Judul di atas terdengar lebih membebani pihak pencari kebenaran, bukan pada pemimpin atau gereja yang menyediakan kebenaran. Sebenarnya jika tidak ada gereja yang betul-betul menyediakan kebenaran, maka pencari kebenaran akan mengalami kesulitan untuk menemukan kebenaran. Kalau gereja tidak mendorong orang-orang yang datang untuk mengerti kebenaran dan menjadi pengikut yang melek, melainkan dengan sengaja membakar emosi mereka bahkan memanipulasi emosi hadirin maka pengunjung tidak mungkin menjadi pengikut yang melek, melainkan akan menjadi pengikut yang membabi buta.
Sifat Sebuah Gereja
Sifat sebuah gereja sesungguhnya tergantung pada motivasi gereja itu didirikan. Sedangkan motivasi sebuah gereja didirikan tentu tergantung pada filosofi sang pendiri tentang gereja. Kalau bagi sang pendiri, gereja adalah institusi untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang, dan tempat untuk mengajarkan kebenaran illahi, maka penekanan gereja tersebut akan pada Injil yang benar yang sungguh-sungguh akan menyelamatkan setiap orang yang mengimaninya, dan gereja tersebut juga akan senantiasa mengedepankan pengajaran kebenaran.
Tetapi jika motivasi dan filosofi pendiri gereja adalah untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat materi, jasmani dan duniawi, maka Injil yang benar baginya tidak sangat penting, demikian dengan kebenaran berbagai doktrin lain. Pemimpin gereja demikian biasanya akan memacu hadirin untuk mengejar sesuatu yang bersifat jasmani, materi dan duniawi. Ia akan menggembar-gemborkan kesembuhan jasmani, bukan rohani, dalam rangka menarik orang. Ia akan menawarkan berkat materi, bahkan dengan door-prize agar semakin banyak yang tertarik. Sekali pemimpin menghantar hadirin mengejar perkara jasmani dan materi, sudah pasti hasilnya adalah orang Kristen duniawi.
Sang pemimpin tidak peduli pada kebenaran Injil yang diberitakannya, dan biasanya tidak ada pengajaran doktrinal. Bahkan sang pemimpin sendiri tidak sekolah theologi, melainkan hanya berbekal pada kepintarannya berbicara. Biasanya untuk menutupi kekurangannya ia membeli gelar doktor dan lain sebagainya. Khotbahnya biasanya mengenai kehidupan sehari-hari yang kalah jauh dari nasehat Mario Teguh. Agar lebih menarik orang untuk hadir mereka menyampaikan banyak kesaksian dan cerita lucu. Kesaksian mereka dibuat-buat bahkan terselip banyak kebohongan. Demi meyakinkan pendengarnya ada yang berkata kalau saya bohong biarlah saya diturunkan ke Neraka. Padahal dia tahu bahwa dirinya sedang bohong. Menga-pakah tidak Tuhan turunkan ke Neraka? Tentu belum sekarang melainkan nanti pada saat Tuhan datang, dan Tuhan akan berkata, “enyahlah hai kamu sekalian pembuat kejahatan” (Mat.7:21-22). Dan tentu semua pengikutnya juga dienyahkan bersama-sama dengannya.
Tetapi sifat gereja yang didirikan oleh pemimpin yang sungguh-sungguh ingin menyelamatkan jiwa, penekanannya akan pada kebenaran. Dan ketika penekanannya adalah pada kebenaran maka yang diutamakan ialah pengajaran atau doktrin. Kesaksian tidak bisa menyelamatkan orang melainkan doktrin tentang Keselamatan yang alkitabiahlah yang akan menyelamat-kan orang. KKR mujizat, door-prize, doa mele-paskan kutuk, dan lain sebagainya tidak akan membawa orang kepada kebenaran. Kebenaran diperoleh dari penelaahan Alkitab, bahkan bukan sekedar penelaahan melainkan harus sebuah usaha penel aahan yang sangat serius. Ada usaha menggali Alkitab sedalam-dalamnya hingga ke dalam bahasa aslinya.
Setelah berhasil membuat kesimpulan yang benar dari hasil penyelidikan yang serius, itu diyakini dan diajarkan. Keyakinan bahwa kesimpulannya benar bahkan paling benar pasti dimiliki oleh penyelidik Alkitab yang serius. Karena ia telah menyelidiki Alkitab sedemikian rupa dan mendapatkan kesimpulan yang diyakininya benar, maka segala kesimpulan lain yang berbeda apalagi bertentangan, akan dinyatakan salah bahkan sesat.
Sikap demikian adalah efek dari sebuah keyakinan bahwa yang sedang dipercayainya adalah benar. Keyakin-an bahwa yang dipercayainya benar tentu didasarkan pada usaha penyelidikan yang sedemikian mendalam yang telah dilakukannya. Pemimpin gereja demikian tidak akan rela menarik orang dengan cara lain selain dengan kebenaran. Gereja demikian pasti akan memberitakan Injil yang benar, dan berusaha mengajar-kan berbagai doktrin lain yang benar. Karena kebenaran dijunjung tinggi, maka yang dilakukan dalam mengko-munikasikannya pasti akan memilih acara seminar daripada KKR mujizat.
Menarik orang kepada kebenaran dengan menarik orang untuk dikeruk duitnya itu berbeda. Yesus Kristus adalah kebenaran, dan kebenaran tidak selalu menyenangkan. Banyak kali kebenaran bisa menyaki tkan bahkan sangat menyakitkan.
Sifat Orang Ke Gereja
Banyak orang pergi ke gereja secara membabi buta. Mereka bahkan tidak jelas mau menicari apa di gereja. Ada yang ke gereja untuk mencari kesembuhan jasmani. Jelas sekali bahwa Yesus Kristus menyem-buhkan orang sakit adalah untuk membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang memberi kehidupan. Dan sesuai dengan Alkitab karunia melakukan mujizat hanya diberikan kepada Rasul (II Kor.12:12). Karena banyak orang sakit yang frustasi dan kekurangan dana terbaca oleh pemimpin gereja, mereka meman-faatkan kesempatan dalam kesempitan orang, sambil memani-pulasi ayat-ayat Alkitab untuk menarik orang. Tentu tepat sekali kalau Tuhan kemudian mengenyahkan mereka dan berkata bahwa mereka pembuat kejahatan (Mat.7:21-22). Seorang pengkhotbah yang selalu mengkhotbahkan kesuksesan dan kesembuhan, istrinya harus secara sembunyi-sembunyi berobat ke Singapore. Jemaatnya berpikir bahwa keluarga pengkhotbah tidak pernah sakit padahal tidak berobat di Indone-sia melainkan di Singapore.
Ada juga yang ke gereja untuk mencari berkat materi. Karena banyak pengusaha yang mencium prospek bisnis rohani, ramai-ramai meninggalkan berbagai profesi dan memanfaatkan nama Tuhan untuk mengeruk materi. Mereka mengklaim bisa mengutuk kebangkrutan dan bisa mendatang-kan berkat yang berlimpahan. Banyak orang yang kecapaian mencari uang, dan yang kekuatiran akan kebangkrut-an, datang untuk mencoba kemujaraban omongan pengkhotbah yang penuh percaya diri itu. Sangat mudah untuk memprediksi dan mengamati bahwa mereka bukannya mendapatkan sesuatu melainkan akan kehilangan banyak. Alkitab dengan sangat jelas me-nyuruh pemalas belajar dengan semut (Ams.6:6), dan orang yang tidak bekerja tidak boleh makan (II T es.3:10).
Sifat Pengikut Yang Melek
Pembaca yang berhikmat, kalau motivasi awal seseorang pergi ke gereja bukan mencari kebenaran, maka sudah pasti ia tidak akan pergi ke gereja yang mengajarkan kebenaran. Ia tidak akan mencari gereja yang mengajarkan kebenaran, melainkan gereja yang menggembar-gemborkan kesembuhan jasmani dan yang berjanji akan memberikan berkat materi. Orang Kristen yang datang ke gereja bukan karena kebenaran, walau berpuluh-puluh tahun ia tetap tidak mengerti kebenaran. Karena dari awal ia tidak mencari kebenaran sehingga ia tidak bertemu gereja yang mengajarkan kebenaran. Matanya bersinar-sinar ketika mendengarkan kesaksian yang disampaikan oleh pemimpin mereka untuk lebih merangsang orang datang. Sebaliknya matanya mengan-tuk ketika mendengarkan penguraian kebenaran. Ia akan lebih memilih menghadiri acara kesaksian daripada seminar doktrinal.
Demikian juga dengan orang-orang yang belajar di sekolah theologi. Bagi yang sungguh-sungguh mau belajar tentang kebenaran, agar nanti setelah tamat bisa mengajarkan kebenaran, akan memilih sekolah theologi yang betul-betul mengajarkan kebenaran. Tetapi bagi yang hanya mau mendapatkan pekerjaan melalui ijazah yang diakreditasi, ia akan mencari sekolah yang akreditasi, sekalipun tidak ada mutu sama sekali, bahkan belajar hanya sekadarnya. Tidak sedikit di antara pemimpin yang membeli ijazah, bahkan membeli titel dokt or. Padahal seseorang yang menyandang titel doktor namun tidak mengerti bahasa Ibrani dan Yunani sebenarnya malah akan memperma-lukan dirinya sendiri. Hamba Tuhan yang tidak mencari kebenaran melain-kan hanya mencari ijazah, atau titel, tidak akan mendapatkan kebenaran, karena ia memang tidak mencarinya. Tetapi walaupun tidak banyak, pasti ada orang yang mencari kebenaran. Pasti ada mahasiswa theologi yang benar-benar lahir baru yang sungguh-sungguh ingin melayani Tuhan. Dan ada orang Kristen tulus yang pergi ke gereja untuk mencari kebenaran rohani. Orang-orang demikian akan dituntun Tuhan untuk mendapatkan kebenaran. Sekitar pertengahan tahun 2013, seorang ibu yang telah berumur 82 tahun, datang ke kantor saya sambil memegang buku saya yang berjudul Nubuatan, Bahasan Lidah, Karunia Mujizat & Usir Setan, Masih Adakah? Beliau datang dari Kendari dalam rangka mengunjungi anaknya yang di Jakarta. Sambil memegang buku tersebut beliau berkata, “dari dulu saya tahu bahwa mereka yang bernubuat, bertemu Tuhan, dan melakukan mujizat itu tidak benar. Namun saya tidak tahu penjelasan ketidakbenaran mereka. Dan setelah saya membaca buku ini, kini saya sudah mengerti alasan bahwa mereka salah.”
Ada seorang bapak yang seluruh keluarganya pergi ke gereja Katholik dan tinggal di Kemayoran. Bapak ini sudah pensiunan dan sangat hobi mendengarkan cerita wayang. Ketika bapak ini memutar tuner radionya untuk mencari siaran cerita wayang, ia tersangkut di AM 828 Radio Berita Klasik (RBK). Firman Tuhan yang gamblang dan tegas menyentaknya. Ia meminta istri dan anak-anak untuk ikut mendengar pembahasan Alkitab Through the Bible dari Matius hingga Wahyu. Anak lakinya ikut tertarik tetapi istri dan putrinya sama sekali tidak. Ketika memberi diri dibaptis di Graphe, kesaksian beliau adalah, “saya sudah menghadiri gereja Katholik puluhan tahun. Setiap kali ketika saya akan dibaptiskan, saya mengajukan syarat kepada Pastor, kalau dia bisa menja-wab pertanyaan saya, maka saya mau dibaptis, tetapi kalau tidak maka saya tidak jadi dibaptis. Dan setiap kali akan dibaptis, Pastor tidak bisa menjawab, sehingga puluhan tahun saya tidak jadi dibaptis.”
Pembaca yang terkasih, pada zaman sekarang tidak ada orang yang langsung menjadi pengikut Tuhan Yesus tanpa melalui orang lain. Kita akan dapatkan kenyataan bahwa kita betul-betul ikut Tuhan Yesus adalah jikalau orang yang kita ikuti ternyata betul-betul ikut Tuhan Yesus. Dan hendaknya kita tidak menjadi pengikut yang membabi buta. Ibarat menumpang mobil, kita tahu bahwa supirlah yang memegang setir mobil, tetapi kita harus tahu jalan, atau setidaknya kita harus selalu memperhatikan peta jalan (Alkitab) yang di tangan kita. Boleh saja kita duduk di dalam mobil tetapi jangan lalu tertidur lelap, melainkan selalu melek bahkan selalu mengamati jalan-jalan yang dilalui. Kalau sudah menyimpang dari kebenaran, tidak ada pilihan maka kita harus memberi tahu supir bahwa jalannya sudah salah, dan kalau si supir ngotot, tidak ada pilihan lain kita harus turun dan mencari mobil (gereja) lain. Saya banyak kali menjumpai feno-mena yang aneh. Ada orang yang telah menyadari kesalahan gerejanya, tetapi karena hutang budi, karena perteman-an, karena berbagai hal, ia betah tetap tinggal di dalam “mobil” yang dia tahu sudah menyimpang dari peta jalan yang benar. Pengikut demikian adalah pengikut yang membabi buta. Dia tidak tahu resiko dari akhir perjalanannya. Mungkin ia belum pernah baca Amsal 14 ayat 12 yang berbunyi, “ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”
Kesimpulan kita
Pembaca yang penuh hikmat, untuk menjadi pengikut yang melek, pertama diperlukan adanya gereja yang benar-benar mengajarkan kebe-naran. Jika tidak ada gereja yang mengajarkan kebenaran, pencari kebenaran akan mengalami kesulitan. Oleh sebab itu gereja yang benar harus berjuang keras untuk memproduksi gereja-gereja yang benar agar memu-dahkan para pencari kebenaran. Selain adanya gereja yang benar, tentu pengikut yang melek adalah pengikut yang sungguh-sungguh mencari kebenaran dan yang berani membayar harga kebenaran. Dalam perumpamaan Tuhan tentang ladang yang ada harta terpendam di dalam-nya, Tuhan berkata bahwa yang menemukannya menjual seluruh hartanya dan membeli ladang itu. Artinya jika pembaca mendapatkan gereja yang benar alkitabiah, layak bagi pembaca untuk menjual seluruh harta dan pindah ke lokasi gereja tersebut. Sedangkan dalam perumpamaan ten-tang mutiara yang indah Tuhan kata-kan penemunya menjual seluruh hartanya dan membeli mutiara itu, dan tentu dibawa pulang. Artinya jika seseorang menemukan kebenaran maka ia harus berani bayar harga untuk membawa kebenaran itu pulang yaitu mendirikan gereja yang benar di tempatnya. Hanya ada dua pilihan, pindah ke lokasi gereja yang benar atau pindahkan gereja yang benar ke tempat Anda. Jadilah pengikut Tuhan atau pengikut Gembala atau dosen secara melek, jangan membabi buta.
oleh Dr. Suhento Liauw, PEDANG ROH Edisi 79 April-Juni 2014
Sifat Sebuah Gereja
Sifat sebuah gereja sesungguhnya tergantung pada motivasi gereja itu didirikan. Sedangkan motivasi sebuah gereja didirikan tentu tergantung pada filosofi sang pendiri tentang gereja. Kalau bagi sang pendiri, gereja adalah institusi untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang, dan tempat untuk mengajarkan kebenaran illahi, maka penekanan gereja tersebut akan pada Injil yang benar yang sungguh-sungguh akan menyelamatkan setiap orang yang mengimaninya, dan gereja tersebut juga akan senantiasa mengedepankan pengajaran kebenaran.
Tetapi jika motivasi dan filosofi pendiri gereja adalah untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat materi, jasmani dan duniawi, maka Injil yang benar baginya tidak sangat penting, demikian dengan kebenaran berbagai doktrin lain. Pemimpin gereja demikian biasanya akan memacu hadirin untuk mengejar sesuatu yang bersifat jasmani, materi dan duniawi. Ia akan menggembar-gemborkan kesembuhan jasmani, bukan rohani, dalam rangka menarik orang. Ia akan menawarkan berkat materi, bahkan dengan door-prize agar semakin banyak yang tertarik. Sekali pemimpin menghantar hadirin mengejar perkara jasmani dan materi, sudah pasti hasilnya adalah orang Kristen duniawi.
Sang pemimpin tidak peduli pada kebenaran Injil yang diberitakannya, dan biasanya tidak ada pengajaran doktrinal. Bahkan sang pemimpin sendiri tidak sekolah theologi, melainkan hanya berbekal pada kepintarannya berbicara. Biasanya untuk menutupi kekurangannya ia membeli gelar doktor dan lain sebagainya. Khotbahnya biasanya mengenai kehidupan sehari-hari yang kalah jauh dari nasehat Mario Teguh. Agar lebih menarik orang untuk hadir mereka menyampaikan banyak kesaksian dan cerita lucu. Kesaksian mereka dibuat-buat bahkan terselip banyak kebohongan. Demi meyakinkan pendengarnya ada yang berkata kalau saya bohong biarlah saya diturunkan ke Neraka. Padahal dia tahu bahwa dirinya sedang bohong. Menga-pakah tidak Tuhan turunkan ke Neraka? Tentu belum sekarang melainkan nanti pada saat Tuhan datang, dan Tuhan akan berkata, “enyahlah hai kamu sekalian pembuat kejahatan” (Mat.7:21-22). Dan tentu semua pengikutnya juga dienyahkan bersama-sama dengannya.
Tetapi sifat gereja yang didirikan oleh pemimpin yang sungguh-sungguh ingin menyelamatkan jiwa, penekanannya akan pada kebenaran. Dan ketika penekanannya adalah pada kebenaran maka yang diutamakan ialah pengajaran atau doktrin. Kesaksian tidak bisa menyelamatkan orang melainkan doktrin tentang Keselamatan yang alkitabiahlah yang akan menyelamat-kan orang. KKR mujizat, door-prize, doa mele-paskan kutuk, dan lain sebagainya tidak akan membawa orang kepada kebenaran. Kebenaran diperoleh dari penelaahan Alkitab, bahkan bukan sekedar penelaahan melainkan harus sebuah usaha penel aahan yang sangat serius. Ada usaha menggali Alkitab sedalam-dalamnya hingga ke dalam bahasa aslinya.
Setelah berhasil membuat kesimpulan yang benar dari hasil penyelidikan yang serius, itu diyakini dan diajarkan. Keyakinan bahwa kesimpulannya benar bahkan paling benar pasti dimiliki oleh penyelidik Alkitab yang serius. Karena ia telah menyelidiki Alkitab sedemikian rupa dan mendapatkan kesimpulan yang diyakininya benar, maka segala kesimpulan lain yang berbeda apalagi bertentangan, akan dinyatakan salah bahkan sesat.
Sikap demikian adalah efek dari sebuah keyakinan bahwa yang sedang dipercayainya adalah benar. Keyakin-an bahwa yang dipercayainya benar tentu didasarkan pada usaha penyelidikan yang sedemikian mendalam yang telah dilakukannya. Pemimpin gereja demikian tidak akan rela menarik orang dengan cara lain selain dengan kebenaran. Gereja demikian pasti akan memberitakan Injil yang benar, dan berusaha mengajar-kan berbagai doktrin lain yang benar. Karena kebenaran dijunjung tinggi, maka yang dilakukan dalam mengko-munikasikannya pasti akan memilih acara seminar daripada KKR mujizat.
Menarik orang kepada kebenaran dengan menarik orang untuk dikeruk duitnya itu berbeda. Yesus Kristus adalah kebenaran, dan kebenaran tidak selalu menyenangkan. Banyak kali kebenaran bisa menyaki tkan bahkan sangat menyakitkan.
Sifat Orang Ke Gereja
Banyak orang pergi ke gereja secara membabi buta. Mereka bahkan tidak jelas mau menicari apa di gereja. Ada yang ke gereja untuk mencari kesembuhan jasmani. Jelas sekali bahwa Yesus Kristus menyem-buhkan orang sakit adalah untuk membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang memberi kehidupan. Dan sesuai dengan Alkitab karunia melakukan mujizat hanya diberikan kepada Rasul (II Kor.12:12). Karena banyak orang sakit yang frustasi dan kekurangan dana terbaca oleh pemimpin gereja, mereka meman-faatkan kesempatan dalam kesempitan orang, sambil memani-pulasi ayat-ayat Alkitab untuk menarik orang. Tentu tepat sekali kalau Tuhan kemudian mengenyahkan mereka dan berkata bahwa mereka pembuat kejahatan (Mat.7:21-22). Seorang pengkhotbah yang selalu mengkhotbahkan kesuksesan dan kesembuhan, istrinya harus secara sembunyi-sembunyi berobat ke Singapore. Jemaatnya berpikir bahwa keluarga pengkhotbah tidak pernah sakit padahal tidak berobat di Indone-sia melainkan di Singapore.
Ada juga yang ke gereja untuk mencari berkat materi. Karena banyak pengusaha yang mencium prospek bisnis rohani, ramai-ramai meninggalkan berbagai profesi dan memanfaatkan nama Tuhan untuk mengeruk materi. Mereka mengklaim bisa mengutuk kebangkrutan dan bisa mendatang-kan berkat yang berlimpahan. Banyak orang yang kecapaian mencari uang, dan yang kekuatiran akan kebangkrut-an, datang untuk mencoba kemujaraban omongan pengkhotbah yang penuh percaya diri itu. Sangat mudah untuk memprediksi dan mengamati bahwa mereka bukannya mendapatkan sesuatu melainkan akan kehilangan banyak. Alkitab dengan sangat jelas me-nyuruh pemalas belajar dengan semut (Ams.6:6), dan orang yang tidak bekerja tidak boleh makan (II T es.3:10).
Sifat Pengikut Yang Melek
Pembaca yang berhikmat, kalau motivasi awal seseorang pergi ke gereja bukan mencari kebenaran, maka sudah pasti ia tidak akan pergi ke gereja yang mengajarkan kebenaran. Ia tidak akan mencari gereja yang mengajarkan kebenaran, melainkan gereja yang menggembar-gemborkan kesembuhan jasmani dan yang berjanji akan memberikan berkat materi. Orang Kristen yang datang ke gereja bukan karena kebenaran, walau berpuluh-puluh tahun ia tetap tidak mengerti kebenaran. Karena dari awal ia tidak mencari kebenaran sehingga ia tidak bertemu gereja yang mengajarkan kebenaran. Matanya bersinar-sinar ketika mendengarkan kesaksian yang disampaikan oleh pemimpin mereka untuk lebih merangsang orang datang. Sebaliknya matanya mengan-tuk ketika mendengarkan penguraian kebenaran. Ia akan lebih memilih menghadiri acara kesaksian daripada seminar doktrinal.
Demikian juga dengan orang-orang yang belajar di sekolah theologi. Bagi yang sungguh-sungguh mau belajar tentang kebenaran, agar nanti setelah tamat bisa mengajarkan kebenaran, akan memilih sekolah theologi yang betul-betul mengajarkan kebenaran. Tetapi bagi yang hanya mau mendapatkan pekerjaan melalui ijazah yang diakreditasi, ia akan mencari sekolah yang akreditasi, sekalipun tidak ada mutu sama sekali, bahkan belajar hanya sekadarnya. Tidak sedikit di antara pemimpin yang membeli ijazah, bahkan membeli titel dokt or. Padahal seseorang yang menyandang titel doktor namun tidak mengerti bahasa Ibrani dan Yunani sebenarnya malah akan memperma-lukan dirinya sendiri. Hamba Tuhan yang tidak mencari kebenaran melain-kan hanya mencari ijazah, atau titel, tidak akan mendapatkan kebenaran, karena ia memang tidak mencarinya. Tetapi walaupun tidak banyak, pasti ada orang yang mencari kebenaran. Pasti ada mahasiswa theologi yang benar-benar lahir baru yang sungguh-sungguh ingin melayani Tuhan. Dan ada orang Kristen tulus yang pergi ke gereja untuk mencari kebenaran rohani. Orang-orang demikian akan dituntun Tuhan untuk mendapatkan kebenaran. Sekitar pertengahan tahun 2013, seorang ibu yang telah berumur 82 tahun, datang ke kantor saya sambil memegang buku saya yang berjudul Nubuatan, Bahasan Lidah, Karunia Mujizat & Usir Setan, Masih Adakah? Beliau datang dari Kendari dalam rangka mengunjungi anaknya yang di Jakarta. Sambil memegang buku tersebut beliau berkata, “dari dulu saya tahu bahwa mereka yang bernubuat, bertemu Tuhan, dan melakukan mujizat itu tidak benar. Namun saya tidak tahu penjelasan ketidakbenaran mereka. Dan setelah saya membaca buku ini, kini saya sudah mengerti alasan bahwa mereka salah.”
Ada seorang bapak yang seluruh keluarganya pergi ke gereja Katholik dan tinggal di Kemayoran. Bapak ini sudah pensiunan dan sangat hobi mendengarkan cerita wayang. Ketika bapak ini memutar tuner radionya untuk mencari siaran cerita wayang, ia tersangkut di AM 828 Radio Berita Klasik (RBK). Firman Tuhan yang gamblang dan tegas menyentaknya. Ia meminta istri dan anak-anak untuk ikut mendengar pembahasan Alkitab Through the Bible dari Matius hingga Wahyu. Anak lakinya ikut tertarik tetapi istri dan putrinya sama sekali tidak. Ketika memberi diri dibaptis di Graphe, kesaksian beliau adalah, “saya sudah menghadiri gereja Katholik puluhan tahun. Setiap kali ketika saya akan dibaptiskan, saya mengajukan syarat kepada Pastor, kalau dia bisa menja-wab pertanyaan saya, maka saya mau dibaptis, tetapi kalau tidak maka saya tidak jadi dibaptis. Dan setiap kali akan dibaptis, Pastor tidak bisa menjawab, sehingga puluhan tahun saya tidak jadi dibaptis.”
Pembaca yang terkasih, pada zaman sekarang tidak ada orang yang langsung menjadi pengikut Tuhan Yesus tanpa melalui orang lain. Kita akan dapatkan kenyataan bahwa kita betul-betul ikut Tuhan Yesus adalah jikalau orang yang kita ikuti ternyata betul-betul ikut Tuhan Yesus. Dan hendaknya kita tidak menjadi pengikut yang membabi buta. Ibarat menumpang mobil, kita tahu bahwa supirlah yang memegang setir mobil, tetapi kita harus tahu jalan, atau setidaknya kita harus selalu memperhatikan peta jalan (Alkitab) yang di tangan kita. Boleh saja kita duduk di dalam mobil tetapi jangan lalu tertidur lelap, melainkan selalu melek bahkan selalu mengamati jalan-jalan yang dilalui. Kalau sudah menyimpang dari kebenaran, tidak ada pilihan maka kita harus memberi tahu supir bahwa jalannya sudah salah, dan kalau si supir ngotot, tidak ada pilihan lain kita harus turun dan mencari mobil (gereja) lain. Saya banyak kali menjumpai feno-mena yang aneh. Ada orang yang telah menyadari kesalahan gerejanya, tetapi karena hutang budi, karena perteman-an, karena berbagai hal, ia betah tetap tinggal di dalam “mobil” yang dia tahu sudah menyimpang dari peta jalan yang benar. Pengikut demikian adalah pengikut yang membabi buta. Dia tidak tahu resiko dari akhir perjalanannya. Mungkin ia belum pernah baca Amsal 14 ayat 12 yang berbunyi, “ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.”
Kesimpulan kita
Pembaca yang penuh hikmat, untuk menjadi pengikut yang melek, pertama diperlukan adanya gereja yang benar-benar mengajarkan kebe-naran. Jika tidak ada gereja yang mengajarkan kebenaran, pencari kebenaran akan mengalami kesulitan. Oleh sebab itu gereja yang benar harus berjuang keras untuk memproduksi gereja-gereja yang benar agar memu-dahkan para pencari kebenaran. Selain adanya gereja yang benar, tentu pengikut yang melek adalah pengikut yang sungguh-sungguh mencari kebenaran dan yang berani membayar harga kebenaran. Dalam perumpamaan Tuhan tentang ladang yang ada harta terpendam di dalam-nya, Tuhan berkata bahwa yang menemukannya menjual seluruh hartanya dan membeli ladang itu. Artinya jika pembaca mendapatkan gereja yang benar alkitabiah, layak bagi pembaca untuk menjual seluruh harta dan pindah ke lokasi gereja tersebut. Sedangkan dalam perumpamaan ten-tang mutiara yang indah Tuhan kata-kan penemunya menjual seluruh hartanya dan membeli mutiara itu, dan tentu dibawa pulang. Artinya jika seseorang menemukan kebenaran maka ia harus berani bayar harga untuk membawa kebenaran itu pulang yaitu mendirikan gereja yang benar di tempatnya. Hanya ada dua pilihan, pindah ke lokasi gereja yang benar atau pindahkan gereja yang benar ke tempat Anda. Jadilah pengikut Tuhan atau pengikut Gembala atau dosen secara melek, jangan membabi buta.
oleh Dr. Suhento Liauw, PEDANG ROH Edisi 79 April-Juni 2014
0 Silakan Berkomentar:
Posting Komentar