yang paling dibutuhkan saat ini, namun juga merupakan tugas yang sering dihindari banyak orang Kristen, sebab usaha memberitakan Firman Tuhan sangat berisiko dibenci dan ditolak orang. Akan tetapi, tidak ada alasan untuk tidak memberitakan kebenaran, kecuali Anda tidak ingin memiliakan Tuhan.
Membimbing yang Lain kepada Kristus
Tuhan dipermuliakan ketika banyak orang yang memberi diri diselamatkan. Dia dimuliakan ketika penjara belenggu iblis dipatahkan dan orang terbebas dari kegelapan kepada terang Kristus. Banyak orang diselamatkan dari dosa untuk memberikan kemuliaan bagi Tuhan. Semakin banyak orang menjadi percaya atau diselamatkan, itu menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah ( 2 Korintus 4:15).


Bagaimana Menyenangkan Tuhan
Ketika kita hidup untuk memuliakan Tuhan, Dia meresponnya dengan memberikan kita sukacita yang berlimpah. Akan tetapi orang Kristen dapat mengalami pengalaman sukacita surgawi walau dalam keadaan sedih, putus asa, sakit dan dalam kegagalan. Faktanya hanya dosalah yang dapat merengut sukacita bagi orang Kristen. Ketika sukacita itu hampir pudar, tentu ini merupakan tanda gangguan (dosa) atau ketidakpercayaan. Apa yang harus kita lakukan pada saat seperti itu? Bangkitlah dan berdoalah, serta akuilah dosa-dosa Anda, maka Tuhan akan mengampuni dan memulihkanmu.
Sumber: www.gty.org

RESOLUSI Menjadi Seorang Suami yg Berkenan di Hati Tuhan

Tuhan menempatkan para suami pada posisi yang sangat krusial atau sangat penting dalam sebuah keluarga. Mereka adalah kepala dari Istri, kepala keluarga dan pemimpin rohani dalam rumah tangga (Efesus 5:23). Gagal mengenali peran ini akan berdampak sangat buruk bagi kehidupan keluarga; anak-anak terabaikan, hubungan retak, keributan tak terelakkan, komunikasi buntu, dan banyak berakhir dengan perceraian.

Kenyataan bahwa pernikahan Anda ditegukan dalam sebuah gereja lokal dan didukung sedemikian banyaknya doa tidak menjamin keluarga Anda akan berhasil. Diperlukan suatu komitmen atau sebuah “RESOLUSI” yang benar untuk menciptakan sebuah keluarga yang kuat, kokoh dan alkitabiah.

Apakah Resolusi itu?
Resolusi adalah sebuah faktor perubahan. Ini adalah sebuah deklarasi tegas yang menyatakan bahwa mulai saat ini, Anda memilih untuk hidup demi hal-hal terpenting. Janji ini ditetapkaan di dalam hati, kemudian terucap di bibir Anda. Anda bertekat memenuhi tanggung jawab yang Tuhan berikan dan menjalani hidup yang penuh iman dan integritas.

Deklarasi ini mengungkapkan Anda ingin menjadi siapa sebagai seorang pria/suami dan mengingatkan Anda akan pengaruh Anda yang tak ternilai bagi generasi berikutnya.
Membuat Resolusi berarti merumuskan – sekali untuk selamanya, memilih untuk bertahan dan bertekat sepenuhnya untuk melakukan apa yang benar (Mazmur 112:7).
 
Sebuah Resolusi yang kuat, penuh kebenaran dan dipikirkan secara matang akan mengarahkan sisa hidup Anda ke garis akhir yang bertuliskan SETIA. Dengan demikian, Anda dapat menjalani sisa hidup Anda dengan daya tahan dan penuh tekat unyuk tidak pernah berbalik lagi.

1. Saya SUNGGUH–SUNGGUH bertekad di hadapan Tuhan Untuk bertanggung jawab sepenuhnya atas diri saya, Istri saya, dan anak – anak saya .

2. Saya akan mengasihi mereka, melindungi mereka, melayani mereka, dan mengajarkan Firman Tuhan kepada mereka sebangai pemimpin rohani dalam keluarga saya.

3. Saya akan setia pada istri saya, mengasihi dan menghormatinya, dan bersedia menyerahkan hidup saya baginya seperti yang Yesus Kristus lakukan bagi saya.

4. Saya AKAN meberkati anak–anak saya dan mengajari mereka mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap pikiran, dan segenap kekuatan mereka.

5. Saya AKAN mendidik mereka menghormati otoritas dan hidup bertanggung jawab.

6. Saya AKAN melawan kejahatan, mengejar keadilan, dan mencintai kemurahan.

7. Saya AKAN mendoakan orang lain dan memperlakukan mereka dengan hormat, kebaikan, dan belas kasihan.

8. Saya AKAN bekerja dengan tekun untuk menyediakan kebutuhan keluarga saya.

9. Saya AKAN mengampuni orang – orang yang bersalah kepada saya dan berdamai dengan orang – orang yang saya rugikan.

10. Saya AKAN belajar dari kesalahan saya, bertobat dari dosa – dosa saya, dan hidup berintegritas sebagai orang yang bertanggung jawab kepada Tuhan.

11. Saya AKAN menghormati Tuhan, setia kepada gereja – Nya, menaati Firman – nya, dan melakukan Kehendak – Nya.

12. Saya AKAN menjalani resolusi ini dengan berani sepanjang hidup saya demi Kemuliaan – Nya melalui kekuatan yang Tuhan berikan kepada saya.
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!
( Yosua 24 : 15 )

By Stephen Kendrick, Alex Kendrick & Randy Alcorn

Enam Cara Metode Belajar yg Efektif Untuk Anak-Anak

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap melalui serangkaian pengalaman. Hal yang penting dalam belajar adalah perubahan perilaku, dan itu menjadi target dari belajar. Dengan belajar, seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Berikut adalah kiat-kiat praktis agar belajar menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak.



1. Ciptakan Lingkungan Tanpa Stres (Rileks).
Anak tidak bisa belajar efektif dalam keadaan stres. Syarat pembelajaran yang efektif adalah lingkungan yang mendukung dan menyenangkan. Belajar perlu dinikmati dan timbul dari perasaan suka serta nyaman tanpa paksaan. Untuk menciptakan lingkungan tanpa stres bagi anak, penting bagi orangtua agar rileks dan tidak menetapkan target atau menuntut anak melebihi kemampuannya.

2. Manfaat Sarana Bermain untuk Belajar.
Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain adalah metode belajar yang paling efektif. Anak-anak belajar dari segala kegiatan yang mereka lakukan. Kuncinya adalah bagaimana mengubah kegiatan bermain menjadi pengalaman belajar. Ketika anak merasa senang dan nyaman, ia akan mampu belajar dengan baik. Bagi anak kecil yang sedang belajar menghafal kata-kata yang berlawanan seperti kata atas dan bawah, sambil bermain bola kita bisa mengucapkan “jika bola dilempar ke atas pasti akan jatuh ke bawah”, belajar kata nyala dan padam dengan memainkan lampu, belajar kata buka dan tutup melalui pintu yang dubuka dan yang ditutup, dan seterusnya. Bagi anak yang lebih besar, saat ulangan pelajaran hafalan, orangtua dapat menanyakan kembali melalui permainan tebak-tebakan dengan sistem poin. Jumlah poin yang diperoleh dapat ditukar dengan makanan kesukaannya. Yang ingin ditekankan di sini bukan pada permainannya, tapi kegembiraan yang menyertai.

3. Gunakan Kelima Indra Anak sebagai Jalur Belajar.
Bagian neokorteks dari otak kita terbagi dalam beberapa fungsi khusus seperti fungsi berbicara, mendengar, melihat dan meraba. Kita menyimpan memori-memori indrawati di tempat yang berbeda. Jika ingin memiliki memori yang kuat, kita harus menyimpan informasi dengan menggunakan semua indera kita – melihat, mendengar, berbicara, menyentuh, dan membaui. Anak-anak umumnya belajar melalui pengalaman konkret yang aktif. Untuk memahami kondep ‘bulat’ yang abstrak, seorang anak perlu bersentuhan langsung dengan benda-benda bulat, apakah itu dengan cara melihat dan meraba benda bulat atau dengan cara menggelindingkan bola. Menurut Vernon A. Magnesen dalam Quantum Teaching, kita belajar 10% dari apa yang kita baca; 20% dari apa yang kita dengar; 30% dari apa yang kita lihat; 50% dari apa yang kita lihat dan dengar; 70% dari apa yang kita katakan; dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan

4. Pakailah Seluruh Dunia Sebagai Ruang Kelas.
Ubahlah segala sesuatu yang ada di sekitar kita menjadi pengalaman belajar. Bentuk lingkaran bisa dilihat pada roda, balon, matahari, bulan, kacamata, mangkok, piring, uang logam; sedangkan persegi panjang bisa dilihat pada pintu, jendela, buku, kasur. Bujursangkar bisa dilihat di layar komputer, televisi, kotak tissu, saputangan, taplak meja; sedangkan segitiga bisa dilihat pada pohon Natal, rumah, gunung, dan tenda.
Belajar menghitung benda-benda nyata Minta anak untuk menghitung benda-benda yang dapat disentuhnya, misalnya; “Kamu punya satu hidung dan berapa mata? Berapa jarimu?” libatkan juga anak ketika Anda menyiapkan meja untuk dua, tiga, atau empat orang. Atau biarkan anak Anda yang menghitung uang ketika membayar di kasir.
Belajar mengkategorikan sesuatu. Otak menyimpan informasi melalui asosiasi (persamaan) dan penggolongan atau kategori dan Anda bisa menciptakan kegiatan bermain anak sambil bekerja. Waktu Anda hendak membereskan pakaian, anak bisa diminta untuk memilah-milah berdasarkan warna pakaian, jenis pakaian, maupun pemilik. Dengan demikian, Anda dapat tetap mengerjakan tugas rumah tangga sambil anak juga belajar tentang sesuatu.

5. Pentingkan dorongan positif.
Berdasarkan penelitian, anak sejak usia dini rata-rata menerima enam komentar negatif untuk satu dorongan positif yang diterimanya. Saya kira, tingkat perbandingan dorongan positif dan negatif di Indonesia akan jauh lebih besar. Kebanyakan kita dibesarkan dalam lingkungan dengan komentar negatif yang lebih banyak daripada yang positif. Padahal dorongan positif memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membangun rasa percaya diri anak dan memacu semangat agar anak berprestasi dengan lebih baik lagi.

6. CINTA adalah resep penting dalam pendidikan anak.
Prof. Diamond, seorang ahli saraf, mengingatkan bahwa cinta merupakan resep paling penting dalam dunia pendidikan anak. Kehangatan dan kasih sayang adalah faktor utama dalam mendukunga perkembangan seutuhnya. Sentuhan emosi memberikan dampak besar dalam proses belajar anak.
Tugas utama orang dewasa adalah menyediakan sebanyak mungkin kesempatan yang sesuai dengan tingkat umur dan mengembangkannya secara bertahap.” Otak pun akan mampu bekerja secara efektif bila digunakan secara teratur. Ada pepatah kuno berbunyi demikian; “If you don’t use it, you lose it“-Jika tidak digunakan, Anda akan kehilangan otak Anda.

Sumber www.focusonthefamily.com

DUA BELAS ATURAN MENCIPTAKAN ANAK-ANAK NAKAL

1. Mulailah pada masa bayi dgn memberikan semua yang diinginkannya; dengan cara itu, ia akan percaya bahwa dunia berhutang kehidupan kepadanya.

2. Ketika ia mengeluarkan kata-kata kasar; tertawalah kepadanya. Ia akan beranggapan dirimu lucu.

3. Jangan pernah memberikannya latihan spritual atau arahan rohani. Tunggulah sampai ia berumur 21 tahun, lalu biarkan ia memilih sendiri.

4. Hindari penggunaan kata “salah” sebab dapat membuat anak terkena sindrom rasa bersalah. Dengan demikian, kelak ketika ia ditangkap, anak itu akan meyakini bahwa masyarakat menganiaya atau menghakiminya.

5. Pungutlah segalah sesuatu yang ditinggalkannya disekeliling rumah. Lakukanlah segalah sesuatu untuknya supaya ia menjadi berpengalaman melemparkan segala tanggung jawabkepada orang lain.

6. Biarkan ia membaca semua bacaan yang diperolehnya. Perabot makanannya harus dijaga bersih, sehingga ia pikirannya bebas mengkonsumsi sampah.

7. Sering-seringlah bertengkar di depan anak-anak Anda. Dengan demikian, mereka tidak terkejut bila rumah tangga Anda kemudian retak atau hancur.
 
8. Berikanlah kepada anak-anak Anda semua uang yang dimintanya. Jangan biarkan ia mencari uang sendiri.

9. Puaskan segala keinginannya akan makanan, minuman, dan kenyamanan. Pastikan semua keinginannya terpenuhi dan jangan menahan apa pun.

10. Belalah anak Anda jika mereka bermasalah dengan tetangga, penegak hukum, dan guru. Orang-orang itu hanya berprasangakah buruk terhadap anak Anda.

11. Bila anak bermasalah, jangan menyalahkan diri sendiri. Ucapkanlah kepada diri sendiri, “Toh tidak ada lagi yang bisa saya lakukan untuk mengubah anakku.”

12. Bersiaplah memasuki hidup yang penuh kedukaan.


Sumber:
Paul Lee Tan, Encyclopedia of 7.700 Illustrasions (Imanuel)
Swindoll’s Ultomate book of Illustrations & Quotes (KH: hal. 211)

Anak-Anak Belajar Dari Apa Yang Mereka Jalani

Jika seorang anak hidup dengan kritikan, Ia belajar mengutuk.
Jika seorang anak hidup dengan permusuhan, Ia belajar untuk berkelahi.
Jika seorang anak hidup dengan ejekan, Ia belajar untuk menjadi malu.
Jika seorang anak hidup dengan rasa malu, Ia belajar untuk merasa bersalah.
Jika seorang anak hidup dengan toleransi, Ia belajar untuk menjadi lentur.

 
Jika seorang anak hidup dengan dorongan, Ia belajar percaya diri.
Jika seorang anak hidup dengan pujian, Ia belajar menghargai.
Jika seorang anak hidup dengan keadilan, Ia belajar keadilan.
Jika seorang anak hidup dengan rasa aman, Ia belajar beriman.
Jika seorang anak hidup dengan persetujuan, Ia belajar menyukai dirinya sendiri.
Jika seorang anak hidup dengan penerimaan dan persahabatan, Ia belajar menemukan kasih di dunia.
By: Dorothy Law Nolte

Arti Pernikahan Kristen

Pernikahan adalah persekutuan yang ekslusif seumur hidup antara seorang pria dan seorang wanita. Pernikahan adalah satu komitmen antara seorang laki-laki dan perempuan yang melibatkan hak-hak seksual secara timbal balik. Pernikahan adalah satu lembaga yang ditetapkan Tuhan bagi semua orang, bukan hanya orang Kristen saja, tetapi untuk semua orang.

Unsur dasar mengenai pernikahan dalam Alkitab.

1. Pernikahan adalah antara seorang pria dan seorang wanita.
Pernikahan alkitabiah adalah antara seorang pria biologis dan seorang wanita biologis. Hal ini jelas sejak semula. Tuhan menciptakan “laki-laki dan perempuan” (Kej 1:27-28) dan memerintahkan mereka untuk “beranak cucu dan bertambah banyak”. Reproduksi alamiah hanya mungkin terjadi melalui kesatuan pria dan wanita. Menurut Alkitab, Tuhan membentuk manusia dari debu tanah (Kej 2:7). Kemudian dari rusuk yang diambil Tuhan dari manusia itu, dijadikanlah seorang perempuan (ayat 22). Tuhan menambahkan, “Sebab seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (ayat 24).
Penggunaan istilah suami dan istri dalam konteks “ayah” dan “ibu” menjadikan jelas bahwa pernikahan ditujukan untuk seorang pria dan wanita secara biologis. Matius 19:4-5, menegaskan kembali bahwa pernikahan itu antara seorang pria dan wanita. Karena itu, pernikahan homoseksual bukanlah pernikahan alkitabiah.


2. Pernikahan melibatkan kesatuan seksual.
Pernikahan disebut kesatuan dari satu daging. Bahwa di dalam pernikahan terdapat seks adalah jelas (1 Kor 6:16, Kej 1:28). Hal ini mungkin hanya melalui kesatuan seksual antara laki-laki dan perempuan secara biologis. Alkitab sangat jelas berbicara mengenai hal ini dalam 1 Korintus 7:2-4.


3. Pernikahan adalah suatu persahabatan.
Meskipun pernikahan melibatkan hak-hak seksual, pernikahan tidak terbatas pada seks saja, tetapi suatu persahabatan atau suatu kesatuan yang jauh melebihi seks (Maleakhi 2:14). Pernikahan adalah suatu kesatuan sosial dan spiritual, juga kesatuan seksual. Pernikahan yang dibangun atas dasar hubungan persekutuan persahabatan, dimana suami-istri saling mengasihi dan mencintai akan jauh lebih kuat dibandingkan dengan pernikahan yang dibangun karena hubungan seksual.


4. Pernikahan melibatkan satu perjanjian dihadapan Tuhan.
Pernikahan juga merupakan kesatuan yang tercipta dari suatu komitmen dari janji-janji yang timbal balik. Komitmen ini tersirat dari sejak mulanya di dalam konsep meninggalkan orangtua dan bersatu dengan istrinya (Maleakhi 2:14; Ams 2:17). Dan Allah adalah saksi atas suatu pernikahan. Dialah yang mengadakan pernikahan dan menjadi saksi atas janji-janji tersebut (Mat 19 :6).
Kepada Tuhanlah kedua mempelai mengucap janji untuk sehidup semati, berjanji untuk setia, dan mengasihi Tuhan.


5. Pernikahan adalah Pemutusan atau Pelepasan dengan pihak orangtua.
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya…. (Kej. 2:24). Kata Ibrani untuk meninggalkan sering diterjemahkan menjadi “melepaskan”. Kata ini mempunyai dua arti penting. Pertama berhubungan dengan kesetiaan yang utama. Sambil tetap menghormati dan mengasihi orangtua, seorang istri atau seorang suami menjadi yang pertama dan utama. Kedua, “melepaskan” memiliki arti ketergantungan. Pria dan wanita tidak lagi mengharapkan sokongan atau dipenuhinya kebutuhan mereka oleh orangtua mereka.


6. Pernikahan adalah Kelanggengan.
“… dan bersatu dengan istrinya” (Kejadian 2:24). Secara alamiah, kelanggengan mengikuti pemutusan. Seseorang harus meninggalkan keluarga asalnya sebelum ia dapat benar-benar bersatu dengan seorang pasangan. Kata ibrani untuk “bersatu” sama seperti lem khusus yang akan menyatukan dua potongan kayu dengan begitu kuat, sehingga, jika ditekan, kayu itu akan pecah dan patah sebelum melepaskan kelekatannya.


7. Pernikahan adalah Kesatuan
“… sehingga keduanya menjadi satu daging (Kejadian 2:24). Kesatuan di sini bukanlah keseragaman. Hawa tidak diciptakan untuk menjadi Adam perempuan. Kesatuan bukan melelehkan dua kepribadian untuk menjadi satu, namun dua indifidu hidup dan bekerja selaras dengan nilai-nilai yang sama dan tujuan bersama. Kesatuan adalah perbedaan yang membawa keselarasan.


8. Pernikahan adalah Keintiman
“Mereka keduanya telanjang, manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak meresa malu “(Kejadian 2:25). Keintiman adalah hadiah utama untuk semua yang kita tanamkan dalam pernikahan.


9. Pernikahan adalah penyatuan dua anak Tuhan yang sepadan atau seimbang
Kejadian 2:18, ” Tidak baik manusia seorang diri saja dan Aku akan menjadikan seorang penolong yang sepadan baginya.” 2 Korintus 6:14, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya.”


Kesepadaan tidak identik dengan kesamaan, dan penjiplakan. Yang dimaksud dengan sepadan dan seimbang adalah kecocokan bukan sama. Cocok ini artinya adalah :
Kesepadanan atau seimbang pertama-tama berarti keduanya adalah pria dan wanita yang telah lahir baru atau keduanya adalah pria dan wanita yang telah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus (2 Korintus 6:14). Ketentuan ini tidak bisa dikompromikan. Fakta bahwa kedua mempelai beragama Kristen tidak otomatis mereka adalah pasangan yang telah dilahirbarukan di dalam Kristus. Sesama orang percaya adalah dua individu yang memiliki Iman yang sama.
Kesepadanan atau seimbang berarti Kita cocok dengan karakternya dan bisa menerima gaya hidupnya. Maksudnya cocok dengan karakternya adalah kita ini tidak rasa bahwa karakternya itu mengganggu kita, menyusahkan kita, menghalangi kita tapi justru menganggap karakternya itu sedikit banyak saling membantu, saling melengkapi dengan karakter kita. Kendati kedua mempelai adalah pria dan wanita yang bertobat, tidak serta merta keduanya merupakan pasangan yang seimbang. Karakter dan gaya hidup juga memiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan berumah tangga.



Sumber:
Dale Mathis, MA & Susan Mathis, Menuju Pernikahan yang sehat dan solid (andi)
Mike Mason, Misteri Pernikahan (interaksara)
John Piper, This Momentary marriage (Pionir jaya)
Norman Geisler, Etika Kristen (SAAT)
Charles Swindol, Pernikahan: sebuah surga dunia (metanoia)
Charles Swindol, The strong family (interaksara)

Sepuluh Perintah Mengasuh Anak

Nas Alkitab: Efesus 5: 24-25, Amsal 28:13, Matius 6: 14-15, Kolose 3:13
Salah satu pertanyaan paling umum yang kita dapatkan dari orang tua Kristen adalah bagaimana mengasuh anak. Mereka ingin saran spesifik dan praktis untuk membesarkan anak-anak mereka dengan cara terbaik. Pasangan suami istri biasanya memahami tanggung jawab umum mereka sebagai orang tua, tetapi berkenaan betapa perlunya bantuan dalam hal spesifik komitmen-komitmen mereka pada Alkitab untuk secara optimal mengawasi dan melatih anak-anak mereka.
Apakah Anda sedang memikirkan tanggung jawab Anda sebagai orang tua terhadap buah hati Anda? Mungkin Anda sedang melakukan penegasan kembali prinsip-prinsip alkitabiah terhadap anak-anak Anda yang lebih tua (Tidak ada kata terlambat ! ), atau bahkan sebagai kakek-nenek terhadap cucu-cucu Anda?



Berikut ini ada “sepuluh perintah” dari Firman Tuhan yang sungguh akan bermanfaat bagi Anda, keluarga Anda, dan gereja Anda.


1. Kejarlah Kebenaran di dalam Pernikahan Anda
Suami-suami, Anda perlu menunjukkan kepada anak-anak Anda bagaimana seorang suami mengasihi istrinya, sama seperti Kristus telah mengasihi jemaat (Efesus 5:25). Apakah mereka melihat Anda meluangkan waktu bersamanya? Apakah mereka mengamati bagaimana Anda dengan lembut dan sabar membimbingnya, mengajarinya, dan melindunginya? Misalnya saat Anda sedang dalam proses pengobatan istri Anda, Anda akan mengajarkan banyak tentang kasih Kristus bagi pengantin tercinta-Nya, yaitu gereja/jemaat lokal.
Istri – istri, bagi anak-anak Anda, Anda perlu menjadi contoh kepatuhan kepada Alkitab seperti halnya Anda tunduk kepada suami dalam segala hal (Efesus 5:24). Apakah anak-anak Anda melihat bagaimana Anda belajar taat kepada Kristus dalam hal hormat kepada suami Anda? Pernikahan Anda adalah perumpamaan, ilustrasi, atau gambaran dan contoh kepatuhan gereja kepada Kepalanya, Tuhan Yesus Kristus.

2. Saling Mengakui Dosamu
Anda harus mengakui, bila perlu, dosa-dosa Anda kepada keluarga Anda (Amsal 28:13), dan mencari pengampunan mereka (Matius 6: 14-15; Kolose 3:13). Ketika Anda cepat mengaku, Anda menunjukkan kerendahan hati yang sejati dan keinginan utama untuk menyenangkan Tuhan dalam segala lakumu (2 Korintus 5: 9).

3. Kejarlah Kemurnian Seksual
Berhati-hatilah dalam melindungi rumah Anda dari percabulan dan perzinahan dunia ini. Itu berarti Anda sendiri haruslah menjauhi percabulan (1 Tesalonika 4: 3-8), dan sebaliknya mengagungkan kemurnian seksual di rumah Anda (Amsal 5-7). Dalam mengejar kemurnian seksual Anda harus mengatur pilihan hiburan Anda, waktu bercakap Anda, dan membimbing Anda ketika Anda berada di depan umum atau pribadi, terutama ketika Anda berpikir tidak ada orang lain yang melihat atau mendengarkan. Kemurnian seksual Anda sendiri akan melindungi Anda dan anak-anak Anda dari kehancuran yang dikenal di kalangan generasi yang bobrok moralnya (Amsal 5: 7-14).

4. Kelolalah Sumber Daya Anda Dengan Bijak
Dengan sungguh-sungguh berusahalah untuk mengelola uang dan sumber daya yang dipercayakan Tuhan kepada Anda, dan lakukanlah dengan jujur atau penuh integritas (1 Timotius 6: 5-10). Teruslah pikirkan cara-cara untuk menjadi pelayan yang lebih baik dari semua waktu, bakat, dan harta Anda (Amsal 31: 10-31), carilah selalu kehendak Tuhan atas semua kebutuhan dasar hidup Anda (Matius 6: 31-34; 1 Timotius 5: 8).

5. Injililah anak Anda dan orang lainnya
Karena cinta Anda yang besar untuk anak-anak Anda, sungguh-sungguhlah berusaha untuk menjadi saksi atau penginjil yang konsisten bagi mereka atas iman Anda sendiri, serta seringlah berbicara dengan mereka tentang hakekat hubungan mereka dengan Tuhan. Jalanilah hidup sedemikian rupa dekat dengan anak-anak Anda bahwa Anda menggenapi semangat perintah Paulus kepada Timotius: “Lakukanlah pekerjaan pemberita Injil” (2 Timotius 4: 5). Selain itu, carilah kesempatan, memberitakan Injil kepada orang lain dengan siapa Anda berhubungan, sehingga mudah-mudahan menanamkan pada anak-anak Anda keinginan yang sama untuk berbagi pesan abadi ini (1 Korintus 15: 1-4).

6. Ajarkan kepada Anak-Anak Anda Firman Tuhan
Secara teratur ajarilah anak-anak Anda Firman Allah, baik melalui hidup Anda (yang ingin menjadi contoh serupa Kristus kepada mereka (1 Yohanes 2: 6), dan komitmen proaktif dan konsisten melakukan kebaktian atau ibadah keluarga. Terutama sebagai ayah (serta ibu tunggal juga), Anda memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan kebenaran Alkitab kepada anak-anak Anda untuk kebaikan mereka (Ulangan 6: 4-9).

7. Disiplinkan Anak-anak Anda
Ketika anak-anak Anda perlu koreksi (saat, ketika mereka masih muda, mungkin tampak “pernah dan selalu”), disiplinkanlah mereka dengan apa yang disebut Alkitab sebagai “tongkat teguran.” Orang tua-orang tua yang benar-benar mencintai anak-anak mereka akan ingin melakukan hal ini dengan cara peduli, konsisten, namun tegas, berusaha untuk menghindari kekerasan dan kemarahan. Alkitab mengatakan bahwa ketika Anda melakukannya, anak-anak akan berhenti melakukan kebodohan mereka dan menjadi bijaksana (Amsal 13:24; 19:18; 22:15; 23: 13-14).

8. Awasilah dengan hati-hati Kata-kata Anda
Kata-kata adalah alat yang sangat kuat untuk berbuat baik atau jahat! Mereka dapat dengan baik membangun atau juga meruntuhkan. Berbicaralah dengan pasangan Anda, anak-anak Anda, dan lain-lain dengan hikmat ilahi supaya Anda dapat mendidik dan mendorong (Amsal 4:24; 6:12; 10:32, 19:1). Anak-anak Anda memperhatikan Anda dengan seksama, dan apa yang Anda katakan (termasuk bagaimana Anda mengatakannya), akan memiliki efek mendalam dan membekas pada mereka. Latihlah anak-anak Anda untuk tidak berbicara curang, kasar dan jorok (Efesus 4: 29-31).

9. Tunjukkanlah Kepada Anak Anda Kasih Anda kepada Allah dan Manusia
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22: 37-40). Hadiah terbesar yang dapat Anda berikan kepada anak-anak Anda adalah dengan menunjukkan kepada mereka seluruh kasih Anda kepada Yesus Kristus! Apa yang seharusnya mengalir dari gairah ini adalah juga kasih Anda untuk tetangga Anda, yang tentunya mencakup keluarga dekat Anda. Memperluas lingkaran pengaruh ini adalah keinginan Anda untuk menjalani kehidupan spiritual yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia (Yakobus 1:27). Berdoalah agar contoh kasih Anda akan memiliki dampak yang besar pada anak-anak Anda.

10. Mintalah kepada Tuhan berkat dan Kekuatan dalam mengasuh anak
Alkitab memerintahkan Anda untuk membesarkan anak-anak Anda di dalam ajaran dan nasihat Tuhan (Efesus 6:4). Dengan demikian, membesarkan anak bukanlah pilihan, tapi perintah. Jadi, pertanyaan selanjutnya seharusnya adalah: Seberapa baikkah yang Anda lakukan sebagai orangtua? Sampai tingkat apa pun yang Anda anggap berhasil atau gagal dalam tugas, dan terlepas dari apa yang akan menjadi hasil awal dan tujuan akhir atas anak-anak Anda, mintalah Tuhan untuk lebih banyak memberi anugerah dan kekuatan untuk menjadi orangtua yang memuliakan-Nya.
Jika Anda bertekad mengikuti “Sepuluh Perintah” mengasuh anak ini, Tuhan akan memimpin dan memberkati Anda. Selain itu, hidup Anda dan ajaran Anda dapat berguna untuk Roh Kudus dalam menunjukkan kekuatan Injil yang menyelamatkan kepada anak-anak Anda. Selebihnya kita harus tinggal dalam tangan Allah yang berdaulat.
Kiranya Tuhan terus mengingatkan kita akan semua tugas penting sebagai orangtua untuk meninggalkan warisan kesetiaan yang saleh untuk generasi selanjutnya.

By Pst. Lance Quinn, M.Div., M.Th

KEHANCURAN GEREJA

Semangat penginjilan yang ditahan, bahkan dilenyapkan, baptisan bayi yang menghasilkan anggota jemaat atau orang Kristen tanpa dilahirkan kembali, serta sistem gereja yang disatukan dengan pemerintah dari Calvinisme telah menghantar masyarakat benua Eropa menjadi apatis terhadap perkara rohani dan tinggal sedikit waktu lagi akan menjadi wilayah Islam.


Banyak Negara yang menjadi pengayom gereja-gereja calvinistik atas dasar konsep penyatuan gereja dengan Negara. Mereka menggaji Gembala gereja-negara seperti mereka menggaji pegawai negeri mereka. Setiap bulan para “pendeta” menerima gaji mereka dari pemerintah.
Tanpa disadari oleh kebanyakan gembala bayaran yang tidak mengerti kebenaran Alkitab karena tidak dilahirkan kembali bahwa sistem ini akan menghancurkan gereja. Setelah berjalan cukup lama, sistem ini sudah pasti akan menyebabkan para gembala bayaran itu tidak menghiraukan pertumbuhan iman domba gembalaan mereka. Mereka tetap akan menerima gaji walau jumlah hadir jemaat mereka dalam kebaktian semakin berkurang. Para theolog, dan dosen sekolah teologi juga digaji oleh pemerintah. Mereka tidak peduli pada masalah semangat penginjilan bahkan konsep teologi yang destruktif. Bahkan sampai tidak ada satu orang pun yang datang kebaktian pada minggu pagi, mereka tetap akan menerima gaji setiap bulan.


Bagi para gembala bayaran itu Tuhan telah mempredestinasikan jumlah orang yang masuk Sorga dan masuk Neraka, jadi apa urgensinya bagi mereka untuk menginjil dan menasehati anggota jemaat agar bertekun di dalam iman? Bagi mereka, jika yang menjadi anggota jemaat telah dibaptiskan dan Tuhan cukup berkuasa untuk memelihara orang-orang milik kepunyaanNya, maka tidak ada urgensi untuk mendorong anggota jemaat bertekun di dalam iman. Terlebih lagi karena mereka percaya bahwa iman itu pemberian Allah, jadi kalau iman anggota jemaat semakin luntur, itu bukan salah mereka tetapi salah Allah yang tidak memberi iman yang kuat kepada mereka.
Tinggal sedikit waktu lagi, betul tinggal sedikit waktu lagi, Eropa akan menjadi wilayah yang matang bagi munculnya anti-Kristus. Apakah penyebabnya? Filsafat Calvinisme punya andil didalamnya. Ia telah melenyapkan antusiasme orang Kristen untuk memberitakan Injil. Karena segala sesuatu telah dipredestinasikan sejak kekekalan, bahkan orang Kristen tidak perlu berdoa, karena didoakan atau tidak, toh tidak akan ada perubahan jika segala sesuatu telah dipredestinasikan atau ditakdirkan sejak kekekalan. Apakah ini tidak menghancurkan?

Akhirnya, teman-teman Calvinis, tinggalkanlah doktrin Calvinisme. Anda tidak rugi, toh John Calvin tidak membayar anda untuk mengagungkan namanya atau nama gereja (Reform) yang didirikannya, bukan? Mengapa setelah menyadari ada poin dari kelima poin Calvinisme ada yang sangat bertentangan dengan Alkitab masih tetap ngotot mau menyebut diri Calvinis? Padahal 5 poin Calvinisme itu sangat berkaitan seperti mata rantai. Jika satu mata rantai putus, maka putuslah rantai itu. Mari kita berbuat sesuatu untuk Tuhan menjelang Ia datang menjemput kita. Menangkanlah jiwa sebanyak-banyaknya, karena Allah berkehendak menyelamatkan semua orang, namun banyak orang menolakNya. Pakailah kepintaran yang Tuhan berikan untuk mengargumentasikan InjilNya, bukan untuk membela Calvinisme (II Pet 3:9, I Tim 2:6).***
Sumber: Buku Doktrin Keselamatan Alkitabiah

Perbandingan ajaran Calvinis dengan Kristen Alkitabiah (Fundamental)

Calvinis memulai pengajaran logisnya lewat Kejadian 3 dengan menyatakan bahwa semua manusia itu dalam kondisi TOTAL INABILITY (KETIDAKMAMPUAN TOTAL) sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Total Depravity dalam pengertian para Calvinis/reformed/Reformed Injili adalah TOTAL INABILITY. Jadi ketika para Calvinis menyebut Total Depravity, yang mereka maksud adalah TOTAL INABILITY. Mati rohani diartikan sebagai manusia tidak bisa merespon sedikitpun terhadap berita INJIL baik menerima atau menolak berita INJIL karena sama seperti mayat, sudah mati harus dibangkitkan dulu baru bisa merespon. Hanya orang pilihan Allah sajalah yang Allah bangkitkan dari mati rohani melalui Roh Kudus yang membangkitkan/membangunkan “mayat” orang pilihan. Orang yang Allah biarkan/tentukan binasa, tidak pernah Allah bangkitkan dari mati rohaninya, sehingga sama sekali tidak bisa dan tidak mungkin merespon Berita INJIL karena mati bagai mayat. Harus dibangkitkan dulu, baru bias respon. Sayangnya, Allah hanya membangkitkan orang pilihan saja.

Karena orang yang tidak dipilih Allah, tetap mati bagai mayat, tidak bisa merespon apa-apa terhadap BERITA INJIL. Allah dalam kekekalan memilih sebagian manusia untuk diselamatkan dan membiarkan (bahkan memilih) sebagian manusia lainnya untuk tidak diselamatkan alias binasa (dibinasakan). Pemilihan Allah baik untuk yang diselamatkan dan untuk yang tidak diselamatkan ini dilakukan sesuka hati Allah, jadi pemilihan tanpa kondisi karena semua manusia sudah mati persis seperti mayat dalam pengertian para Calvinis, dan jadi harus dibangkitkan dulu oleh Roh Kudus baru manusia bisa merespon.

Penebusan Kristus diperuntukkan bagi dosa para kaum pilihan bukan untuk dosa seluruh umat manusia. Jadi Kristus mati hanya bagi kaum Pilihan. Dosa Kaum Reprobat (yang akan binasa alias bukan orang pilihan) tidak ditebus melalui kematian Yesus. Jadi Penebusan dosa terbatas hanya untuk kaum Pilihan. Bagi kaum pilihan sangat mustahil untuk menolak Anugerah Keselamatan yang Allah berikan melalui Yesus Kristus lewat Berita Injil. Jadi kaum pilihan atau kaum terpilih atau orang Pilihan tidak bisa menolak anugerah Allah karena mereka sudah dipilih Allah dan Allah adalah Allah yang berdaulat. Dan orang yang dipilih Allah secara tanpa kondisi pasti selamat, sekali selamat tetap selamat (SSTS), apapun yang terjadi, orang pilihan pasti selamat, karena Allah bertanggung jawab 100% dan manusia bertanggung jawab 0%.

Kristen Fundamental(Alkitabiah) memulai pengajarannya dengan Kejadian pasal 1, dimana Allah menciptakan manusia dan malaikat dengan karunia kehendak bebas yaitu manusia diberi kemampuan bisa berpikir, berkehendak, bisa memutuskan, ada kemungkinan berdosa, ada kemungkinan tidak berdosa, singkatnya manusia bukan diciptakan seperti robot yang sudah diprogram pasti akan begini begitu sesuai dengan program yang dibuat Programmer. Bukan berarti dalam hal ini, Allah tidak punya program/rencana terhadap segala makhluk ciptaanNya. Ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa atau telah berbuat dosa, maka manusia mati rohani. Mati rohani berarti dalam keadaan tidak ada hubungan dengan Allah yang maha kudus karena Allah yang maha kudus tidak mungkin dihampiri manusia berdosa. Manusia yang jatuh ke dalam dosa telah Totally Depraved dalam arti telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23), terputus hubungannya dengan Allah atau mati secara rohani oleh pelanggaran dan dosanya. Jadi kematian rohani tidak ada hubungannya dengan kesanggupan memberi respon terhadap berita Injil Keselamatan. John Calvin yang mengikuti pemikiran Agustinus, telah salah besar dalam menganalogikan kematian rohani dengan kematian jasmani dan menyimpulkan bahwa kondisi kematian rohani itu berarti tidak bisa bereaksi sama sekali terhadap rangsangan luar, persis seperti mayat mati.

Padahal kita tahu kenyataannya, setelah kejatuhan, ternyata manusia sama sekali tidak kehilangan kesadaran dirinya, atau kehilangan kemampuan memutuskan atau kehilangan kemampuan memilih yang dimiliki sebelum kejatuhan. Kemampuan inteligensi manusia pun masih tetap sama bahkan Allah sendiri menyatakan (menyindir) bahwa manusia sudah sehebat Allah yaitu tahu tentang yang baik dan jahat (Kej 3:22). Perbedaan terhadap pengertian MATI ROHANI inilah yang menyebabkan Perbedaan yang semakin melebar antara Kristen Fundamental dan Para calvinis. Karena manusia yang mati rohani masih tetap punya kemampuan untuk memilih, memutuskan dan merespon, maka manusia bisa menerima dan menolak BERITA INJIL atau Anugerah Keselamatan dalam Kristus Yesus yang Allah sediakan. Manusia tidak mungkin menghapus dosanya dengan cara apapun, karena dirinya sudah berdosa (menempati posisi orang berdosa) sejak Adam dan Hawa berdosa. Dihadapan Allah, semua manusia sudah berdosa. Dosa harus dihukum karena dosa adalah pelanggaran terhadap Allah atau hukum Allah. Jika manusia dihukum, maka pasti binasa. Karena manusia tidak mungkin menghapus dosanya dengan cara apapun, maka Allah menjanjikan kedatangan Juruselamat. Allah mengutus Yesus Kristus yang mati menebus dosa seluruh umat manusia, yaitu dosa Adam dan Hawa sampai manusia terakhir sudah ditebus lewat kematian Yesus Kristus di kayu salib.

Karena manusia bukan seperti mayat yang mati, maka manusia dituntut untuk merespon BERITA INJIL yaitu Anugerah Allah. Manusia yang merespon positif atau menerima BERITA INJIL akan diselamatkan, dan manusia yang merespon negatif atau menolak BERITA INJIL akan binasa. Jadi Pemilihan Allah bukan tanpa kondisi namun dengan kondisi, Allah memilih berdasarkan foreknowledge (I Petrus 1:2, Elect according to the foreknowledge of God the Father, through sanctification of the Spirit, unto obedience and sprinkling of the blood of Jesus Christ: Grace unto you, and peace, be multiplied. ILT menerjemahkan foreknowledge=pra-pengetahuan).

Allah tahu siapa yang akan merespon positif dan siapa yang akan merespon negatif terhadap Anugerah Allah yaitu Keselamatan melalui jalan satu-satunya yg Allah sediakan lewat Kematian Yesus Kristus di kayu salib yang telah menebus dosa seluruh umat manusia. Jadi penebusan Kristus tidak terbatas hanya bagi orang pilihan namun seluruh umat manusia (Yoh 3:16). Karena manusia masih bisa merespon dengan menerima atau menolak BERITA INJIL, maka ANUGERAH Allah sangat bisa diterima atau ditolak manusia manapun. Jadi Anugerah Allah bisa ditolak, bahkan setelah menerima Anugerah Allah manusia tetap bisa melepas Anugerah itu, karena manusia tidak kehilangan kesadaran diri dan tetap bisa memilih dan memutuskan. Manusia yang tetap beriman (tidak melepaskan kepercayaan) sampai mati itulah yang pasti SELAMAT. Jadi Sekali selamat Tetap selamat HANYA BENAR asal tetap beriman. Manusia bisa murtad.

Gereja BAPTIS: Gereja Mula-mula

Gereja pada masa ANTE-NICEAN (periode masa para Rasul sampai Konsili Nicea 325 AD): BAPTIS (Kaum Montanis dengan pemimpinnya Montanus 156 AD dengan pendukungnya paling terkemuka Tertullian, Kaum Paulician di Phrygia, Kaum Novatian 250 AD, dan Kaum Donatis di Numidia tahun 311, segera menyebar luas di Afrika, Kaum Bogomil di Thrace).

Kesalahan Doktrinal: Baptisan Menyelamatkan (Baptismal Regeneration) adalah kesalahan paling awal dan paling menyakitkan, Pemujaan Maria dan patung-patung (berhala), Transubstansiasi, Kesempurnaan Paus, dan Konsep Kesucian Maria (Immaculate Conception) muncul kemudian.

Ada juga Gereja Baptis mula-mula: Jemaat/Gereja Albigenses, Petrobrusian, Henrician, Arnoldist dan Berengarian.

Kini kita telah melihat bahwa Kaum Baptis yang dahulu disebut Anabaptis, dan yang kemudian disebut Mennonites, adalah berasal dari Kaum Waldenses dan telah lama menerima kehormatan asal-usul tersebut didalam sejarah Gereja. Berdasarkan catatan ini, Kaum Baptis dapat dianggap sebagai satu-satunya kelompok Kristen yang tetap berdiri sejak masa para Rasul, dan sebagai sebuah masyarakat Kristen yang memelihara kemurnian doktrin Injil selama berabad-abad. Prinsip eksternal dan internal yang sempurna dari denominasi Baptis yang cenderung mempertahankan kebenaran, ditentang oleh Gereja Romawi, bahwa apa yang ditimbulkan oleh Reformasi pada abad ke-16 sangat penting, dan pada saat yang sama membuktikan pemikiran Katolik yang salah bahwa denominasi merekalah yang TERTUA. (Wendell H. Rone dalam bukunya The Baptist Faith and Roman Catholicism, mengutip kesaksian yang sangat berwawasan dan tidak memihak dari para sejarawan Reformasi Belanda, Dermout dan Ypeij)

Sang Pengkhotbah Baptis C.H. Spurgeon menyampaikan pendapatnya yang tajam berkenaan dengan sejarah Baptis, dengan menyatakan:
Kami percaya bahwa Baptis adalah Kristen Orisinal. Kami bukan bermula dari Reformasi, kami adalah reformer sebelum Luther dan Calvin dilahirkan, tetapi kami memiliki garis tidak terputus yang langsung dari para Rasul sendiri. Kami telah ada sejak masa-masa awal Kristus, dan prinsip-prinsip kami kadang-kadang terselubung dan dilupakan, bagaikan sebuah sungai yang mengalir di bawah tanah untuk sementara waktu, yang selalu memiliki pengikut yang tulus dan kudus. Penganiayaan serupa dari Roma dan Kaum Protestan yang dilakukan hampir oleh setiap sekte, tetap tidak menyebabkan kepemerintahan yang memegang prinsip2 Baptis menganiaya pihak-pihak lain, maupun, dan saya yakin, ada orang Baptis yang pernah mempertahankannya sebagai hak untuk mengatur kemerdekaan orang lain. Kami selalu siap menderita seperti yang dibuktikan oleh para martyr kami, tetapi kami tidak siap menerima bantuan apapun dari Negara, untuk melacurkan kemurnian Mempelai Kristus (Gereja) kepada sekutu Pemerintah manapun juga, dan kami tidak akan pernah menggunakan Gereja sekalipun Ratu (Inggris) memaksa kehendaknya, untuk bertindak lalim terhadap kemerdekaan manusia. (C.H. Spurgeon, Metropolitan Tabernacle Pulpit, 1861, Armitage memberikan kesaksian yang serupa mengenai Baptis seperti juga Spurgeon)

Kaum Baptis Waldenses muncul akhir abad 12

KRISTUS DAN KRITIK

Pengarang “The Bible and Modern Criticism”, dll. London England.
Di dalam “Founders of Old Testament Criticism” Professor Cheyne dari Oxford memberi tempat pertama kepada Eichhorn. Ia bahkan menyebutnya, sebagai pendiri dari sekte itu. Dan menurut sumber yang sama ini, apa yang mendorong Eichhorn untuk memulai tugasnya ialah “harapannya untuk berkontribusi dalam memenangkan kembali kaum terpelajar kepada agama”. Rasionalisme Jerman pada penghujung abad ke-18 bersedia menerima Alkitab hanya dengan syarat menurunkannya ke tingkat sebuah buku manusiawi, dan kendala yang harus dihadapi ialah menghilangkan unsur mukjizat yang meliputinya. Bekerja di atas jerih payah para pendahulunya, Eichhorn mencapai hal yang memuaskan dirinya dengan menggunakan cara berpikir dari timur, yang mengambil hasil-hasil akhir dan mengabaikan proses-proses di tengahnya. Hal ini menguntungkan karena dua hal. Ia memiliki suatu unsur kebenaran dan ia konsisten dalam mempertahankan kehormatan bagi Kitab Suci (Alkitab). Karena mengenai sang pembuat “Kritik Tinggi (Higher Criticism)” telah dikatakan – yang tidak dapat dikatakan mengenai satupun dari para penggantinya, bahwa “iman untuk sesuatu yang suci, bahkan dalam mukjizat-mukjizat Alkitab, tidak pernah dihancurkan oleh Eichhorn di dalam pikiran kaum muda”.
Akan tetapi, dalam mata para penggantinya, hipotesis Eichhorn terbuka bagi penolakan yang fatal bahwa ia sama sekali tidak mencukupi. Sebab itu generasi pengkritik berikutnya mengikuti teori yang lebih drastis bahwa Kitab-kitab Musa adalah “mosaic” dalam arti bahwa mereka adalah pemalsuan-pemalsuan literer yang berumur lebih muda, terdiri dari bahan-bahan yang terdapat di dokumen-dokumen kuno dan mitos serta legenda bangsa Yunani…. Dan meskipun teori ini telah diubah dari waktu ke waktu selama abad terakhir, ia tetap merupakan pandangan “kritis” mengenai Pentateukh. Tetapi ia menghadapi dua penolakan besar, masing-masing bisa fatal. Ia tidak cocok dengan bukti-buktinya. Dan ia langsung menantang kuasa Tuhan Yesus Kristus sebagai seorang guru; karena salah satu fakta tak terbantahkan di dalam kontroversi ini ialah bahwa Tuhan kita mengesahkan Kitab-kitab Musa memiliki kuasa ilahi.


YANG ASLI DAN YANG PALSU
Sebaiknya kita membicarakan dahulu yang paling tidak penting dari keberatan-keberatan ini. Dan di sini kita harus membedakan antara Kritik Tinggi yang asli dan yang palsu. “Kritik Tinggi” yang rasionalistis, apabila Pentateukh diteliti, memulai dengan vonis, lalu mencari di sekitar untuk menemukan bukti, sedangkan kritik yang benar memulai dengan pencariannya dengan pikiran terbuka dan melanjutkannya tanpa prasangka. Perbedaan itu dapat digambarkan dengan sangat cocok oleh posisi seorang hakim Perancis yang typis dan oleh seorang hakim Inggris yang ideal di dalam suatu pemeriksaan perkara kriminal. Yang satu berusaha menghukum si terdakwa, yang lain untuk mengungkap kebenaran. “Fungsi sebenarnya dari Kritik Tinggi ialah menentukan asal-usul, tanggal dan struktur literer sebuah naskah kuno”. Itu adalah deskripsi kritik yang benar, menurut Professor Driver. Tetapi yang palsu bertujuan untuk membantah pembuktian keaslian naskah-naskah kuno itu. Adilnya pernyataan ini dipastikan oleh fakta bahwa para Hebrais dan teolog yang tertinggi pun, yang penyelidikan problem Pentateuknya telah meyakinkan mereka bahwa kitab-kitab itu adalah asli, sama sekali tidak diakui.
Setidaknya di Inggris, dan saya tidak mampu berbicara tentang Jerman atau Amerika, tidak ada seorang teolog tingkat tinggi yang telah menerima “hasil-hasil yang ditanggung” mereka. Tetapi orang-orang seperti Pusey, Lightfoot dan Salmon, belum lagi mereka yang masih tetapi bersama kita, mereka abaikan dengan keji; oleh karena Kritik Tinggi yang rasionalis bukan menyelidiki bukti, tetapi menerima keputusan.


PEMERIKSAAN FILOLOGIS
Jika, seperti yang kadang dipaksakan oleh para nabi, Kritik Tinggi itu merupakan suatu pemeriksaan filologis, itu akan menghaslkan dua kesimpulan yang jelas. Yang pertama ialah bahwa keputusannya mesti condong ke Kitab-kitab Musa; oleh karena tiap-tiap Kitab itu mengandung kata-kata khas yang cocok pada waktu dan keadaan yang terkait menurut tradisi. Hal ini diakui, dan para kritikus menghubungkan adanya kata-kata demikian dengan kepandaian Jesuit dari para imam pemalsu. Namun, itu hanya menambah berat kesimpulan berikutnya bahwa Kritik Tinggi sama sekali tidak mampu menangani persoalan utama yang ia nyatakan ditetapkannya. Karena keaslian Pentateukh harus ditetapkan atas dasar prinsip-prinsip yg sama dengan yang digunakan di dalam pengadilan-pengadilan kita mengenai keaslian dokumen-dokumen kuno. Dan bahasa dari dokumen-dokumen itu hanya merupakan sebagian dari bukti yang diperlukan dan bukan bagian yang terpenting. Dan kemampuan untuk menangani bukti tergantung pada mutu-mutu yang sebetulnya tidak dimiliki oleh kaum Hebrais, tulisan-tulisan mereka memberi bukti jelas tentang ketidakmampuan mereka untuk penyelidikan2 yang mereka bertahan menganggap sebagai simpanan istimewa mereka.
Ambil saja, umpamanya, pernyataan serius Professor Driver bahwa hadirnya dua buah kata dalam bahasa Yunani di Kitab Daniel (nama-nama alat musik) menuntut sebuah tanggal untuk kitab itu sesudah penaklukan bangsa Yunani. Telah dibuktikan oleh Professor Sayce dll. bahwa hubungan antara Babylon dan Yunani pada dan sebelum zaman Nebukadnezar lebih dari cukup menerangkan adanya alat2 musik dengan nama Yunani di ibu kota Chaldea. Dan tambahan lagi, Colonel Conder – seorang yang berwewenang sangat tinggi – menganggap kata-kata itu dari bahasa Akkadia, dan sama sekali bukan Yunani! Tetapi terlepas dari itu semua, dapat kita bayangkan bagaimana sebuah pernyataan demikian akan diterima oleh suatu tribunal/pengadilan yang handal. Cerita ini dapat diulang – merupakan catatan hal-hal yang benar – bahwa pada sebuah bazar di Lincoln beberapa tahun yang lalu, orang dikejutkan oleh berita bahwa dua orang wanita telah kehilangan dompet mereka. Kemudian dompet-dompet itu ditemukan di dalam saku sang Uskup Keuskupan itu! Atas bukti kedua dompet itu sang Uskup seharusnya dihukum sebagai pencuri, dan atas bukti dua kata itu Kitab Daniel dihukum sebagai penipuan!.


BLUNDER HISTORIS
Disini terdapat sebuah lagi perkara typis di dalam dakwaan para Kritikus mengenai Kitab Daniel. Kitab tersebut mulai dengan mencatat penyerangan Yerusalem oleh Nebukadnezar pada tahun ketiga Yoyakim, sebuah catatan yang kebenarannya telah dibuktikan oleh sejarah, naskah kuno dan sekuler. Berosus, sejarawan Chaldean, menceritakan bahwa pada waktu berlangsungnya ekspedisi ini Nebukadnezar menerima berita tentang kematian Ayahnya, dan bahwa – setelah menyerahkan urusan tentaranya dan para tahanannya yang orang Yahudi dan lain-lain, “ia sendiri bergegas pulang melintasi gurun”. Tetapi para skeptik Jerman, yang telah memutuskan bahwa Daniel adalah sebuah pemalsuan, harus menemukan suatu bukti yang mendukung keputusan mereka. Oleh karenanya mereka menemukan secara brilian bahwa Berosus di sini menunjuk pada ekspedisi tahun berikutnya, ketika Nebukadnezar memenangkan perang di Carchemish melawan tentara Mesir, dan waktu itu ia sama sekali tidak menyerang Yudea. Tetapi Carchemis terletak di sisi sungai Efrat, dan gagasan untuk “bergegas pulang” dari situ ke Babylonia melewati gurun, dapat dijadikan sebuah essay seorang pelajar! Bahwa ia melintasi gurun adalah bukti bahwa ia berangkat dari Yudea dan tahanannya tentunya, adalah Daniel dan kawan2nya pangeran. Penyerbuan ke Yudea terjadi sebelum ia naik tahta pada tahun ketiga Yoyakim, sedangkan perang Carchemis terjadi sesudah ia menjadi raja, pada tahun keempat raja Yudea, seperti telah dicatat oleh Kitab-kitab dalam Alkitab. Tetapi blunder Bertholdt yang maha besar di dalam “Book of Daniel”nya pada permulaan abad ke-19, diulangi dengan serius di dalam “Book of Daniel”nya Professor Driver pada permulaan abad ke-20.


KEKURANG-AJARAN YANG KRITIS
Tetapi mari kita kembali kepada Musa. Menurut “hipotesis kritis” buku-buku Pentateukh adalah pemalsuan literatur dari Era Exilic (zaman pembuangan) karya para imam Yerusalem pada zaman kemalangan itu. Dari Kitab Yeremia kita ketahui bahwa orang- orang itu adalah pengingkar agama yg kurang ajar, dan jikalau “hipotesis kritis” itu benar, mereka bahkan lebih buruk dari yang digambarkan oleh pengutukan nabi yang terilhami. Sebab tiada seorang ateist pun dlm abad ke-18 yang jatuh ke dalam profanitas (kekurangajaran) lebih dalam daripada yang diperlihatkan oleh cara mereka menggunakan Nama Suci. Di dalam kata pengantar bukunya “Darkness and Dawn”, Dean Farrar menyebutkan “bahwa ia tidak pernah menyentuh para pengkhotbah Kristen dengan jari khayalan”. Ketika didalam ceritanya para rasul berbicara, ia “membatasi ucapan-ucapan mereka pada kata-kata ilham”. Namun umpamanya, para penulis Pentateuch “menyentuh dengan jari khayalan” bukan hanya orang-orang suci zaman kuno, tetapi Tuhan YAHWEH mereka. “YAHWEH berbicara kepada Musa, katanya.” . Hal ini dan pernyataan2 semacam disebut tak terhitung seringnya di dalam Kitab-kitab Musa. Jika ini disebut roman, maka kekurangajaran yang lebih rendah tidak terbayangkan, kecuali mungkin mengenai orang yang sudah tidak terkejut lagi dan muak olehnya. Tetapi tidak, fakta membuktikan bahwa pendapat ini salah. Karena orang yang beriman sungguh-sungguh dan rasa hormat yang tinggi untuk hal-hal ilahi dapat begitu terbutakan oleh superstisi “agama” sehingga kesan-kesan gereja memungkinkan mereka untuk memandang buku-buku tak terhormat ini sebagai Kitab Suci. Sebagai kritikus mereka mengecap Pentateukh sebagai sebuah tenunan mitos dan legenda dan penipuan, tetapi sebagai ahli agama mereka menganggapnya:  


KEKHILAFAN-KEKHILAFAN YG DIBANTAH OLEH FAKTA.
Sebaliknya sangat penting sekali membiarkan lawan untuk menyatakan posisi mereka dengan kata-kata mereka sendiri; dan inilah pernyataan Profesor Driver mengenai kasus melawan Kitab-kitab Musa: “Kita hanya dapat berdebat atas dasar kemungkinan yang diperoleh dari gambaran kita mengenai kemajuan dari seni menulis, atau seni literatur mengarang komposisi, atau mengenai timbul dan berkembangnya nada dan rasa profetis di Israel kuno, atau dari periode di mana tradisi-tradisi tersebut di dalam cerita-cerita itu dapat terbentuk, - atau dari kemungkinan bahwa mereka telah dicatat sebelum dorongan pada kultur dari pihak kerajaan mulai terasa pengaruhnya, dan pertimbangan2 serupa, untuk mempertimbangkan sebagian besar dari itu, meskipun bisa diajukan alasan-alasan masuk akal pada satu atau lain segi, sebuah standar handal yg dapat dipercaya, hampir tak mungkin dapat bersifat tetap (fixed)”. (“Introduction’, 6TH ed. Page 123).
Penunjukan sederhana ini kepada “komposisi literer” dan “seni menulis” adalah khas. Maksudnya untuk menyembunyikan pengabaian salah satu poin utama di dalam serangan pertamanya. Andaikata “Driver’s Introduction” muncul 20 tahun lebih dini, maka asumsi bahwa literatur seperti Pentateukh dapat berasal dari zaman Musa, pasti akan dicap sebagai anakronisme. Karena salah satu dasar yang menempatkan buku-buku itu pada akhir kerajaan ialah bahwa bangsa Ibrani semasa enam abad sebelumnya adalah bangsa yang buta aksara. Dan setelah kesalahan itu telah dibantah oleh penemuan-penemuan arkeologis, masih masih dipertahankan bahwa sekumpulan undang-undang yang begitu modern, dan begitu rumit seperti undang-undang Musa tidak mungkin berasal dari zaman demikian. Akan tetapi – isapan jempol inipun hancur tatkala sekop sang penjelajah menemukan yang sekarang terkenal, Hukum Hammurabi, Amrafel dari Kitab KEJADIAN yang adalah raja Babilonia pada zaman Abraham.
Bukannya mengibarkan bendera putih ketika dihadapkan pada saksi baru ini, para kritikus dengan sangat kurang ajar, menunjuk pada hukum yang baru ditemukan sebagai asli dari hukum Sinai. Kesimpulan demikian memang wajar pada orang yang menganggap Pentateuch hanya manusiawi. Tetapi para kritikus tidak bisa mengambil kedua-duanya. Musa yang mengkopi Hammurabi haruslah Musa sesungguhnya dari Kitab KELUARAN, dan bukan Musa mistik dari Pengasingan yang menulis berabad-abad setelah Hammurabi sudah dilupakan!


TEORI YG TIDAK MASUK AKAL
Bukti tentang Hukum Hammurabi membantah satu hal penting di dalam tuduhan Pentateukh para kritikus; namun kita dapat mengambil seorang saksi lain yang kesaksiannya menghancurkan seluruh kasus mereka. Pentateukh, seperti kita semua maklum, dan hanya Pentateukh, merupakan Kitab Injil bangsa Samaria. Dengan demikian, siapakah bangsa Samaria itu? Dan bagaimana serta bilamana mereka memperoleh Pentateukh itu? Di sini kembali para kritikus harus membela dirinya. Di antara orang-orang terkemuka yang telah membela kampanye mereka di Inggris tak ada yang lebih dihormati, tak ada yang lebih jelas kesarjanaannya daripada mendiang Profesor Robertson Smith; dan di bawah ini adalah sebuah risalah dari artikelnya berjudul “Samaritans” di “Encyclopea”.
“Mereka (orang-orang Samaria) menganggap dirinya orang Israel, keturunan kesepuluh suku, dan mengaku memiliki agama ortodoks milik Musa ***. Hukum keimaman, seluruhnya didasarkan pada kebiasaan para imam di Yerusalem sebelum Pengasingan, telah diperkecil serta dibentuk setelah Pembuangan, dan dipublikasikan oleh Ezra sebagai hukum bait Zion yang telah dibangun kembali. Oleh karena itu orang-orang Samaria tentunya telah memperoleh Pentateuch mereka dari orang-orang Yahudi setelah reformasi-reformasi oleh Ezra.” Dan di dalam alinea yang sama ia mengatakan bahwa, menurut anggapan bangsa Samaria “bukan hanya bait Zion, tetapi bait Silo yang terdahulu dan keimaman Eli, adalah terpecah-belah. Meskipun demikian, ia melanjutkan dengan mengatakan, “Agama Samaria dibangun di atas Pentateukh saja”.
Sekarang, perhatikan apa artinya ini. Kita mengerti sedikit tentang kebencian rasial. Kita, malangnya, mengerti lebih banyak tentang kebencian hebat di dalam perselisihan keagamaan. Dan kedua unsur ini bergabung untuk memisahkan bangsa Samaria dari bangsa Yahudi. Tetapi, lebih dari ini, pada periode pasca pembuangan kecurigaan dan ketidaksukaan diubah menjadi kebencian yang sangat dalam. “Kejijikan” kata Robertson Smith mengenai kekasaran dan penghinaan dengan mana bangsa Yahudi menolak bantuan yang ditawarkan dalam pekerjaan membangun kembali Yerusalem dan menolak untuk mengakui mereka dengan cara apapun. Dan toh, kita masih diminta untuk percaya bahwa, tepat pada waktu itu dan tepat dalam keadaan demikian orang-orang Samaria seraya membenci orang Yahudi sama seperti kaum Orangemen membenci para Jesuits, dan mengejek seluruh sekte Yahudi terpecah-belah, tidak hanya menerima buku-buku Yahudi yg berhubungan dengan pemujaan dan menyebut buku-buku itu “buku-buku servis” untuk ritual mereka sendiri, tetapi mengangkatnya menjadi “Alkitab” mereka, bahkan dengan menyisihkan karya-karya nabi-nabi Israel mereka sendiri, serta kitab-kitab yang dihormati serta kudus yang mencatat sejarah raja-raja mereka. Di dalam seluruh jajaran keganjilan, baik yang religius maupun yang duniawi, apakah pernah diajukan suatu teori yang lebih tidak masuk akal.


SEBUAH KEADAAN LAGI YANG TAK MASUK AKAL
Tidak kurang tak masuk akalnya adalah dasar-dasar yang mendasari kesimpulan yang diajukan kepada kita. Ini adalah sebuah pernyataan dari mereka, dikutip dari buku teks standar para pemuja itu, Hasting ‘s “Bible Dictionary” : “Ini adalah setidaknya sebuah dasar yang sah bagi kesimpulan bahwa Pentateuch pertama-tama diterima oleh kaum Samaria setelah Pembuangan. Mengapa permintaan mereka untuk mengambil bagian dalam pembangunan bait kedua ditolak oleh para pemimpin rakyat Yerusalem? Sangat mungkin karena orang Yahudi mengetahui bahwa orang Samaria belum memiliki Kitab Hukum. Adalah susah untuk mengandaikan bahwa jika tidak demikian, mereka akan menerima penolakan ini. Tambahan pula, siapapun yang – seperti penulis ini – menganggap kritik modern mengenai Pentateukh pada dasarnya benar, mempunyai alasan kedua yang menentukan untuk menerima pandangan di atas.” (Artikel Profesor King, “Samaritan Pentateuch, hal. 68).
Di sini terdapat dua “alasan yang menentukan” untuk mempertahankan bahwa “Pentateukh mula-mula diterima oleh orang-orang Samaria sesudah Pembuangan”. Pertama, karena “sangat mungkin” ini dikarenakan mereka tidak mempunyai buku-buku yang dipalsukan itu, maka orang-orang Yahudi menolak bantuan mereka; maka itu mereka pulang dan menerima buku-buku palsu itu sebagai Kitab Injil mereka! Dan kedua, karena kritik telah membuktikan bahwa buku-buku tersebut hingga waktu itu belum ada. Untuk memberi ciri khas yang tepat kepada karya para sarjana ini, bukanlah tugas yang menyenangkan, tetapi telah tiba saatnya untuk mengesampingkan rasa sungkan, apabila omongan tolol semacam itu dikemukakan untuk membujuk kita membuang dari Alkitab kita Kitab Suci yang oleh Tuhan kita digunakan sebagai dasar untuk menegaskan ke-Mesias-an-Nya.


GAGASAN PENGORBANAN: SEBUAH WAHYU
Penolakan Kritik Tinggi tidak membuktikan bahwa Pentateukh itu terinspirasi oleh Allah. Seorang penulis yang menugaskan dirinya untuk menentukan tesis seperti itu di dalam batas-batas sebuah resensi boleh saja dikagumi karena semangat dan keberaniannya, tetapi pasti bukan karena kerendahan hatinya atau kebijaksanaannya. Juga tidak dituntaskan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di bidang sah Kritik Tinggi yang sebenarnya, umpamanya, siapa penulis kitab KEJADIAN. Tak dapat dipercaya bahwa selama beribu-ribu tahun yang telah lewat sebelum zaman Musa, Allah membiarkan rakyat-Nya di dunia tanpa wahyu. Tambahan pula, banyak dari perintah-perintah yang secara ilahi diserahkan kepada Musa hanyalah pembaharuan dari sebuah wahyu yang terdahulu.
Agama Babylonia merupakan bukti jelas untuk wahyu zaman purba demikian. Jika tidak demikian, bagaimana universalitas pengorbanan dapat dipertanggungjawabkan?? Apakah kebiasaan demikian dapat berasal dari otak manusia? Jika ada seorang gila mendapat ide bahwa membunuh seekor binatang di depan pintu musuhnya dapat mendamaikannya, para tetangganya pasti akan mengganyangnya. Dan jika ia mengembangkan kepercayaan bahwa dewanya akan ditenangkan dengan kebiasaan yang begitu menyinggung perasaan, ia pasti kira dewanya sama gilanya seperti dia sendiri. Fakta bahwa pergorbanan terjadi di semua bangsa hanya dapat diterangkan oleh sebuah wahyu zaman purba. Dan Pelajar Alkitab akan mengerti bahwa dengan cara demikian Allah berusaha menekankan kepada manusia bahwa kematian adalah hukuman untuk dosa, dan menuntun mereka menantikan sebuah pertumpahan darah dahsyat yang akan membawa hidup dan berkat bagi manusia. Tetapi Babylonia bagi dunia kuno adalah sama seperti Roma terhadap dunia Kristen. Ia selewengkan setiap perintah dan kebenaran ilahi, dan meneruskannya dalam bentuk terkorupsi. Dan di dalam Pentateukh kita mendapatkan pemunculan-kembali yang ilahi dari cara memuja yang sebenarnya. Isapan jempol bahwa versi yang menurunkan derajat dan korup itu adalah yang asli, mungkin dapat memuaskan beberapa professor Ibrani, tetapi tak seorang pun yang mengerti sedikit tentang sifat manusia, akan menerimanya. 


TIDAK CUKUP BUKTI
Namun, pada tingkat ini yang mengkhawatirkan kami bukan otoritas ilahi dari buku-buku itu, tetapi kesalahan manusia dan kebodohan serangan kritik terhadapnya. Dasar historis satu-satunya dari serangan itu adalah fakta bahwa pada kebangkitan-kembali (revival) di bawah Yosua “Kitab Taurat “ ditemukan di dalam bait oleh Hilkiah, Imam Besar, yang oleh raja muda diberi tugas untuk membersihkan dan membangun kembali tempat suci yang telah lama diabaikan itu. Itu merupakan penemuan yang sangat wajar, mengingat bahwa Musa dengan kata-kata tegas telah memerintahkan bahwa kitab tersebut harus disimpan di sana. (2 Raja-raja 22:8; Ulangan 31:26). Namun, menurut para kritikus, seluruh persoalan itu adalah sebuah trik menjijikkan dari para imam. Karena merekalah yang memalsukan kitab-kitab tersebut, menciptakan perintahnya, dan lalu menyembunyikan hasil kerja keji mereka di mana mereka yakin akan ditemukan.
Dan terpisah dari itu, satu-satunya dasar untuk “hasil terjamin dari kritik modern” seperti diakui oleh mereka sendiri, terdiri dari “dasar-dasar kemungkinan” dan “argumentasi yang masuk akal”! Di dalam Negara beradab manapun seorang penjahat ulung tidak akan dihukum karena pencurian-pencurian kecil berdasarkan bukti-bukti seperti ini, tetapi toh di atas dasar-dasar itulah kami diharuskan mengorbankan kitab- kitab suci yang telah diangkat oleh Bapa Surgawi kita menjadi “Sabda Allah” dan menjadikannya dasar dari pengajaran doktrinal-Nya.


KRISTUS ATAU KRITIK?
Dan ini membawa kita kepada penolakan kedua, yang jauh lebih berat, terhadap “hasil- hasil terjamin dari kritik modern”. Bahwa Tuhan Yesus Kristus mengidentifikasikan diri-Nya sendiri dengan Kitab Suci Ibrani, dan dengan cara khusus dengan Kitab Musa, tak seorang pun akan membantah. Dan oleh karenanya, kita harus memilih antara Kristus dan Kritik. Karena jika “hipotesis kritis” dari Pentateukh dipertahankan, maka nampaknya harus disimpulkan bahwa Dia tidak ilahi, atau bahwa catatan-catatan ajaran-Nya tidak dapat dipercaya.
Dari keduanya yang mana akan kita terima? Jikalau yang kedua, maka seluruh anggapan inspirasi harus ditiadakan, dan agnotisme harus menggantikan Iman di dalam diri setiap pemikir yang pemberani. Ilham merupakan perkara yang terlalu besar untuk diperlakukan secara sepintas di sini; namun dua ucapan mengenai hal ini mungkin pantas dikemukakan. Di belakang penipuan–penipuan Spiritualisme terdapat fakta, yang ditanggung kebenarannya oleh orang-orang berkarakter tinggi, beberapa di antaranya terkenal sebagai ilmuwan dan sarjana, bahwa dapat dipastikan hubungan-hubungan dengan kata-kata tepat telah diterima dari alam roh. (Fakta bahwa kaum Kristen percaya bahwa roh-roh adalah setan yang meniru orang-orang mati, tidak mengubah argumentasinya). Dan karena demikian halnya, untuk mengingkari bahwa Roh Allah dapat menyampaikan kebenaran dengan cara ini kepada manusia, atau dgn kata lain, untuk menolak inspirasi verbal berdasarkan teori, memperlihatkan kebodohan dari ketidakpercayaan yang diatur. Dan kedua, adalah mengherankan bahwa siapa pun yang menganggap kedatangan Kristus sebagai pembukaan rahasia Diri Allah sendiri yang tertinggi, dapat membayangkan bahwa (dengan menempatkannya tidak lebih tinggi daripada “Providensia/Pemeliharaan”) Roh Allah dapat gagal untuk memastikan bahwa umat manusia memiliki catatan yang benar dan dapat dipercaya mengenai misi-Nya dan pengajaran-Nya.


SEBUAH DILEMA YANG LEBIH TIDAK MEMBERI HARAPAN
Tetapi, jika cerita Injil itu asli adanya, kita didorong kembali kepada alternatif bahwa Dia yang mereka bicarakan tidak mungkin ilahi. “Bukan demikian,” para kritikus protes, “karena bukankah Ia sendiri mengakui ketidaktahuanNya? Dan bukankah hal ini dijelaskan oleh pernyataan Rasul2 bahwa di dalam merendahkan diriNya Ia mengosongkan diri-Nya dari Keilahian-Nya?” Kesimpulan yang ditarik dari hal ini, (dengan mengutip Buku teks standar Sekte) ialah bahwa Raja Kemuliaan “memegang pikiran Yahudi sekarang mengenai kuasa ilahi dan wahyu Perjanjian Lama”. Namun, sekalipun kesimpulan ini – mengancam dan kurangajar sekaligus – dapat dibuktikan, bukan berarti ia memberi jalan keluar dari dilema di mana Kritik Tinggi mengikut-sertakan para penggemarnya, tetapi ia akan membuat dilema ini lebih tanpa-harapan dan mengerikan. Karena yang terpenting bagi kita bukan bahwa, umpamanya pengajaran doktrinal Tuhan palsu adanya, tetapi bahwa dengan kata-kata tegas dan dengan sangat sungguh-sungguh Dia berkali-kali menyatakan bahwa pengajaran-Nya bukanlah dari Dia tetapi dari Bapa-Nya, dan bahwa kata-kata dengan mana Dia menyampaikan-Nya pun adalah pemberian Allah.
Beberapa tahun lalu kaum setia merasa khawatir oleh tingkah laku seorang “nabi” dari Chicago, yang mengaku memperoleh kuasa ilahi untuk pekerjaannya di waktu malam. Orang-orang yg baik hati, karena menolak perkiraan yg lebih keras mengenai orang itu dan ungkapan-ungkapannya di atas mimbar, hanya menganggap dia seorang tolol yang tidak sopan. Apakah para kritikus akan mengkhianati kita dengan memberi penilaian yg sama sabarnya jika pena saya menolak untuk meyelesaikan kalimatnya!
Dan apakah akan dipercaya bahwa dasar penginjilan satu satunya yang ditawarkan kepada kita bagi posisi yang luar biasa ini adalah sebuah ayat dari Injil dan sebuah kata di dalam salah satu Surat! Lebih dari aneh bahwa orang-orang yang memperlakukan Kitab Injil secara begitu bebas apabila bertentangan dengan “hasil terjamin” mereka dapat menganggap begitu penting sebuah ayat terpencil atau sebuah kata kalau dapat di salahgunakan untuk mendukung mereka. Ayat itu adalah Markus 13:32 di mana Tuhan berkata, sehubungan dengan kedatangan-Nya kembali. “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak dan Anak pun tidak, hanya Bapa saja”. Tetapi kata-kata ini langsung mengikuti ucapan-Nya: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi kata-kata-Ku tidak akan berlalu”. 


SABDA ALLAH
Sabda Allah tidak “terilhami”; itulah perkataan Allah dalam arti yang lebih tinggi. “Orang-orang heran mendengarkan ajaran-Nya” diiceritakan kepada kita, “karena Dia mengajar mereka dengan kuasa (exousia). Kata ini muncul kembali di KISAH PARA RASUL 1:7 di mana Dia berkata bahwa waktu dan musim “telah di tentukan menurut kuasa-Nya “. Dan ini dijelaskan oleh FILIPI 2:6,7) :“Dia tidak menginginkan kesetaraan (sesuatu yang dapat diraih) dengan Allah, Tetapi Ia mengosongkan diri-Nya …”
Ucapan yang mendasari teori kenosis para kritikus. Dan Dia tidak hanya mengosongkan diri-Nya dari kemuliaan-Nya sebagai Allah, Dia juga rela melepaskan kebebasan-Nya sebagai manusia. Karena Ia tidak pernah mengucapkan kata-kata-Nya sendiri, tetapi hanya yang diberi Bapa kepada-Nya untuk diucapkan. Dan ini merupakan keterbatasan “kuasa”-Nya sehingga di luar apa yang diberikan Bapa kepada-Nya untruk diucapkan, Dia tidak tahu apa-apa dan Ia diam. Tetapi apabila Dia berbicara, “Ia mengajar mereka seperti seorang yang berkuasa, dan tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.” Dari ahli Taurat mereka, mereka biasa menerima ajaran tertentu, tetapi ajaran itu berdasarkan “hukum dan nabi-nabi”. Tetapi di sini ada Orang yang berdiri sendiri dan mengajar mereka dengan cara yang sangat berbeda dan jauh lebih tinggi.
“Karena”. Diucapkan-Nya, “Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri tetapi Bapa yang mengutus Aku. Dialah yang memerintah Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. *** Jadi, apa yang Aku katakan sebagaimana apa yang di firmankan Bapa kepada-ku, demikianlah Aku katakan. (Yohanes 12:49, 50. R.V.)
Dan janganlah kita melupakan bahwa bukan hanya isi ajaran-Nya yang ilahi, tetapi bahkan bahasa yang digunakan pun untuk menyampaikannya. Sehingga pada malam pengkhianatan Dia dapat berkata dalam doa-Nya, tidak hanya “Saya telah memberikan kepada mereka firman-Mu”, tetapi “Sebab segala firman yang Kau sampaikan kepada-Ku telah Ku-sampaikan kepada mereka”. (Keduanya: Logos dan rh Yohanes 17: 8,14: seperti disampaikan lagi di Yohanes 14:10,24). Oleh karena itu, tentang Musa dan Kitab Suci Ibrani bukanlah seperti yang dipertahankan oleh para kritikus dengan begitu menantang dan seakan-akan kurang sopan, bukan ide dan tahyul seorang Yahudi; itu adalah firman Allah serta kebenaran yang diwahyukan, yang ilahi dan abadi.
Waktu pada hari-hari gelap selama di dalam pembuangan, Allah membutuhkan seorang nabi yang hanya akan bicara selama diberi kata, Ia membuat Yehezkiel bisu. Dua hukuman telah dijatuhkan atas rakyat itu, menjadi budak di Babylonia selama 70 tahun dan Penawanan – dan mereka di peringatkan bahwa ketidakpatuhan yang diteruskan akan membuahkan hukuman yang lebih mengerikan: 70 tahun penghancuran. Dan hingga jatuh keputusan yang terakhir itu, Yehezkiel tetap akan bisu. (Yehezkiel 3:26; 24:27;33:22). Tetapi Tuhan Yesus Kristus tidak membutuhkan disiplin demikian. Ia datang untuk melakukan kehendak Bapa, dan sebuah kata pun tidak pernah meninggalkan bibirnya kecuali yang diberikan kepada-Nya untuk berfirman.
Tambahan lagi, dalam hubungan ini, mengherankan bahwa dua faktor yang menuntut perhatian istimewa telah terabaikan. Yang pertama ialah bahwa di dalam Markus 13, perlawanannya sama sekali bukan antara manusia dan Allah, tetapi antara Putra Allah dan Bapa. Dan kedua ialah berdasarkan Filipi 2 bahwa Ia telah diberkati dengan semua itu. Dia telah meletakkan segalanya sebelum datang ke dunia ini. “Segalanya telah diberikan kepada-Ku oleh Bapa-Ku” , Ia berfirman dan itu pada saat bukti bahwa Ia “dibenci dan disia-siakan oleh manusia” sedang menekan Dia. Reasumsi-Nya, Kemuliaan sedang menanti-Nya sekembalinya ke surga, tetapi di atas dunia ini semua telah diperolehNya (Matius 11:27).


SESUDAH KENOSIS
Yang disebutkan di atas tentunya merupakan jawaban yang cukup untuk isapan jempol kenosis oleh para kritikus, tetapi kalau-kalau masih ada yang ragu atau mencari-cari, masih terdapat jawaban lain yang lengkap dan mematikan. Apapun yang membatasi-Nya selama pengajaran-Nya di dunia , Ia telah dibebaskan sesudah Ia bangkit dari maut. Dan selama pengajaran-Nya sesudah bangkit, Ia memberi kesaksian yang terlengkap dan terjelas mengenai Kitab Suci Ibrani. Dan “mulai dari Musa, dan semua nabi yang lain, Ia menjelaskan kepada mereka semua hal di dalam seluruh Kitab Suci mengenai Diri-Nya.”. Dan sekali lagi, menetapkan segala ajaran-Nya yang terdahulu mengenai Kitab Suci itu, Ia mengatakan kepada mereka . “Ini adalah kata-kata yang Ku-ucapkan selama Aku masih bersama-sama dengan kamu, bahwa segala sesuatu harus dipenuhi seperti telah tertulis di dalam hukum Musa dan semua nabi, dan di Mazmur, mengenai Aku”.
Dan dicatat selanjutnya: “Lalu Ia membuka pikiran mereka sehingga mereka dapat mengerti Kitab Suci (PL)”. Dan kelanjutan Perjanjian Baru adalah buah dari pengajaran itu, diperluas dan dikembangkan oleh Roh Suci untuk menuntun mereka kepada seluruh kebenaran. Dan di dalam tiap Bagian dari P.B. kuasa Ilahi dari Kitab Suci Ibrani, dan terutama Kitab-kitab Musa, diajarkan atau di terima.


POKOK PERSOALAN YANG TERPENTING
Dengan demikian, pastilah sudah bahwa pokok persoalan yang terpenting di dalam kontroversi ini bukan nilai Pentateukh, tetapi Keilahian Kristus. Tetapi tulisan ini tidak berpretensi menangani kebenaran keIlahian. Tujuan sederhananya bahkan bukan untuk menetapkan kuasa Injil, tetapi hanya untuk mendiskreditkan serbuan kritik yang menyerangnya dengan memperlihatkan sifat sebenarnya dan kelemahannya yang mutlak. Dengan demikian, cara penulis terutama hanyalah kritik merusak, sehingga senjata utama para kritikus diarahkan kepada mereka sendiri.
TUNTUTAN AKAN PERNYATAAN YANG TEPAT
Mau tidak mau kita merasa tertekan untuk memberikan suatu perlakuan demikian kepada orang-orang terkemuka tertentu yang hormatnya terhadap hal-hal Ilahi tidak tercela. Perasaan yang sama kadang-kadang juga dialami oleh mereka yang berpengalaman dlm menangani kasus hasutan, atau dalam mengatasi huru-hara. Tetapi, jikalau orang yang seharusnya dihormati menempatkan dirinya di “garis tembak” mereka harus menerima risikonya. Orang-orang terkemuka itu pasti menerima hormat sepenuhnya yang menjadi haknya, asalkan saja mereka melepaskan dirinya dari omong kosong curang dari perang salib ini (yakni “hasil yang dijamin dari kritik modern”, “semua ilmuwan dan sarjana bersatu dengan kami” dan lain sebagainya – gertakan dan kepalsuan dengan mana mereka yg lemah dan bodoh ditakut-takuti atau ditipu) serta menyatakan bahwa “hasil terjamin” mereka hanyalah hipotesis yang ditinggalkan oleh para Hebrais dan teolog yang sama mampu dan terkemukanya seperti mereka sendiri.
YANG HARUS DITAKUTI
Pengaruh-pengaruh “Kritik Tinggi” sangatlah berat. Karena ia telah melengserkan Alkitab di dalam keluarga, dan kebiasaan baik dan lama “Ibadat Keluarga” dengan cepat lenyap. Serta kepentingan-kepentingan nasional yang besar-besar juga terlibat. Karena siapa yang dapat meragukan bahwa kemakmuran dan kekuatan bangsa-bangsa Protestan di dunia adalah berkat pengaruh Alkitab kapada karakter dan kelakuan? Bangsa-bangsa manusia yang generasi-demi generasi telah diajari untuk berpikir mandiri dalam hal-hal momen tertinggi tentunya akan unggul dalam setiap bidang usaha atau perusahaan. Dan lebih dari itu, tiada seorang pun yang telah dilatih dalam rasa takut kepada Allah, akan gagal dalam menjalankan tugasnya terhadap tetangga, tetapi akan menjadi warganegara yang baik. Tetapi penyingkiran Alkitab dari singgasananya akan hampir pasti mengakibatkan penyingkiran Allah; di Jerman, Amerika dan sekarang ini di Inggris, pengaruh-pengaruhnya memperlihatkan diri, dan sampai seberapa jauh akan mengakibatkan kekhawatiran bagi hari depan.


ALLAH YANG TERTINGGI
Jika sebuah kata pribadi dapat dimaafkan sebagai penutup, penulis ingin menunjuk kepada setiap buku yang telah ia tulis sebagai bukti bahwa ia tidak memperjuangkan “ke-ortodoks-an” tradisional yang kaku. Hanya dengan satu buah pembatasan ia akan mendukung kritik lengkap dan bebas terhadap Kitab Suci. Dan pembatasan itu ialah bahwa Sabda Tuhan Yasus Kristus dianggap penghalang terhadap kritik dan “akhir Perdebatan” mengenai setiap pokok yang dibicarakan dengan jelas di dalam ajaran-Nya. “Putra Allah telah datang” dan oleh-Nya telah datang pula karunia dan KEBENARAN. Dan dari tangan-NYA-lah kita telah menerima Kitab-kitab Perjanjian Lama

SUMBER 
OLEH Sir Robert Anderson, K.C.B., LL.D.