Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Penyembuhan Okultisme Melahirkan Gereja Terbesar Di Dunia Pengaruh Paul Yonggi Cho

Ini adalah zaman pragmatis, dan jika sesuatu kelihatannya berhasil, orang-orang cenderung akan mengagumi dan menghormatinya. Bahkan orang-orang yang seharusnya lebih mengerti - orang-orang injili yang seharusnya berpikir dengan pedoman Alkitab - juga telah terjebak oleh semangat zaman ini. Jika ada metode baru atau fenomena mengesankan mereka, maka mereka akan berkata, 'Ya, hal yang terjadi ini berhasil dan banyak orang tertarik olehnya. Kenapa harus berusaha keras menyingkirkannya dengan jalan tradisional kita, jika dengan metode tersebut barangkali kita bisa lebih berhasil?'

Ketika sedang serius membaca setumpukan buku mengenai praktek-praktek kharismatik yang beredar baru-baru ini, termasuk kelompok-kelompok rumah, nubuatan dan kesembuhan, penulis mencatat bahwa banyak pendukung hal-hal tersebut sangat terkesan oleh pekerjaan Paul Yonggi Cho, gembala dari gereja terbesar di dunia, The Full Gospel Central Church ('Gereja Pusat Injil Sepenuh') di Seoul, Korea. Mereka benar-benar tidak bisa bungkam tentang dirinya. Bahkan pada saat orang sedang membaca buku-buku tersebut, gereja itu terus membesar; ia berkembang sangat cepat! Jika sebuah buku diterbitkan pada awal tahun 1980-an, penulis menceritakan bahwa gereja terbesar di dunia itu mempunyai 150.000 anggota dengan lebih dari 100 gembala pembantu. Buku terbaru mengatakan sudah 500.000 anggotanya. Gereja tersebut mengklaim ada 17.000 anggota baru perbulan, dan banyak orang injili Barat terpesona dengan informasi ini sehingga tidak sabar untuk merasakan metode Yonggi Cho itu.

Penyembuh Amerika John Wimber adalah salah satu contohnya. Sebelum ikut kesembuhan kharismatik, ia memberikan ceramah tentang pertumbuhan gereja dari gereja ke gereja. Ketika ia mempelajari masalah ini, ia semakin kecewa dengan evangelisme Barat yang kelihatannya tidak efektif jika dibandingkan dengan perkembangan fenomenal yang dialami oleh gereja-gereja kharismatik di negara Dunia Ketiga. Secara khusus ia sangat terkesan dengan pernyataan bahwa diperkirakan 70% dari seluruh pertumbuhan gereja di seluruh duniao dicapai oleh kaum kharismatik. Pertumbuhan luar biasa dari gereja Paul Yonggi Cho menarik perhatiannya, dan ia memang menyatakannya. Wimber menyadari bahwa pertumbuhan gereja ini terletak pada pelayanan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, seperti mengusir roh jahat dan kesembuhan yang dramatis, dan ia menyimpulkan bahwa orang Kristen Barat sedang mengalami evangelisme yang tumpul karena mereka takut hidup dan melayani di dalam suatu suasana yang penuh dengan kuasa rohani.

Ia mengatakan - 'Melalui laporan tanda-tanda dan mujizat para mahasiswa Dunia Ketiga dan para misionari, serta melalui pemahaman yang lebih mendalam, bahwa betapa materialisme Barat telah merusak penerimaan hal-hal supranatural orang Kristen, saya mulai membuka hati bagi Roh Kudus. Saya ingin tahu, apakah tanda-tanda dan mujizat dan pertumbuhan gereja seperti yang dialami di negara-negara Dunia Ketiga itu mungkin terjadi di Amerika Serikat? Saya harus menjadi gembala lagi untuk mengetahuinya.'

Antusiasme John Wimber atas pekerjaan Dr. Paul Yonggi Cho diungkapkan dalam catatan seminar-seminarnya, Signs and Wonders and Church Growth ('Tanda-tanda dan Mujizat serta Pertumbuhan Gereja'): 'The Full Gospel Central Church berkembang dengan cepat, karena penekanannya kepadakesembuhan. Ketika Yonggi Cho berdoa untuk orang sakit di dalam kebaktian hari Minggu, banyak yang disembuhkan ...Setelah mereka disembuhkan oleh Allah, mereka menjadi orang Kristen dan penginjil yang baik ... inilah rahasia pertumbuhan gereja FGCC (Full Gospel Central Church).'

Sementara jelas bahwa Paul Yonggi Cho tidak bisa ditempatkan sebagai bapak kesembuhan baru yang tertinggi, tetapi ekspansi gerejanya yang luar biasa telah menyebabkan berbagai gembala dan pemimpin jemaat yang terkesan bertekuk lutut di bawah kakinya. Karena pengaruh 'kesuksesan'nya yang demikian besar terhadap banyak kalangan, dan juga metodenya, maka secara luas ia menjadi lambang bagi mega-gereja lainnya di Amerika Latin, sehingga jelas penting bagi kita untuk membiasakan diri dengan metode-metode tersebut. Buku Paul Cho yang paling terkenal, The Fourth Dimension ('Dimensi Keempat') mengungkapkan theologinya yang menandakan penyelewengan radikal dari Kekristenan yang historis.

Gembala Cho menceritakan bagaimana ia belajar berdoa. Ketika ia mulai menggembalakan jemaatnya di Seoul, ia sangat miskin dan tinggal di sebuah kamar. Kemudian ia ingin tahu apa yang harus dilakukan dengan mencoba bekerja tanpa ranjang, meja dan kursi, atau alat transportasi, dan ia mulai berdoa kepada Allah memohon hal-hal yang diperlukan. Ia sungguh-sungguh memohon sebuah meja, kursi dan sepeda, tetapi setelah enam bulan ia tidak memperoleh tiga benda itu dan ia menjadi sangat berkecil hati. Ia mengatakan -

"Kemudian saya duduk dan mulai menangis. Tiba-tiba saya merasa tenteram, sebuah perasaan yang tenang merasuki jiwaku. Ketika saya merasakannya, sebuah rasa kehadiran Allah, Ia selalu berbicara; maka saya menunggu. Kemudian suara yang hening, kecil, memancar di dalam jiwaku, dan Roh berkata, "AnakKu, Aku sudah lama mendengar doamu."

'Tanpa berpikir saya langsung berujar, "Lalu dimana meja, kursi dan sepedanya?"

'Kemudian Roh berkata, "Ya, itulah masalah yang engkau hadapi dan semua anak-anakKu. Mereka memohon kepadaKu, meminta segala permintaan, tetapi mereka memohon dengan cara yang tidak jelas, sehingga Aku tidak menjawabnya. Apakah kamu tidak tahu bahwa ada lusinan jenis meja, kursi dan sepeda? Namun jelas engkau memohon sebuah meja, kursi dan sepeda kepadaKu. Engkau tidak pernah menyebutkan sebuah meja, kursi dan sepeda secara spesifik."

'Itulah titik balik di dalam kehidupanku ...'

Yonggi Cho menceritakan bagaimana kemudian ia mulai menyebutkan secara spesifik ukuran meja (yang terbuat dari kayu mahogani Philipina), dan jenis kursinya (yang terbuat dari kerangka besi, dengan roda di bawahnya, sehingga ketika ia duduk di atasnya, ia dapat berputar 'bagai seorang jagoan'). Ia berpikir keras dan lama mengenai jenis sepeda yang diinginkannya sebelum ia menentukan jenis yang ideal dan memohon, 'Bapa, saya ingin mempunyai sebuah sepeda buatan Amerika, dengan gigi yang ada di samping ...'

Kemudian ia menceritakan bagaimana ia berdoa untuk kebutuhannya: 'Saya memesan barang-barang tersebut dengan cara yang begitu jelas, sehingga Allah tidak mungkin membuat kesalahan dalam memberikannya. Kemudian saya merasakan iman yang meningkat ... malam itu saya tidur nyenyak bagaikan seorang bayi.'

Paul Cho mengatakan bahwa Allah tidak akan pernah menerima doa-doa yang tidak jelas. Dengan menarik kejadian penyembuhan orang buta Bartimeus, ia menggunakan fakta bahwa Yesus dengan jelas bertanya kepada orang buta ini, 'Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?' sebagai bukti bahwa Allah mengharuskan kita memohon permintaan-permintaan yang spesifik. Sebelum Bartimeus menyebut dengan spesifik, Yesus tidak menyembuhkannya. Sekilas gagasan permohonan yang sangat spesifik ini tidak merupakan kesalahan terbesar di dunia, namun Paul Cho terus mengajarkan bahwa orang percaya memperoleh permintaan-permintaan spesifik tersebut melalui visualisasi atas benda-benda itu dan kemudian mewujudkannya dengan iman!

Sangat penting untuk memahami hal ini karena disinilah titik dimana perkembangan kharismatik meninggalkan Kekristenan dan menyeberang ke dalam wilayah paganisme. Gagasan-gagasan seperti ini merupakan inspirasi dari gereja terbesar di dunia, yang ditiru oleh begitu banyak kalangan kharismatik Barat. Simak contoh berikut yang diberikan oleh Paul Yonggi Cho. Ketika selesai berkhotbah di sebuah gereja lain yang mengundangnya, ia diminta oleh gembala gereja tersebut untuk mendoakan seorang wanita lajang yang berumur lebih dari tigapuluh tahun, yang ingin menikah, namun saat itu belum menemukan calon suami yang prospektif. Gembala Cho bertanya kepadanya sudah berapa lama ia memohon seorang suami, dan ia menjawab bahwa sudah lebih sepuluh tahun. Kemudian ia berkata, 'Mengapa Tuhan tidak menjawab doamu selama sepuluh tahun lebih ini? Suami bagaimana yang engkau mohonkan itu?' Ia mengangkat bahunya dan menjawab, 'Ya, itu sih terserah kepada Tuhan. Tuhan tahu segala sesuatu.'

Cho menanggapi dengan berkata sebagai berikut: 'Itu adalah kesalahanmu. Allah tidak pernah bekerja sendiri, kecuali melalui dirimu. Allah adalah sumber yang kekal, namun Ia hanya bekerja melalui permohonanmu. Apakah engkau sungguh-sungguh ingin saya berdoa untukmu?' Sambil menyuruh wanita itu duduk dengan kertas dan pensil, ia lanjut bertanya serangkaian pertanyaan: 'Jika engkau menuliskan jawaban-jawaban atas pertanyaanku, maka saya akan berdoa bagimu. Nomor satu: coba, engkau sungguh-sungguh menginginkan seorang suami, tetapi suami bagaimana yang engkau inginkan - Asia, Kaukasus, atau Hitam?'

'Kaukasus.'

'Okey, tuliskan. Nomor dua: Apakah engkau ingin suami yang setinggi enam kaki, atau yang setinggi lima kaki?'

'Saya ingin mempunyai suami yang tinggi.'

'Tuliskan. Nomor tiga: apakah engkau ingin suami yang langsing dan tampan, atau yang gemuk menyenangkan?'

'Saya mau yang kurus.'

'Tulis yang kurus. Nomor empat: kamu ingin suami yang memiliki hobby apa?'

'Ya, yang senang musik.'

'Okey, catatkan yang musikal. Nomor lima: kamu ingin suami yang pekerjaannya apa?'

'Guru.'

'Tutuplah matamu. Kini bisakah engkau melihat suamimu?'

'Ya, saya dapat melihatnya dengan jelas.'

'Okey. Mari kita memohonkannya sekarang. Sebelum engkau melihat suamimu dengan jelas di dalam imajinasimu, engkau tidak bisa memohonkannya, karena Allah tidak akan menjawab. Engkau harus melihatnya dengan jelas sebelum mulai berdoa.'

Gembala Cho kemudian menumpangkan tangan ke atas wanita muda itu dan berdoa, mengatakan, 'O Tuhan, kini ia telah mengetahui suaminya. Saya melihat suaminya. Engkau tahu suaminya. Kami memohonkannya di dalam nama Yesus Kristus.' Kemudian ia menyuruh wanita itu menempelkan spesifikasi calon suaminya pada sebuah cermin di rumah, membacanya pagi dan malam dan berdoa kepada Tuhan agar memberikan jawaban pasti. Ia mengajarkan perlunya mental gigih untuk membayangkan yang diiringi dengan sebuah tekad yang bernyala-nyala dan keyakinan yang kokoh, sehingga tujuan bisa diselesaikan.

Dr. Cho menyebut proses ini: visualisasi tujuan, kemudian menetaskannya dalam wujud nyata dengan kekuatan iman - atau barangkali seperti kekuatan kehendak? Ia mengajarkan bahwa orang-orang percaya boleh meminta kekayaan dan sukses; segala sesuatu yang mereka inginkan sepanjang merupakan hal yang bermoral. Kunci untuk memperoleh hal-hal ini adalah seni mengkhayalkannya, karena Allah tidak dapat mewujudkannya, sebelum sang individu menetaskan gambaran itu. Jelas Dr. Cho 'merapikan' pengajarannya dengan mengatakan bahwa pertama orang harus berdoa kepada Allah mengenai apa yang Dia kehendaki mereka miliki sebelum mengkhayalkan dan menetaskan hal-hal tersebut menjadi kenyataan. Tetapi dalam kebanyakan contoh diberikannya (seperti wanita yang belum menikah itu), ia membuang perlunya merujuk kepada Allah untuk mendapat tuntunan mengenai hal-hal yang detail. Meskipun ia

berusaha memberikan beberapa pembenaran alkitabiah atas gagasan-gagasannya, ia mengatakan bahwa ia lebih dahulu mendapatkannya, karena Allah langsung menyampaikan kepadanya.

Ini merupakan penjelasannya sendiri tentang bagaimana ia memperoleh pengajarannya mengenai menetaskan jawaban atas doa dan penyembuhan penyakit. Ia menceritakan bahwa ia digerakkan untuk menemukan penjelasan tentang bagaimana para rahib Budha di Korea bisa melakukan mujizat yang lebih bagus dibandingkan dengan gereja-gereja Pentakostanya. Ia sangat kuatir karena banyak orang Korea memperoleh kesembuhan melalui meditasi yoga, dan dengan menghadiri pertemuan-pertemuan Soka Gakkai, yakni sebuah sekte Budha Jepang yang beranggota duapuluh juta orang. Menurut Cho, banyak orang tuli-bisu dan buta sudah dipulihkan pancainderanya melalui kelompok-kelompok religius tersebut.

Cho sangat iri dengan keberhasilan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok agama lain dalam menarik para pengikutnya itu. Ia menulis: 'Padahal Kekristenan telah ada di Jepang lebih dari seratus tahun, tetapi hanya setengah persen populasinya yang menyatakan sebagai orang Kristen, Soka Gakkai mempunyai jutaan pengikut ...Tanpa melihat mujizat, orang tidak bisa puas bahwa Allah itu berkuasa. Engkaulah [orang-orang Kristen] yang bertanggungjawab untuk memberikan mujizat kepada orang-orang tersebut.'

Gembala-gembala Pentakosta Korea lainnya juga sangat kesulitan dengan penyembuhan-penyembuhan 'berhala' tersebut, karena para anggota gereja awam terus-menerus menyerang minta penjelasan. Jadi, Paul Yonggi Cho yang gelisah berpuasa dan berdoa, mencari Tuhan untuk mohon penjelasan. Penting diperhatikan, bahwa di dalam catatan pencarian pemecahannya, ia tidak pernah menyebut mencari jawaban di dalam Alkitab. 'Tiba-tiba' ia bercerita kepada kita, 'sebuah wahyu yang agung hadir di hatiku... penjelasan-penjelasan muncul dengan jelas bagaikan hari yang cerah.'[1] Dr. Cho menyatakan bahwa Allah yang berbicara kepadanya melukiskan dunia material itu ada di dalam dimensi ketiga. Pada mulanya alam tiga dimensi itu kacau-balau, tanpa bentuk dan hampa, tetapi Roh Allah (Yang dikatakan tinggal di dalam dimensi keempat) terus memikirkan, memvisualisasikan dan menetaskannya sehingga terwujud menjadi bentuk baru yang mengandung keindahan, rapi, berlimpah-limpah dan yang paling utama - kehidupan.

Kemudian Allah berfirman kepada Dr. Cho, bahwa oleh karena semua umat manusia adalah makhluk rohani (seperti juga halnya sebagai makhluk lahiriah), mereka memiliki dimensi keempat di dalam hati mereka, dan dengan mengembangkan seni konsentrasi visi dan mimpi di dalam imajinasinya, mereka dapat mempengaruhi dan mengubah dimensi ketiga (benda-benda material) seperti yang dilakukan Roh Kudus ketika Ia memikirkan bumi yang mula-mula. Menurut Cho, Allah berkata kepadanya bahwa kaum Budhis dan penganut yoga bisa melakukan penyembuhan 'mujizat' karena mereka menyelidiki dan mengembangkan kekuatan dimensi keempat manusianya, membayangkan gambaran kesehatan yang ada di pikiran dan menginginkannya hadir di dalam tubuh mereka. Allah berkata kepadanya bahwa semua umat manusia memiliki kekuatan untuk menggunakan penguasaan yang absah atas alam material melalui kegiatan dimensi keempat ini.

Cho menyatakan bahwa Roh Kudus berkata kepadanya, 'Lihatlah pada Soka Gakkai. Mereka milik Setan ... dan dengan dimensi keempat iblis, mereka menguasai tubuh dan keadaan mereka.' Kemudian Allah mengatakan kepadanya bahwa orang Kristen harus menghubungkan kekuatan rohani dimensi keempatnya kepada Allah sang Pencipta untuk mendapatkan kendali atas keadaan sekitarnya yang jauh lebih besar dari Soka Gakkai. Ia menyimpulkan: 'Soka Gakkai telah menerapkan hukum dimensi keempat dan melakukan mujizat; tetapi dalam Kekristenan hanya bicara tentang theologi dan iman saja!'

Dr. Cho berkata bahwa ketika Paulus berbicara tentang 'pribadi yang di dalam', sebenarnya ia merujuk kepada kekuatan dimensi keempatnya untuk memvisualisasikan benda dan menetaskannya ke dalam kehidupan. (Ia tidak menjelaskan mengapa Paulus sendiri tidak berkata apapun tentang masalah ini, ataupun mengapa Kekristenan harus menunggu 2.000 tahun sebelum hal ini disingkapkan melalui sebuah wahyu pribadi dari Allah kepada Dr. Cho). Pengajaran Paul Yonggi Cho merupakan sebuah sistem pemikiran terhadap benda atau hal (atau lebih jelasnya, imajinasi atas benda).

Dengan terus-terang ia mengakui bahwa sistem itu merupakan sebuah versi yang 'dikristenkan' dengan persis meniru metode-metode sama yang dipraktekkan oleh kaum Budhis, para eksponen yoga, dan pengikut berhala, serta sistem mistik dan okultisme lainnya. Perbedaan satu-satunya adalah kekuatan dimensi keempat mereka yang menerima kerjasama dari iblis, sementara yang Kristen dianggap memperoleh pertolongan dari Roh Kudus. Ia mengatakan bahwa sepanjang kita mempertahankan pikiran kita dari gagasan yang bodoh dan salah, kanvas imajinasi kita akan tetap bersih untuk dilukis Roh Kudus dengan benda-benda yang kita inginkan. Dengan kata lain, tuntunan Allah langsung akan datang tepat ke dalam pikiran kita. Sekali kita menerima komunikasi langsung ini - yang secara literal merupakan kehendak Allah atas apa yang akan kita miliki dan lakukan - maka kita harus mengaktifkannya dengan kekuatan fantasi dan mimpi kita. Dr. Cho meringkasnya dengan berkata - 'Keberhasilan atau kegagalan anda tergantung kepada pemikiran dimensi keempatmu: visi dan mimpi. Kita melihat prinsip ini bekerja sejak permulaan Alkitab.'

Abraham dinyatakan sebagai sebuah contoh dari proses ini. 'Bagaimana mungkin seorang pria berumur seratus tahun menjadi bapak keturunan yang demikian banyak?' tanya Paul Cho. 'Ia menggunakan pemikiran dimensi keempat. Ia dipenuhi visi dan mimpi. Ia belajar menetaskan di dalam iman ... Dengan mengawasi setiap petunjuk, ia mengisi imajinasinya secara konkrit dengan janji Allah. Ia tidak disuruh memejamkan mata ketika Allah berbicara kepadanya. Ia mencari sesuatu yang konkrit dan substantif... Jadi Allah mengharap kita juga aktif dalam menetaskan iman kita dengan memvisualisasikan hasil akhir atas janjiNya.'

Dr. Cho membuat pernyataan tegas yang mengherankan bahwa Allah menunjukkan teknik visualisasi dan inkubasi (penetasan) ini kepada Yakub agar ia bisa memperoleh kekayaan dari pamannya, Laban. Ketika Yakub berusaha membuat domba-domba 'berbintik-bintik' dengan dahan hijau dari pohon hawar, pohon badam dan pohon berangan, ia berdiri memandangnya, memvisualisasikan anak-anak domba yang berbintik-bintik dan berbelang-belang. Dengan memvisualisasikan sasaran yang diinginkan, Yakub mengaktifkan Roh Kudus Yang - 'memasukkan kunci yang tepat ke dalam gen yang penting' (kata-kata dari Dr. Cho), sehingga ternak Yakub mulai melahirkan keturunan yang berbintik-bintik dan berbelang-belang.

Dr. Cho mengatakan bahwa gereja raksasanya tumbuh seperti sekarang dan terus berkembang karena ia mengikuti prinsip visualisasi ini. Pada mulanya ia membayangkan gerejanya bertumbuh menjadi sebuah bentuk tertentu, dan kemudian ia memvisualisasikan semua permukaan dan menetaskan visi itu ke dalam kenyataan. Demikian juga ketika ia melakukan ekspansi pelayanan televisinya, ia membayangkannya telah diudarakan di Korea, Jepang, Amerika Serikat dan Kanada. Ia menancapkan paku-paku di peta atas negara-negara tersebut di kantornya dan kemudian mengembangkan suatu visi mental mengenai pemancar-pemancar yang mengudarakan program-program itu.

Ia memberitahukan bahwa Sara, seperti Abraham, harus memvisualisasikan anaknya menjadi kenyataan. Yonggi Cho memperhatikan bahwa pada awalnya ia tertawa dengan gagasan bahwa Allah akan membuat dirinya menjadi seorang ibu pada usia sembilan puluh, namun tidak lama kemudian, tegasnya, Sara turun ke visualisasi kembalinya masa mudanya. Dalam bagian Alkitab mana bisa kita baca bahwa Sara mulai memvisualisasikan kembalinya masa mudanya? Jawabannya adalah - tidak ada, namun seperti halnya penegasan ekstrim dari setiap penulis kharismatik lain seperti Paul Yonggi Cho, hal-hal yang paling luar biasa adalah 'membacanya dari' Alkitab. Pemikiran dan perbuatan harus terus-menerus merujuk kepada karakter alkitabiah, kecuali jika kitab suci tidak mengatakan apapun.

Dr. Cho memiliki versi tersendiri atas kejadian-kejadian itu ketika ia menceritakan bahwa pada saat Sara memikirkan janji Allah, perubahan fisik segera terjadi di dalam tubuhnya, sehingga Raja Abimelekh merasa wanita tua itu begitu menarik dan mencoba untuk menyuntingnya sebagai selirnya. Cho menyimpulkan - 'Jika seorang wanita mulai berpikir dirinya menarik, maka begitulah yang terjadi. Bukan saja akan terjadi perubahan fisik, tetapi citra dirinyapun akan berubah ...'

Pemulihan dapat dicapai dengan teknik yang persis sama, dan Gembala Cho menceritakan tentang seorang laki-laki yang ditabrak dan terluka berat oleh sebuah taksi ketika sedang belanja untuk perayaan Natal. Ketika sang gembala tiba di rumah sakit, laki-laki tersebut tidak sadar dan tidak mungkin bertahan sampai esok hari. Yakin visualisasi dimensi keempat itu penting bagi kesembuhannya, Cho berdoa agar laki-laki itu diberi kesadaran lima menit.

Seketika itu juga pria tersebut sadar dan Cho mulai bicara kepadanya dengan berkata, 'Saya tahu apa yang sedang engkau pikirkan ... engkau telah memimpikan kematian. Tetapi Allah ingin engkau mengambil bagian di dalam mujizat yang sedang terjadi. Alasan engkau sadar kembali adalah karena Allah ingin memakai kekuatan dimensi keempatmu dan mulai melukiskan gambar yang baru di atas kanvas hatimu. Saya ingin engkau mulai melukiskan sebuah gambar baru tentang dirimu di dalam imajinasimu. Engkau sedang dalam perjalanan pulang dan tidak ada kecelakaan yang terjadi. Engkau mengetuk pintu dan isteri tercintamu membukakannya. Ia kelihatan demikian cantik. Pada hari Natal ia membuka kadonya dan engkau merasa begitu bangga bisa memiliki perasaan yang demikian baik.

'Pagi esoknya engkau akan bangun dan menikmati sarapan pagi yang nikmat dengan keluargamu. Dengan kata lain, engkau menghapuskan kematian dari pikiranmu dan sedang melukiskan gambar baru kebahagiaan ... Serahkan doa itu kepadaku! Saya akan berdoa di dalam iman dan engkau sepakat denganku! Gunakan saja kemampuanmu untuk bermimpi dan memandang visi-visi kesehatan dan kebahagiaanmu!'

Inilah cara laki-laki itu diajar untuk menetaskan citra kesehatan. Kata Cho, kita harus belajar untuk selalu memvisualisasi hasil akhir, sehingga dapat menginkubasikan apa yang kita ingin Tuhan lakukan bagi kita. Ia menyatakan bahwa pada saat pria terluka itu berhenti memohon Allah untuk membiarkan dia hidup, dan mulai yakin bahwa Allah akan memulihkannya, ranjangnya mulai bergoyang dan Allah melakukan sebuah mujizat.

Paul Yonggi Cho mengajarkan bahwa semua orang Kristen harus mengarahkan diri untuk mensejahterakan tubuh, roh dan jiwa dan semua kesuksesan serta kegagalan ini sangat tergantung kepada gagal atau berhasilnya di dalam visualisasi. Ia menulis bahwa anggota-anggota jemaatnya telah membuktikan prinsip-prinsip kesuksesan tersebut, sehingga tidak ada kebangkrutan di dalam jemaatnya, dan keanggotaan mereka telah mengerjakan program pembangunan gedung gereja yang termahal dan terbesar sepanjang sejarah. Namun, kita tidak bisa sepenuhnya menerima pernyataan Dr. Cho, karena di tempat yang lain ia menulis mengenai betapa kebangkrutannya sendiri tidak terhindarkan, dan betapa ia berada di ambang bunuh diri karena proyek bangunan gerejanya hampir gagal. Akhirnya ia diselamatkan oleh anggota-anggota gerejanya yang melakukan tindakan-tindakan yang sangat simpatik, karena banyak yang menjual rumah dan benda-benda paling berharga mereka untuk mengatasi kesulitannya.

Tak diragukan, jika kita merujuk ke dalam Alkitab, kita tidak menemukan pengajaran-pengajaran atau gagasan-gagasan seperti itu. Kita sama sekali tidak menemukan nasehat mengenai visualisasi, inkubasi, imajinasi, atau teknik sihir apapun atau kekuatan-kehendak yang dirancang untuk menguasai Allah dan mengambil alih kedaulatanNya atas kehidupan umatNya. Di dalam Alkitab kita bahkan menemukan seorang rasul seperti Pauluspun diharuskan untuk memohon kepada Allah dengan rendah hati, dengan cara bersandar jika ia diperbolehkan untuk mengunjungi orang di sebuah jemaat tertentu - semuanya tergantung kepada kehendak Allah.

Rasul Paulus, jika dinilai dari sudut buku-buku Dr. Cho, merupakan kegagalan yang menyedihkan karena ia tahu bagaimana rasanya dihina, tabah menghadapi kekerasan dan menemui kesulitan yang banyak sekali. Demikian banyaknya peristiwa terjadi bukan menurut kehendak atau usahanya sebagai seorang hamba Kristus. Paulus jelas telah melakukan kesalahan karena berpikir negatif - menerima pencobaan dan

penganiayaan. Secara keseluruhan ia gagal dengan menyedihkan dalam memakai kekuatan dimensi keempatnya, dan tidak pernah terbukti berhasil memfantasikan atau mewujudkan sesuatu menjadi kenyataan.

Untuk memperoleh tuntunan atau berkat Allah, Dr. Cho mengajarkan bahwa kita harus memohon Allah mewahyukan kehendakNya dengan menempatkan sebuah keinginan akan sesuatu benda/hal ke dalam hati kita. Kemudian Allah diminta untuk memberikan sebuah tanda untuk menegaskan bahwa 'keinginan' itu berasal dariNya. (Tanda ini bisa dalam arti apa saja! Sebuah kebetulan sudah cukup.) Kemudian, jika kita merasa sejahtera mengenai hal yang kita inginkan, kita harus 'melompat bangun dan pergi ...' mujizat demi mujizat akan mengikuti engkau ... terus-meneruslah melatih diri untuk memikirkan hal tentang mujizat.' Keyakinan absolut kepada gagasan yang muncul di dalam pikiran sebagai 'keinginan' merupakan ciri-ciri Dr. Cho. Iman, menurut pengajarannya, bukan sekedar percaya bahwa Allah akan melakukan hal-hal yang telah Ia janjikan di dalam FirmanNya. Iman didefinisikan kembali sebagai memiliki keyakinan yang absolut pada keinginan yang datang secara subyektif ke dalam pikiran seseorang, karena gagasan itu dianggap merupakan komunikasi langsung dari Allah, dan oleh karena itu kita harus mengembangkan keyakinan yang tak tergoyahkan tersebut. Jika kita mengambil gagasan tersebut dan mengimajinasikannya dan menetaskannya ke dalam kenyataan, maka kita diberi janji 'mujizat', dan hal ini akan menjadi pengalaman seumur hidup kita.

Paul Yonggi Cho segera menambahkan tahapan berikut ke dalam proses visualisasi dan penetasan mujizat - 'kuasa penciptaan dari firman lisan.' Ia berkata bahwa di dalam 'layar pikiran'nya ia selalu melihat sejenis televisi tentang gambar pertumbuhan yang menghilang, orang-orang lumpuh yang membuang tongkat penopangnya, dan seterusnya. Kemudian ia menyatakan, Allah berfirman kepadanya: 'Engkau bisa merasakan kehadiran Roh Kudus di dalam gerejamu ... tetapi tidak ada yang terjadi - tidak ada jiwa yang diselamatkan, tidak ada rumah-tangga hancur yang dipulihkan, sebelum engkau mengucapkan firman itu. Jangan hanya memohon dan meminta apa yang engkau inginkan. Ucapkanlah firman itu...'

Cho menjawab, 'Tuhan, saya mohon maaf. Sejak hari itu saya mengucapkannya.' Sejak saat itu jika ia melihat orang-orang cacat disembuhkan atau tumor menghilang di dalam pikirannya, ia akan berbicara, dengan mengatakan, 'Ada orang disini yang telah disembuhkan dari ini dan itu,' dan ia menyebutkan nama penyakit itu. Ia menyatakan bahwa ratusan orang disembuhkan setiap hari Minggu ketika ia memejamkan matanya dan menyebutkan semua kesembuhan yang ia lihat di dalam pikirannya. Menariknya, visi atau wahyu yang dinyatakan menuntun dirinya kepada teknik ini secara mencolok serupa dengan apa yang dinyatakan (beberapa tahun kemudian) oleh John Wimber, seorang pengagum pelayanan Cho yang diakui. Seperti halnya dengan semua 'penyembuh', Dr. Cho terpaksa harus mengakui bahwa tidak setiap orang berhasil disembuhkan oleh perkataannya. Ia tidak bisa meyakinkan kesempurnaan Tuhan Yesus Kristus dan para RasulNya. Ia mengakui banyak kegagalan yang menyulitkan, tetapi ia menyatakan bahwa hal tersebut selalu disebabkan karena kurangnya iman di pihak para penderita.

Dr. Cho mengungkapkan kekecewaaannya bahwa banyak orang Barat yang melompati Kekristenan dan mencari kuasa-kuasa mujizat di kuil-kuil Timur yang telah ia dan lainnya sediakan di dalam gereja-gereja Kristen! Ia mengatakan, 'Orang-orang Kristen injili semakin memahami bagaimana menggunakan imajinasi melalui belajar bagaimana berkata-kata dalam bahasa Roh Kudus - visi dan mimpi.'

Berdasarkan semua fakta ini, kelihatannya kita tidak sulit mengidentifikasi untaian yang membentuk agama 'synthesis' baru Paul Cho. Orang Korea mempunya agama kuno yang disebut Sinkyo, yang melihat dunia sebagai sebuah 'arena religius yang dihuni oleh roh-roh'. Tragedi, kesulitan dan penyakit dapat disembuhkan oleh sang Mudany, seorang pendeta wanita yang bisa berinteraksi dengan roh-roh. Ia merupakan 'dukun pengobatan' lokal, yang menggabungkan peran sebagai seorang perantara dan peramal (nabiah). Ia mengetahui hal-hal gaib, dapat kerasukan, mengusir roh jahat dan menyembuhkan penyakit.

Korea selama berabad-abad juga sangat terpengaruh oleh Budhisme, terutama tentang bentuk yang telah disebutkan yang sangat menekankan kesembuhan dan ramalan. Diajarkan bahwa manusia tidak perlu terikat oleh lingkungannya; dengan perilaku yang benar, dengan konsentrasi, dan dengan menyatukan alam kekal, mereka sanggup mengatasi penderitaan dan penyakit. Kecondongan orang Korea itu dimanfaatkan dan dieksploitasi oleh 'Kekristenan' Paul Yonggi Cho yang dengan mencolok memadukan sihir, hal luar akal-sehat, kepentingan diri, Sinkyo, Budhisme Jepang dan Kekristenan. Namun (tindakan) menggabungkan gagasan-gagasan berhala dan praktek-prakteknya dengan agama Kristen yang murni dikutuk oleh Alkitab sebagai dosa pemberhalaan yang keji. Hal ini merupakan perkawinan Kekristenan dan okultisme, dan itu dilarang dengan perkataan Paulus - Bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Dan - Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?

Apakah yang melahirkan gereja terbesar di dunia itu? Jawabannya adalah, sebuah perpaduan pemberhalaan antara pengajaran Alkitab dengan teknik pemikiran berhala. Kedaulatan Allah dicabut dari kehidupan orang percaya, dan otoritas Alkitab digantikan dengan otoritas perintah-perintah langsung yang dianggap dari Allah dan hasil dari imajinasi. Inilah jenis gereja yang telah menarik kumpulan-kumpulan pengajar Kristen di seluruh dunia, sehingga ikut membonceng rombongan pemenang kesembuhan-nubuatan itu.

Lihatlah buku-buku yang ditulis oleh kaum kharismatik dan kaum neo-evangelicals (Injili Baru). Mereka memuji hal-hal tersebut. Lihat para pendukung kesembuhan seperti John Wimber. Mereka demikian terkesan dengan hal-hal tersebut. Itulah pengajaran-pengajaran yang mengikat pikiran mereka! Ini adalah jenis Kekristenan Dunia Ketiga yang begitu ingin mereka kejar. Apakah yang harus kita katakan tentang hal-hal tersebut? Ingatlah dengan orang-orang Yahudi!

Kampanye Kesembuhan Gaya-Okultisme John Wimber

Revolusi kesembuhan kharismatik kini telah melewati batas dimana hukum fundamental Kekristenan telah ditantang dan dicemooh - yaitu prinsip dimana pikiran harus dijaga sebagai indera yang disiplin dan rasional, yang secara sadar mengendalikan segala permasalahan kita, serta setiap persekutuan kita dengan Tuhan. Dengan memakai indera ini, kita harus menarik pengetahuan kebenaran rohani kita hanya dari Firman Allah saja. Kita bisa menyebut prinsip ini sebagai Hukum Akal Sehat - Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban [KJV: For God hath not given us the spirit of fear; but of power, and of love, and of a sound mind (secara literal, akal yang sehat, a safe mind - 2 Tim. 1: 7)]. Akal yang sehat (tertib) adalah akal sehat yang selalu mengendalikan pemikiran dan perbuatan kita, yang tidak memberi peluang kepada kita untuk kesurupan, penampakan atau kehilangan kendali akal sehat lainnya. Dengan indera yang terkendali ini, kita tidak akan berfantasi atau mengkhayalkan Allah berbicara kepada kita, namun kita berpegang teguh pada bentuk firman yang sehat (Alkitab) dengan akal sehat yang berpikir dan tepat.

Hukum inilah yang telah memelihara Kekristenan yang benar berbeda dari segala bentuk spiritisme pemberhalaan sepanjang abad. Bertahun-tahun mereka yang menggunakan bahasa lidah (yang kehilangan kendali suara) dengan sukarela telah mengabaikan indera rasional mereka, ketika mereka melakukan hal itu, namun literatur kharismatik terbitan terbaru malah mengagung-agungkan hal penghilangan total kendali pikiran rasional, meminta orang-orang percaya untuk membuka diri tanpa rintangan bagi kuasa-kuasa tak kelihatan dari alam spiritual untuk masuk. Visualisasi, fantasi, visi, dan komunikasi langsung dari Allah dan interaksi dengan roh-roh semuanya kini menjadi tujuan dan kesukaan mayoritas besar kharismatik di seluruh dunia, bersama-sama dengan hal-hal gaib, penglihatan di luar indera, kekuatan pikiran, kerasukan dan hipnotis massa - segala teknik kultus kesembuhan Timur. Zaman Reformasi mengembalikan pemikiran kepada umat, menghapuskan tahyul dan membangun pusat pemikiran rasional. Namun metode kharismatik baru mengembalikan kekacauan dan perhambaan spiritisme primitif.

Jika mencari kata okul (occult)di dalam semua kamus, kita akan menemukan definisinya sebagai - sesuatu yang tidak terlihat, di luar cakupan pengetahuan yang biasa; berkenaan dengan supranatural, kekuatan-kekuatan atau karunia-karunia mistik. Jika kita mencari kata pertenungan (clairvoyance) kita akan menemukan definisinya sebagai suatu kemampuan untuk melihat (secara mental) hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak bisa dilihat orang biasa. Semua ini terlarang bagi orang Kristen, termasuk teknik berhala, namun justru ini menjadi 'agama' kaum kharismatik masa kini. Ambil contoh usaha penyembuh Amerika John Wimber. Ia mengkampanyekan kepada orang Kristen agar menjalani perubahan persepsi atau transformasi pandangan yang besar-besaran, agar melepaskan diri dari Kekristenan historis, dan merapat dalam barisan dengan gagasan religius dari Timur. Ia mengeluh bahwa Kekristenan Barat dikuasai oleh pandangan ilmiah dan terpaku oleh pemikiran rasional yang salah.

Wimber menyatakan bahwa ini adalah murni masalah budaya, dengan menunjukkan di negara-negara Timur dan Afrika dapat dipastikan bahwa umat manusia bisa berinteraksi dengan alam roh, dan berhubungan dengan makhluk-makhluk di luar pikiran. Ia mendesak bahwa secara khusus rintangan tatanan budaya Barat telah menyebabkan orang Kristen dikuasai oleh alam pengertian. Untuk mendapat akses kuasa, John Wimber mengikuti Paul Yonggi Cho dalam mendesak kaum kharismatik untuk lebih membuka diri bagi 'kesenjangan-kesenjangan' lain. Mereka harus terbuka bagi mimpi, visi dan suara hati sebagai jalan masuk ke dalam dan membaca alam roh, terutama pesan-pesan dari Allah. Mereka harus melepaskan diri dari rantai yang melilit mereka yang dikarenakan oleh rintangan-rintangan Barat, budaya, ilmiah, empiris dan akal sehat, sehingga roh mereka menjadi merdeka untuk pindah ke dalam dimensi atau wilayah indera rohani. Mereka harus belajar untuk menikmati rasa dan perasaan di dalam lingkungan supranatural.

Tentu saja ini berbeda total dengan iman Kekristenan historis kita, dimana akal-sehat kita sepenuhnya berjalan seiring dengan alam rasional. Melalui anugerah Allah kita menerima wahyu Alkitab sebagai tuntunan yang sejati dan otoritatif, dan kita menerimanya ke dalam akal-sehat rasional kita. Kita sendiri tidak langsung berhubungan dengan para malaikat atau roh-roh, maupun menerima perintah-perintah otoritatif dari Allah di luar FirmanNya. Akal-sehat rasional kita tidak pernah dikesampingkan karena itu merupakan indera tertinggi dari manusia. Dengan akal-sehat dan melaluinya kita mengasihi Tuhan dan memegang FirmanNya, dan kita menerima buah dari perjalanan kita sementara kuasa Allah dicurahkan ke dalam kehidupan kita.

Sebagai orang percaya kita semua telah merasakan "dorongan" Roh, ketika Roh kebaikan dan kasih karuniaNya menghidupkan atau menajamkan pengertian kita. Kita semua telah menerima bantuan Roh yang lebih mencerdaskan kita dari yang seharusnya jika berada dalam situasi yang sulit. Kita semua telah dibantu untuk mengingat kewajiban atau tanggungjawab yang seharusnya kita lupakan, dan barangkali kita semua kadang-kadang 'dibuat' peka terhadap kebutuhan orang lain yang mendesak, yang jika diserahkan kepada kita, kita tidak akan peduli. Jelas kita semua mengenal "dorongan" yang lembut tersebut, walaupun kita tidak selalu menyadari uluran tangan Allah pada saat itu. Tetapi dorongan dan pengaruh demikian merupakan bantuan Roh Kudus yang tidak menonjol; hal-hal tersebut bukan merupakan komunikasi Kebenaran, ataupun petunjuk-petunjuk otoritatif.

Semua Kebenaran dan petunjuk otoritatif hanya datang dari Firman saja, dan setiap pemikiran asli kita secara mutlak harus sesuai dengan prinsip dan doktrin yang telah Allah berikan di dalam FirmanNya. Allah tidak pernah menyampaikan doktrin atau pengajaran otoritatif secara langsung ataupun memampukan kita untuk bisa masuk ke dalam informasi mengenai kehidupan atau keadaan orang lain dengan cara yang gaib. Kita perlu berwaspada tinggi terhadap fakta bahwa pengajaran kharismatik baru sangat berbeda dengan kaum Pentakostalis lama dua atau tiga dekade yang lalu. Kharismatik baru bukan bicara tentang seseorang yang kadang-kadang menerima 'kata-kata hikmat' dari Allah yang harus diuji dengan Alkitab. Mereka juga bukan bicara tentang seorang yang adakalanya menjadi nabi modern, yakni suatu kesalahan yang memang sudah terjadi. Mereka kini memaksakan bahwa setiap orang percaya harus mengusahakan taraf baru, profetik, dan supranatural ini - dan kaum evangelikal tradisional seharusnya terbangun oleh signifikansi yang mengejutkan ini.

Para pengajar gerakan pembaharuan kharismatik mengatakan bahwa seperti halnya dengan suku-suku primitif yang dianggap 'peka dengan roh-roh di dalam alam semesta', demikian juga orang Kristen harus peka dengan alam roh. Mereka menggunakan istilah animisme yang kental dan kita seharusnya terusik dan terperanjat untuk sadar sepenuhnya bahwa betapa pengajaran mereka telah berubah sangat fasik dan tidak alkitabiah. John Wimber menyatakan bahwa - 'sepanjang Perjanjian Baru terjadi interaksi yang terus menerus antara makhluk-makhluk alami dan supranatural (kunjungan para malaikat, mimpi, penampakan, nubuatan dsb.). Interaksi-interaksi tersebut merupakan salah satu cara Allah menyampaikan kehendak-kehendak dan petunjuk-petunjuk Allah kepada umatNya.' Ia berpendapat bahwa kesinambungan tersebut merupakan norma instruksi dan penuntun Kristen.

Setiap orang yang saat ini tidak menerima bahwa Allah berkomunikasi dengan umatNya dengan cara-cara tersebut dikutuk oleh pengajar-pengajar seperti Wimber sebagai memaksakan pandangan rasionalistik Barat terhadap Alkitab. Faktanya adalah bahwa para evangelikal tradisional percaya bahwa proses pewahyuan (dengan kehadiran karunia-karunia tanda) dibatasi pada masa Alkitab karena Kitab Suci sendiri mengatakannya demikian. Alkitablah yang membatasi wahyu dan mujizat-mujizat otentik kepada Yesus dan para rasulNya, yang menyebut para rasul tersebut sebagai tahapan dasar (fondasi) Jemaat.

Alkitablah yang memberikan daftar alasan yang sangat khusus kepada berbagai karunia yang diberikan - dimana semua alasan itu disempurnakan pada abad pertama setelah Kristus. Pada bagian berikut kita akan menyebutkan ayat-ayat Alkitab yang membuktikan, (1) sifat temporer (sementara) wahyu dan karunia-karunia tanda; dan (2) peran akal sehat rasional yang sangat diperlukan. Hal-hal tersebut merupakan masalah yang sangat penting, karena keduanya benar-benar akan mendiskualifikasi pemikiran kharismatik masa kini dan menangkal mereka dari kehidupan suatu jemaat Kristen yang benar. Kita juga akan meneliti argumentasi dasar 'alkitabiah' yang ditawarkan oleh para penyembuh kharismatik dalam mendukung metode mereka.

Pertama, terlebih dahulu perlu disampaikan bahwa para pengajar kesembuhan kharismatik tidak selalu mengumpulkan pemikiran dan metode mereka sendiri, karena mereka mengetahuinya ada di dalam Alkitab, tetapi oleh karena pengaruh yang lain seperti penampakan, mimpi, dan perkataan-perkataan yang - menurut mereka - Allah telah berbicara langsung ke dalam pikiran mereka. Ambil contoh seperti John Wimber, yang mampu menarik ribuan orang untuk datang ke seminar kesembuhan yang diselenggarakan di berbagai tempat di dunia. Bagaimana penyembuh ini bisa berubah dari sikapnya yang boleh dikatakan penganut theologi evangelikal orthodoks (walaupun sangat Arminian) menjadi seorang protagonis terkemuka dari kelompok kharismatik ekstrim? Kisah latar belakangnya tersedia di dalam rekaman kaset konferensinya dan di dalam dua buku yang diterbitkan baru-baru ini. (Penulis menemukan buku-buku itu sebenarnya kurang menggegerkan dibandingkan rekaman-rekaman kaset yang penuh dengan kekurangajaran, bahkan kata-kata hujatan dan lelucon-lelucon.)

John Wimber adalah seorang pemusik jazz yang bertobat dalam sebuah kebaktian rumah tangga pada tahun 1960-an. Pertobatannya kepada Kristus (yang digambarkan dalam sebuah rekaman kaset Signs and Wonders) sama sekali tidak kedengaran meyakinkan sebagai pengalaman dari seseorang, yang hatinya terbuka menyadari dosa-dosa pribadi dan kemudian menuju ke kemuliaan terang Injil. Ia menceritakan bagaimana dirinya menjadi Kristen sambil menangis histeris sebagai reaksi terhadap pertobatan isterinya. Menurut ceritanya sendiri, pengalaman rohaninya timbul karena kekacauan mental dan frustrasi emosional total!

Sejak awal ia adalah seorang penganut 'easy-believism' ('mudah percaya'), yang menyombongkan diri bahwa pada masa awal kehidupan Kekristenannya, ia membawa ratusan orang bagi Kristus. Dengan berlalunya waktu, ia menjadi gembala sebuah gereja injili orthodoks, namun akhirnya merasa kecewa dengan gaya pelayanannya yang tradisional dan mengambil sebuah pos pelayanan mengajar di seminari, termasuk mengunjungi gereja-gereja untuk berbicara tentang pertumbuhan gereja. Selama tiga sampai empat tahun berikutnya, ia 'sangat terkesan' dengan efek yang dihasilkan oleh karunia-karunia kesembuhan kharismatik dalam memicu pertumbuhan gereja di banyak negara Dunia Ketiga, dan mulai mengambil pandangan kharismatik dengan lebih serius. Mengakui tentang kekurangan yang serius di dalam kehidupan rohaninya sendiri selama bertahun-tahun, ia menulis:

'Pengaruh ini datang tepat pada waktunya... Selama bertahun-tahun saya telah menghabiskan waktu untuk memelihara hubungan dengan Allah - jarang berdoa dan tidak pernah membaca Alkitab dengan tekun. Saya betul-betul menyadari bahwa saya kurang mempunyai pengalaman pribadi dengan Allah seperti yang digambarkan di dalam Alkitab...'

Ia juga merasa sangat kecewa dengan gereja-gereja yang dikunjunginya, dan merasa bahwa usaha mereka kurang mencerminkan kegiatan yang alkitabiah, dan sementara sat itu ia mengalami krisis keluarga yang dihadapi salah seorang anaknya. 'Krisis pribadi ini menghadapkan saya kepada puncak kesabaran saya secara emosi dan rohani.' Akhirnya, ketika dalam sebuah penerbangan pesawat ke Detroit, ia mengalami gangguan emosional dan mulai menangis tak berdaya. Dengan perasaan hancur dan hina, ia berseru di dalam doa, 'O Tuhan, apa yang salah dalam diriku?' Ia mengeluh kepada Allah bahwa ia sangat letih, menderita tekanan darah tinggi dan sakit kepala yang tiada henti, dan ia juga telah lelah berbicara dengan orang. 'Untuk pertama kali dalam hampir empat tahun, saya membuka Alkitab dan membacanya.'

Namun bukan Alkitab yang mengubahnya kepada posisi kharismatik, tetapi lebih karena rasa kekecewaan dan ketidakpuasan dengan kehidupan dan pelayanannya. Mengingat apa yang diceritakan kepada kita mengenai kejatuhan yang amat berat, sebenarnya ada kesempatan baginya untuk menyenangkan Tuhan dalam konteks penginjilan 'tradisional'. Jika kita jatuh, seharusnya kita tidak mencoba memecahkan persoalan kita dengan meninggalkan Firman dan buru-buru lari ke suatu bentuk kultus atau 'isme' untuk memulai sebuah permulaan baru. Namun dalam keputusasaannya, John Wimber memilih solusi eksperimen kharismatik yang radikal.

Sebuah pengaruh yang amat penting atas John Wimber adalah fakta bahwa isterinya telah menjadi seorang kharismatik yang antusias, dan meninggalkannya sendiri. Sebelum bergabung dengan isterinya, isterinya ingin tahu apakah Wimber mau memiliki karunia kesembuhan. Suatu malam, ketika Wimber sedang tidur, isterinya memegang tangannya, dan menaruh tangan suaminya ke atas pundaknya yang kena rematik dan berdoa, 'OK, Tuhan, sekarang lakukanlah!' Suatu gelombang panas tiba-tiba menjalar ke pundaknya dan John Wimber terbangun, tangannya sendiri panas dan terasa gatal. Sejak saat itu isterinya ternyata telah sembuh.

Pengaruh meyakinkan yang mengubah posisi Wimber menjadi kharismatik adalah keyakinannya bahwa Allah mulai berbicara kepadanya dengan memberi perintah secara langsung. Ia berkata: 'Tengah malam saya terbangun: Allah berbicara kepada hati saya. Ia berkata, "John, Aku telah melihat pekerjaan-mu, dan sekarang Aku akan menunjukkan pekerjaan-Ku." '

Suatu hari seorang wanita berkata bahwa ia membawa sebuah perintah dari Allah untuk dirinya, dan ketika ia setuju untuk mendengarkannya, wanita itu hanya bisa menangis, tersedu-sedan selama setengah jam. Akhirnya John Wimber menjadi marah dan berkata, 'Dengar ibu, gembalamu mengatakan bahwa anda membawa firman dari Allah untuk saya - apa-apaan ini?' Wanita tersebut menjawab - 'Itulah!' Dengan kata lain, Allah menangis untuk John Wimber. Wanita itu melanjutkan, 'Allah ingin tahu kapan anda akan menggunakan otoritas-mu.' Wimber memandang wanita itu dengan tak percaya dan mendesak - 'Apa maksudmu?' Namun wanita itu tidak dapat menguraikan makna pesan yang dibawanya, ia hanya bisa berkata, 'Saya tidak memahami pesan itu, saya hanya menyampaikannya!'

Namun, melalui komunikasi langsung Allah dengan dirinya, seperti melalui mimpi, penampakan dan macam-macam komunikasi aneh lain yang baru digambarkan, Wimber menyimpulkan bahwa Allah ingin ia menggunakan otoritasnya untuk mengusir setan dan penyakit dari dalam diri manusia. Ia mengatakan bahwa dalam sembilan belas kesempatan Allah bicara kepadanya melalui 'mimpi, penampakan, nubuatan, bahasa roh dan Alkitab' - Alkitab selalu menjadi urutan terakhir dalam daftar yang sangat penting itu. Sama sekali tak terpikir oleh John Wimber bahwa orang yang membuat pernyataan dogmatik mendapat pesan dari Allah sebenarnya menempatkan diri dalam posisi sebagai Allah. Mereka mendewakan khayalan mereka, sehingga khayalan itu menjadi allah mereka sendiri. Para nabi dan rasul masa lalu secara unik didukung dan diteguhkan oleh Allah, namun mujizat-mujizat besar dan tak terbantahkan apa yang telah dilakukan oleh berbagai 'nabi' yang memberi pesan otoritatif kepada John Wimber?

Demikian pula, ia sedikitpun tidak kuatir dengan 'pesan-pesan' yang langsung diterimanya itu. Ia tak pernah peduli apakah imajinasinya itu terlalu berlebihan. Dari satu masalah ke masalah pokok lainnya, bukan Alkitab yang dijadikan patokan jawaban, namun suara Tuhan yang ada di dalam pikirannya. Suatu ketika John Wimber kebingungan dengan penyembuhan orang lumpuh oleh Tuhan Yesus, namun ia memecahkan masalahnya dengan sungguh-sungguh bertanya kepada Tuhan, dan menerima jawaban langsung dan otoritatif - sehingga mengabaikan perlunya studi atau penjelasan! Ia merasa Allah memberinya jawaban: 'Orang-orang Kristen dipanggil untuk menyembuhkan orang sakit dengan cara yang sama seperti mereka dipanggil untuk menginjil... seperti juga aku memberikan otoritas untuk mengajarkan Injil tentang pengampunan... aku memberikan otoritas untuk menyembuhkan orang sakit.'

Wimber berkata bahwa Allah memerintahkannya untuk mulai mendengarkan suaraNya. Tidak lama kemudian ia memberitahu - 'Aku mulai mendengar suaraNya sepanjang hari.' Suatu kali John Wimber dihadapkan dan tergerak oleh petunjuk ini, hampir setiap khotbah yang diajarkannya adalah mengenai kesembuhan illahi, dan dalam waktu singkat, ia mengatakan, 'Allah bicara kepadaku tentang panggilan altar untuk mendoakan orang sakit setiap selesai khotbah.' Selama berminggu-minggu tak seorangpun disembuhkan dan ia menjadi sangat sedih, dan memutuskan meninggalkan semua masalah kesembuhan. 'Kemudian Allah dengan jelas bicara kepadaku. Ia berkata, "Ajarkan FirmanKu atau keluar."' Ia mulai mempelajari cara Yesus berbicara ketika Ia menyembuhkan. Ia juga membaca buku-buku seperti Healing (Kesembuhan) tulisan Francis MacNutt. (Pater MacNutt adalah seorang imam Katolik, bukan seorang Kristen injili. Buku-bukunya dibagi-bagikan dalam seminar-seminar John Wimber.)

Setelah empat bulan gagal, ia sangat putus asa, sehingga dalam sebuah pertemuan ia menjatuhkan dirinya ke lantai dan mennyerukan protesnya kepada Allah dengan berkata, 'Engkau menyuruh kami mengajarkan apa yang dikatakan kitab-kitabMu, tetapi engkau tidak mendukung perbuatan kami. Disini kami; kami sedang melakukan yang terbaik yang kami mampu - dan tidak terjadi apa-apa... ini tidak adil!' Namun pada saat itu ia diundang untuk mengunjungi seorang anggota jemaat yang terbaring di ranjang karena demam berat. Ia sangat terperanjat, ketika ia 'berkomat-kamit sebuah doa tanpa iman' orang itu langsung sembuh. Ia meninggalkan rumah tersebut dengan sukacita besar, penuh luapan kegembiraan dan berseru kepada Allah, 'Kami telah dapatkan satu orang!'

Ia menceritakan bahwa dalam perjalanan pulang - 'Aku tersentak perasaan gembira oleh sebuah penampakan yang luar biasa.' Dalam penampakan ini, ia melihat sebuah awan besar yang berubah menjadi sarang lebah yang meneteskan madu dari langit. Di bawahnya orang beramai-ramai mengumpulkan tetesan tersebut. Kemudian Allah berkata, 'Inilah kasih karuniaKu, John...ada kelimpahan bagi semua orang. Jangan lagi memohonKu untuk kesembuhan. Masalahnya bukan pada tujuanKu, John. Itu tergantung yang di bawah itu.' Penampakan ini mengajarkannya agar beriman untuk menantikan dan memperoleh kesembuhan bagi orang, bukan sekedar meminta dan mengharapkannya.

Para penyembuh berpengaruh seperti Paul Yonggi Cho dan John Wimber, seperti juga pemimpin-pemimpin kharismatik lainnya, mengambil gagasannya melalui pengaruh di luar Alkitab. Mereka kemudian hanya kembali ke Alkitab untuk mendapatkan dukungan bagi gagasan mereka - sebuah teknik yang hampir selalu membawa malapetaka, karena kita tahu betapa mudahnya membaca suatu pandangan yang telah dibentuk sebelumnya ke dalam Alkitab.

John Wimber kini mengejar pelayanan kesembuhan berskala dunia dengan menyelenggarakan kebaktian besar-besaran. Biasanya ia didampingi oleh tim inti yang terdiri dari rekan-rekan pengerja, dan mereka bersama-sama menerima 'kata-kata hikmat' dimana mereka 'melihat' sakit-penyakit berbagai orang yang hadir dalam pertemuan, sebelum mendoakan kesembuhan bagi mereka.[1] Gaya Wimber sangat tidak terhormat, meski hal ini kini menjadi hal yang semakin biasa di dalam gelombang baru para penyembuh kharismatik. Ia 'memanggil Roh Kudus turun' dan mempermainkanNya dengan bahasa yang kurang hormat, tidak sopan, kurang khidmat dan tidak takjub. Banyak orang yang ingin disembuhkan itu dibawa masuk ke dalam suasana terhipnotis tidak sadar, yang dianggap berasal dari kuasa Roh.

Salah satu aspek paling serius (dan menghujat) dari para pengajar seperti Wimber adalah mereka siap dan sengaja mengurangi peran Tuhan Yesus Kristus dengan mati-matian mencari penggalan yang berisi dukungan alkitabiah atas apa yang mereka lakukan. Dalam pertemuan-pertemuan kesembuhannya, Wimber berulang kali menyangkal keillahian Kristus yang benar dan esensial, ketika ia menyatakan pelayanan Kristus sebagai pola bagi pekerjaannya sendiri. Dengan cara yang sangat eksplisit ia menyangkal karakter illahi Tuhan, mengurangi kuasa dan kemuliaanNya dan sebenarnya menurunkan Dia ke dalam level manusia biasa. Menurut Wimber, Kristus tidak memiliki kuasa pribadi untuk membaca pikiran atau mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan terjadi.

Alasan mengapa John Wimber (seperti juga dengan para penyembuh kharismatik lainnya) meninggalkan Kristus yang merupakan obyek pengakuan iman historis adalah bahwa ia ingin menjadikan Kristus sebagai contoh, bukan hanya untuk penyembuhan, namun juga untuk tujuan menerima 'kata-kata pengetahuan' - yakni kesan (pengaruh) dan perintah langsung dari Allah. Jelas Kristus yang dikenal dalam tradisi Kekristenan tidak bisa ditegakkan sebagai contoh dalam hal demikian, karena Dia mengetahui segala sesuatu dari segala masa. Ketika Yesus meratapi Yerusalem, Ia mengetahui persis apa yang akan menimpa kota itu pada tahun 70 AD. Ketika Ia berangkat ke sebuah kota, Ia tahu persis apa yang akan terjadi jika Ia tiba disitu. Ia tahu siapa yang akan disembuhkan, dan siapa yang akan percaya kepadaNya. Karena karakter keillahianNya, Kristus tidak memerlukan 'kata-kata pengetahuan', jadi Ia tidak bisa digembar-gemborkan sebagai pola atau contoh untuk hal-hal demikian.

Namun, Wimber mengosongkan sifat-sifat keillahian Tuhan Yesus Kristus - terutama pengetahuanNya atas hal-hal yang akan terjadi (foreknowledge) - sehingga membuatNya sangat tergantung kepada Bapa, baik untuk mendapatkan informasi maupun perintah yang berkenaan dengan pekerjaanNya hari demi hari. Wimber mengatakan bahwa lama sekali ia tidak memahami kenapa Yesus tidak menyembuhkan seorangpun yang menunggu di kolam Bethesda, namun, katanya, Allah tiba-tiba memberikan kunci kepadanya untuk memahami kata-kata tertentu Kristus. Ia menyatakan, 'Ketika suatu hari saya sedang membaca Injil Yohanes, Tuhan berbicara kepada saya melalui teks yang mengatakan, "Aku hanya melakukan apa yang Aku lihat Bapa lakukan." Jika Yesus hanya melakukan apa yang Ia lihat Bapa lakukan, itu berarti Ia tidak pernah mengambil inisiatif. Ia selalu bergerak di bawah pengurapan, dipimpin dan dituntun oleh Bapa. Ia hanya melakukan perintah Bapa ... Ia selalu di bawah kendali Bapa ... Apa saja yang dilakukanNya, Ia melakukannya persis seperti petunjuk dan pimpinan yang Bapa berikan kepadaNya.'[2]

John Wimber terus-menerus menekankan keillahian Yesus yang 'terbatas' ini sambil berusaha keras membuatNya menjadi seorang pribadi yang dapat dijadikan contoh pembenaran di dalam segala hal, termasuk menerima intuisi (gerak hati) dari Allah, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan kesembuhan. Jika Yesus dapat diturunkan tingkatannya menjadi sekedar manusia biasa, maka jelas kita sepenuhnya dapat menggunakan metode-metode rohaniNya, sehingga kita dapat juga melakukan hal-hal yang serupa.

Wimber sering menonjolkan perikop Yesus bertemu dengan Zakheus di dalam Lukas 19, terutama tentang Yesus melihat ke atas pohon ara dan memanggil nama Zakheus.[3] Ia bertanya, 'Bagaimana Ia bisa tahu nama Zakheus? Mungkin kita akan mengatakan - "Ya, Ia itu Yesus! Ia adalah Anak Allah." Tetapi saya ingin anda memperhatikan bahwa orang yang sama yang mengetahui nama Zakheus ini tidak mengetahui sudah berapa lama anak yang kerasukan roh jahat itu berada dalam keadaan tersebut. Pribadi sama yang mengetahui sesuatu itu tidak setiap saat maha tahu. Yesus bekerja dengan sifat keillahian sekaligus kemanusiaanNya dan dari waktu ke waktu pengetahuanNya terbatas, karena Yesus bekerja di dalam Roh, dari Roh dan oleh karunia-karunia Roh. Saya percaya apa yang kita lihat ini [memanggil nama Zakheus] merupakan sebuah karunia Roh. Yesus melihat ke atas dan berkata, "Hmm, siapakah orang itu?" Dan Bapa berkata, "Itu adalah Zakheus. Suruh ia turun!"' Menurut John Wimber, Yesus diharuskan bekerja dengan Roh seperti juga kita, dan Ia menjadi contoh sempurna tentang penerimaan intuisi illahi dan 'kata-kata pengetahuan'. Yesus tidak bisa mengetahui dan melakukan sesuatu tanpa penerangan dan dorongan yang diberikan oleh Bapa kepadanya, melalui Roh.

Masa kini, kata Wimber, kita harus hidup dan berjalan dalam hubungan dengan Tuhan yang identik ini. Sebagai contoh, misalnya ketika kita memasuki sebuah restoran atau pesawat udara, kita harus siap untuk menerima pengetahuan mengenai orang-orang yang sama sekali belum kita kenal. Jika kita berjalan

seperti Yesus, tiba-tiba kita akan mengetahui dosa seseorang, atau penyakit yang lain, dan Tuhan akan menyuruh kita bersaksi kepada yang satu, dan menyembuhkan yang lainnya. Pengajaran dan buku John Wimber penuh dengan anekdot yang menyatakan pengalaman-pengalaman demikian. Jadilah sama seperti Kristus - dorongnya! Dengan menggunakan rahasia rohaniNya yang disebut kata-kata pengetahuan dan pengertian dari Roh Kudus, maka anda akan mengerjakan pekerjaan yang sama seperti yang dikerjakanNya. Jadikanlah Kristus sebagai model dalam hal-hal tersebut. Segala sesuatu yang dapat dilakukanNya, kita juga harus melakukannya. Bagaimanapun juga, Kristus begitu terbatas karena sifat kemanusiaanNya, sehingga Ia tidak jauh berbeda dengan kita. Karena itu jika Ia, dengan pertolongan Roh, menyembuhkan dengan satu kata saja, mengapa kita tidak melakukan hal yang sama?

Dengan menurunkan kuasa illahi yang unik dan kemuliaan Kristus, John Wimber menyeret pekerjaan luar biasa Tuhan kepada level tingkatan kegagalan-tinggi kesembuhan psikologisnya. Jelas ia tidak tahu bahwa Kristus menyelesaikan segala sesuatu dengan lebih baik dibandingkan 'hasil kerja' lemah yang dinyatakan oleh para penyembah masa kini.

Wimber bahkan membenarkan kegagalannya dalam menyembuhkan dengan menegaskan bahwa Yesus juga mempunyai masalah yang sama! Ia melakukan penilaian yang menghujat terhadap penyembuhan Kristus atas seorang buta (Markus 8: 22-25). Wimber berkata bahwa Tuhan mengadakan penyembuhan ini dalam dua tahap, karena Ia gagal pada usaha yang pertama.[4]

Semua ini, tentu saja, adalah sebuah penyangkalan terang-terangan terhadap keunikan inkarnasi Anak Allah. John Wimber yang menafsir perikop tersebut dengan berbagai silat lidah dan ucapan yang menghina, sejak awal tidak memenuhi kriteria orthodoksi Kristen dan benar-benar menempatkan dirinya di luar jalur-utama Kekristenan dan berada di dalam kultus, yang dengan suatu cara dan cara lainnya telah menurunkan keillahian Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus.

Adalah prinsip dasar bagi iman Kristen yang alkitabiah bahwa sifat illahi Kristus menyatu sedemikian rupa di dalam sifat kemanusiaanNya, sehingga baik sifat manusia maupun sifat illahiNya, tidak boleh ada yang diubah, dikurangi, atau dikompromikan dengan cara apapun. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Kristus adalah - gambar Allah yang tidak kelihatan... Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia... sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan... Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan Keallahan (Kol. 1: 15 dan 19; 2: 3 dan 9). Mengingat ayat-ayat yang demikian kuat ini, bagaimana mungkin ada orang yang mempertahankan dan mengajarkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh Kristus itu terbatas, sehingga Ia tergantung kepada pribadi-pribadi Tritunggal lainnya untuk mendapat keterangan dan petunjuk?

Tak terhitung pengajar kharismatik - dan terutama Wimber - yang telah menjadi musuh doktrin iman kita yang terpenting, bahwa inkarnasi Anak Allah, Juruselamat kita, merupakan - cahaya kemuliaan Allah [Bapa]dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan (Ibrani 1: 3). Mereka menyangkal (sebagai akibatnya) bahwa - Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (Yoh. 1: 14). Mereka menolak untuk percaya bahwa Kristus adalah penjelmaan segala pengetahuan dan hikmat Allah, yang tidak memerlukan dorongan dan pengetahuan dari luar diriNya. Mereka menolak kemuliaan dan sifat-sifat illahi Kristus.

Ketika Kristus berkata bahwa Ia tidak berbuat apa-apa dari diriNya sendiri, namun berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaNya (Yoh. 8: 28). Ia menekankan fakta bahwa Ia adalah Allah dan Ia bertindak sebagai salah satu pribadi Tritunggal yang kekal. Ia juga meminta perhatian tentang keharmonisan dan kesatuan kekal yang ada di antara Bapa dan Anak. Ia tidak mengatakan bahwa Ia tidak punya pengetahuan, karena Ia sendiri adalah Firman Allah yang telah menjadi manusia! Ia mengetahui segala sesuatu, dan dengan kuasa yang melekat di dalam diriNya sendiri, kapan saja Ia dapat membaca pikiran orang-orang yang ada di sekitarnya. Murid-murid menyadari hal tersebut ketika mereka berseru - Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu dan tidak perlu orang bertanya kepadaMu (Yoh. 16: 30). Mereka mendapatkan bahwa Ia mengetahui rasa ingin tahu mereka, bahkan sebelum mereka bertanya. Yoh. 6: 64 menegaskan bahwa Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Petrus berbicara tentang kuasa Kristus dan menyatakan bahwa ia dan rasul-rasul lainnya adalah - saksi mata dari kebesaranNya (2 Ptr. 1: 16) - yang secara literal berarti kehebatan, kekuatan besar, atau kuasa yang maha besar.

Kita bertanya - Berapa banyak orang Kristen muda yang telah terjangkit oleh theologi Wimber yang tidak terhormat dan menghujat dengan kesesatan dan pandangan yang merendahkan Kristus itu? Berapa banyak orang percaya sejati yang telah kehilangan konsep mengenai kuasa, kehormatan dan keagungan Kristus? Hanya ada satu Pribadi di dalam sejarah dunia yang memiliki hal-hal yang tercatat mengenai Dia, dan Pribadi itu adalah Kristus:

Ia bisa menyembuhkan orang kusta;

Mengenyangkan ribuan orang sekaligus;

Angin ribut dan gelombang dikendalikanNya;

Dengan satu kata Ia membangkitkan orang mati.

Kesempurnaan doktrin keillahian Kristus yang sangat mendasar dan sangat penting inidilukiskan oleh penulis besar puji-pujian, Josiah Conder:

Thou art the everlasting Word [Engkau adalah Firman yang kekal],

The Father's only Son [Anak tunggal Bapa];

God manifestly seen and heard [Yang dilihat dan didengarkan Allah],

And Heaven's beloved One [Dan Yang kekasih Surgawi]:

In Thee most perfectly expressed [Di dalam diriMu dinyatakan kesempurnaan tertinggi]

The Father's glories shine [kesemarakan kemuliaan Bapa];

Of the full Deity possessed [Kepenuhan milik Illahi],

Eternally divine [Dari Allah yang kekal]:

True image of the Infinite [Gambar sejati dari Yang Maha Kuasa],

Whose essence is concealed [Yang di dalamnya tersembunyi];

Brightness of uncreated light [Kecemerlangan terang yang tak terungkapkan];

The heart of God revealed [ Disitulah kehendak Allah dinyatakan]

Sebagai manusia yang telah ditebus, kita dipanggil untuk setia sampai mati kepada keillahian Kristus yang mulia. Karena itu kita terpaksa harus memperingatkan jemaat-jemaat Tuhan untuk menghindari para pengajar yang tanpa malu menyerang keunikan Juruselamat kita yang tiada duanya. Kami berpendapat bahwa pengajaran John Wimber adalah anti-Kristen karena pelecehannya terhadap Kristus, menghina dan mencampakkan keillahian dan kemuliaanNya agar bisa memperkenalkan Dia sebagai contoh 'manusiawi' untuk teknik kesembuhan yang dapat ditiru pada zaman kita ini.>

[1]Lihat deskripsi kampanye kesembuhan Wimber yang digambarkan dalam Bab 11 - Pandangan Medis Terhadap Kesembuhan Mujizat oleh Prof. Verna Wright.

[2]Kutipan diambil dari rekaman kaset 'resmi' dalam kebaktian kesembuhan "Signs and Wonders" ("Tanda- tanda dan Mujizat"). Kaset 1984/8164, No. 5, dikeluarkan oleh Vineyard Fellowship International, California, Amerika Serikat.

Menjawab Argumentasi Pendukung Kesembuhan

Banyak argumentasi yang dikembangkan kharismatik baru untuk mendukung metode kesembuhan mereka yang dengan mudah meyakinkan orang Kristen muda dan yang tidak waspada, karena semuanya kelihatan alkitabiah. Padahal kenyataannya tak satupun ayat yang dikutip itu mendukung metode kesembuhan mereka, karena perikop-perikop Alkitab itu terus dipaksa keluar dari pengertiannya yang terang dan konteksnya yang jelas. Oleh karena itu kita harus siap-sedia untuk menyingkapkan alasan kharismatik yang dangkal, jika kita ingin menyelamatkan saudara-saudara seiman dari kekacauan dan penderitaan yang tak terkira. Argumentasi pendukung kesembuhan yang ditinjau dalam paragraf berikut digunakan dengan luas oleh kelompok penulis kharismatik, termasuk penulis akhir-akhir ini seperti John Wimber. Agar masalah menjadi jelas, kita mendefinisikan penulis kharismatik sebagai orang yang mendukung pelayanan kesembuhan yang kebanyakan mencakup unsur-unsur berikut:

(1) Para penyembuh biasanya menyatakan memiliki karunia kesembuhan pribadi, dan sangat mungkin akan melakukan penumpangan tangan atau mengucapkan kata-kata perintah untuk menyembuhkan penyakit.

(2) Diyakini (sebagai kaedah umum) bahwa semua orang Kristen memiliki hak untuk mendapatkan kesembuhan, karena ini merupakan kehendak dan tujuan Allah agar umatNya harus sehat.

(3) Kuasa-kuasa gaib terlibat di dalamnya, baik karena si penyembuh menerima suatu 'perkataan' dari Allah mengenai penyakit si penderita tanpa pernah bertemu dengan penderita sebelumnya, maupun karena si penyembuh menerima suatu 'perkataan' dari Allah tentang prognosis sehingga bisa didoakan sesuai kehendak Allah.

(4) Interaksi dengan roh-roh jahat dan dipraktekkannya eksorsisme (pengusiran setan).

(5) Orang-orang sakit 'divisualisasikan' dalam keadaan yang sudah pulih untuk mempengaruhi doa iman.

(6) Roh Kudus dicurahkan atau dipanggil turun ke atas para penderita.

(7) Kerasukan atau ekstatik dipancing untuk membantu kesembuhan.

(8) 'Doa iman' dipandang sebagai doa yang didasarkan pada kepastian mutlak bahwa Allah akan menyembuhkan.

Sebaliknya pandangan injili tradisional adalah bahwa semua kesembuhan illahi masa kini langsung dilakukan oleh Tuhan secara sederhana sebagai jawaban atas doa umatNya. Ia tidak lagi menggunakan orang-orang yang berkarunia khusus, namun berurusan langsung dengan para penderita. Tidak juga ada janji tentang kesembuhan tertentu, karena Allah sepenuhnya bertindak sesuai kedaulatan, hikmat dan kehendakNya yang sempurna, dan kadang-kadang atas kehendakNya ia mengizinkan beban penyakit terhadap umatNya. Bukti tentang hal ini dan maksud tujuan Allah mengizinkan penyakit diuraikan di dalam Bab "Menerapkan Yakobus 5".

Pandangan kesembuhan illahi yang tradisional juga berbeda jauh dengan pandangan kharismatik dan mengutuk praktek-praktek berikut sebagai ketidaktaatan kepada Firman Allah dan sangat berbahaya, yakni: pernyataan yang mengatakan memiliki pengetahuan gaib; interaksi dengan roh-roh jahat dalam bentuk apa saja; kerasukan dan ekstasi; kesembuhan dengan mengkhayal atau memvisualisasikan hasil kesembuhannya.

Berikut adalah argumentasi yang dikembangkan oleh para penyembuh kharismatik untuk menyokong metode mereka disertai dengan tanggapan kami. Pertama akan diuraikan argumentasi umum mereka yang jelas sangat tidak alkitabiah, namun tetap saja mereka menggoyahkan ribuan orang muda Kristen. Setelah itu, kami akan menyebutkan perikop-perikop alkitabiah yang kami gunakan untuk menguji metode kesembuhan kharismatik.

1."Penyakit adalah Perbuatan Setan!"

Banyak orang kharismatik mempertahankan bahwa segala sesuatu yang baik merupakan karya Allah, sementara segala sesuatu yang buruk disebabkan oleh kuasa-kuasa kegelapan. Bagi mereka tak dapat dibayangkan bahwa Allah bertanggungjawab atas penyakit, mereka berpendapat bahwa segala penyakit berasal dari iblis dan roh-roh jahatnya. Dengan alasan ini, mereka menyimpulkan bahwa penyakit tidak mungkin merupakan kehendak Allah bagi umatNya. Dengan mengabaikan theologi Kristen yang mendasar dan sikap yang tak dapat dipahami, penyembuh Colin Urquhart menulis, 'Yesus jelas menganggap penyakit sebagai perbuatan Setan.'

Penulis-penulis demikian tidak memahami doktrin iman Kristen yang paling dasar, karena Alkitab mengajarkan bahwa sejak kejatuhan manusia yang tidak taat kepada Allah, kutukan atau penghukuman dijatuhkan oleh Allah ke atas dunia, yang menghapuskan berkat Allah yang penuh dan mulia, sehingga mendatangkan prinsip maut ke dalam dunia. Sejak saat itu alam - termasuk tubuh manusia - telah berubah sepenuhnya. Segala sesuatu kini akan berubah dan rusak. Kematian dan daya tahan serta pengikisan menggerogoti alam semesta seiring dengan hukuman yang dinyatakan kepada umat manusia - sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu. Kemurahan khusus berupa campur-tangan Allah tidak lagi menjamin kesempurnaan tata-kehidupan, atau pertumbuhan hasil bumi dan buah-buahan tidak dapat dicegah, karena kecenderungan kekacauan dan ketidakteraturan telah menyusup ke dalam semesta alam, sehingga manusia harus berpeluh lelah membersihkan semak duri dan rumput duri dari lahan untuk mencari makanan dan bertahan hidup.

Penderitaan kehamilan, tanah yang terkutuk dan harus bekerja setiap hari semuanya berasal dari kejatuhan manusia dan penghukumannya di dalam taman Eden. Semua yang ada di dunia ini, orang percaya maupun orang yang tidak percaya, bersama-sama hidup di dunia yang telah jatuh, dengan perubahan biologi yang sama, dengan anggota-anggota tubuh yang tidak sempurna, permusuhan yang sama, lingkungan yang dipenuhi kuman penyakit, tubuh sekarat, rapuh dan membusuk. Semua itu merupakan bagian penghakiman yang adil dari Allah atas umat manusia. Selanjutnya mereka dihajar oleh tongkat belas kasihan Allah, karena dengan demikian Allah mengajar umat manusia agar mengetahui kesesatan, kerendahan, hukuman mereka dan memperingatkan semua manusia bahwa mereka adalah orang berdosa yang berada dalam genggaman tangan Allah yang murka.

Bukan setan yang menempatkan kutuk atas dunia ini. Bukan ia yang memperkenalkan kematian. Tuhanlah yang mencabut berkat khusus dari taman Eden yang dibuat seperti surgawi di bumi, dan mengubah seluruh alam dengan sekali ucap (Kej. 3: 14-24). Tak seharusnya setan mendapat penghargaan atas tindakan hukum Allah yang berdaulat! Setan bukan saja tidak bertanggungjawab atas kutuk tersebut, dia sendiri adalah korban, dihukum Allah menjadi penghuni liar dan roh buronan, sampai tiba waktu kepalanya diremukkan pada saat kedatangan benih perempuan yang dijanjikan - yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Pikiran dangkal bahwa roh jahat ada di balik semua penyakit berasal dari ketidakmampuan untuk menyadari bahwa Allah sendiri telah memeteraikan dunia dalam keadaannya yang sekarang, dimana prinsip kematian dan pembusukan merembes seluruh semesta. Setan hanya bisa menyebabkan penyakit jika ia mengalih-alih kepribadian seseorang yang mengundangnya untuk berbuat demikian dengan cara-cara yang kami uraikan di dalam bab Roh Jahat, Roh Jahat Dimana-mana! Namun meskipun Setan tidak bisa menyebabkan penyakit, tetapi dalam kasus orang percaya yang sakit, ia memang mengambil kesempatan dari penyakit-penyakit tersebut dengan membawa mereka ke dalam rangkaian pencobaan, seperti pikiran-pikiran yang suram dan keputusasaan.

Ketika Paulus menderita duri di dalam dagingnya, hal tersebut diberikan kepadanya oleh Allah untuk menyelamatkan dia dari kesombongan karena menerima wahyu-wahyu yang mulia. Hal tersebut bukan direncanakan atau diberikan oleh Setan, meskipun Paulus memberitahukan bahwa hal itu merupakan cara (malaikat atau utusan) yang dipakai Setan untuk menyampaikan pikiran dan pencobaan yang menjatuhkan dan keputusasaan kepadanya. Meskipun demikian, Paulus di dalam doanya tidak berkata bahwa Setan yang menyebabkan kelemahannya, tetapi ia hanya mengambil kesempatan darinya. Duri itu dirancang dan diberikan oleh Allah, yang juga merancang penghiburan dan kasih karunia seiring dengan duri tersebut*. Memandang penyakit sebagai perbuatan Setan berarti mengubah pengajaran Alkitab dengan pemikiran primitif dualisme penyembahan berhala. Namun inilah cara yang paling populer untuk menjelaskan penyakit dalam buku-buku kharismatik yang kini beredar, yang menunjukkan betapa jauhnya para penulis kesembuhan itu meninggalkan warisan alkitabiah.

2."Allah Menjanjikan Kesehatan"

Salah satu justifikasi pelayanan kesembuhan yang populer adalah janji kesehatan yang berulang kali diberikan kepada bangsa Israel kuno di padang gurun, Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun..., sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau (Kel. 15: 26). Dengan yakin mereka menganggap bahwa jika kehendak Allah adalah untuk menyembuhkan umatNya pada masa itu, maka pasti jugalah kehendakNya bahwa orang Kristen akan disembuhkan pada masa kini. Namun tentu tidak demikian halnya! Semua janji kesembuhan yang tercatat di dalam kitab-kitab sebelumnya dibuat secara sangat khusus untuk bangsa Israel sebagai sebuah bangsa, dan disesuaikan dengan syarat selama mereka memelihara segala PerintahNya (moral dan upacara) dan mengusir bangsa Kanaan keluar dari tanah perjanjian. Masih ada janji lain yang juga hanya diterapkan bagi bangsa itu dan berlaku hanya pada masa itu saja.

Ambil contoh misalnya bahwa bangsa Israel akan dituntun ke sebuah negeri khusus yang akan menjadi milik mereka di bumi, dan (jika mereka taat) akan dilindungi dari segala musuh yang ada di bumi. Ini tidak berarti bahwa orang-orang Kristen masa kini akan diberikan sebuah tanah geografis eksklusif dan terlindung dari segala penganiayaan dan tekanan. Israel juga dijanjikan kemakmuran besar sebagai imbalan ketaatan mereka, namun kita tahu bahwa orang-orang percaya Perjanjian Baru sering dipanggil untuk bersabar menghadapi kesulitan besar demi Tuhan.

Kita harus selalu ingat bahwa Allah mempunyai maksud khusus bagi bangsa Israel. Pada zaman Perjanjian Lama Allah mengajar mereka (dan mengajarkan kepada dunia melalui pengalaman mereka) berbagai pelajaran fundamental, seperti misalnya prinsip bahwa dosa harus dihukum dan ketaatan kepada Allah akan mendatangkan berkat. Jika kita memberikan permen kepada anak-anak kita pada saat mereka bersikap baik bukan berarti kita akan sepanjang umur terus memberi mereka permen. Demikian juga, rencana Allah untuk menyembuhkan, membela, dan berdiam di sebuah tanah khusus bagi bangsa Israel kuno, semuanya merupakan bagian dari program pengajaranNya yang diperuntukkan kepada 'jemaat' pada masa masih bayi. Prinsip yang masih berlanjut adalah bahwa Allah akan memulihkan luka rohani kita, membela kita dari musuh rohani kita (Setan) dan menuntun kita menuju ke rumah rohani kita (Surga).

Kita tidak perlu heran bahwa Allah melakukan beberapa hal yang agak khusus bagi bangsa Israel purba, karena Ia membawa mereka melalui pengalaman-pengalaman yang agak berat untuk menggenapi tujuanNya. Ia memanggil mereka, misalnya, untuk bersabar di dalam lingkungan padang gurun yang berat, untuk menaklukkan negeri yang jahat, dan untuk merintis tempat tinggal baru. Di dalam kemurahanNya, dan untuk membuktikan diriNya kepada mereka, Ia menganugerahkan banyak berkat yang unik seperti persediaan roti mujizat tanpa mereka harus bekerja, dan juga persediaan mujizat lainnya. Mereka diberi janji bahwa tak seorangpun di antara mereka yang akan mengalami kemandulan, keguguran atau kematian prematur. Janji-janji ini diberikan kepada bangsa itu secara keseluruhan, meskipun mereka tidak menikmatinya dalam jangka yang panjang karena ketidaksetiaan mereka kepada syarat perjanjian Allah.

Apa yang terjadi dengan pribadi-pribadi saleh ketika tiba saatnya bangsa itu secara keseluruhan kehilangan keuntungan jasmaniah yang dijanjikan? Apakah pribadi-pribadi yang percaya itu masih mendapatkan berkat-berkat tersebut? Jawabannya adalah tidak. Ketika bangsa itu secara keseluruhan mengalami paceklik, serangan musuh, kemelaratan, dan ketidakmampuan mengusir bangsa Kanaan, maka pribadi-pribadi yang saleh umumnya harus ikut menderita pencobaan yang sama. Dengan kata lain, berkat-berkat jasmaniah khusus, termasuk perlindungan lengkap terhadap segala bentuk penyakit, dirancang bagi bangsa itu sebagai sebuah kesatuan, dan tidak bisa dinyatakan sebagai hak pribadi seseorang.

3."Orang Israel Tidak Pernah Sakit"

Memasukkan gagasan bahwa Allah ingin bangsa Perjanjian LamaNya selalu sehat berarti menyatakan bahwa penyakit hanya akan menyerang orang ketika mereka berdosa - contoh yang jelas adalah kegilaan Saul. John Wimber sangat yakin akan hal ini, dan menyatakan: 'Ayub merupakan pengecualian.' Kemudian ia berusaha mengeluarkan Ayub dari kategori itu dengan mengatakan, 'Kebanyakan penderitaannya bukan penyakit.' Ini merupakan usaha sia-sia untuk menghindar dari permasalahan, karena kitab Ayub jelas sekali menghancurkan pemikiran ini, yakni bahwa hanya orang berdosa saja yang menderita sakit, dengan menghabiskan banyak halaman untuk membuktikan bahwa keadaan sehat atau makmur dari seseorang tidak mengindikasikan apapun keadaannya dengan Allah.

Dalam kasus apa saja, Ayub tentu bukan satu-satunya contoh orang saleh yang menderita penyakit. Pernyataan dogmatik bahwa orang benar tidak sakit pada masa itu merupakan ciri-ciri penonjolan yang tak berdasar dan ketakjuban tak berarti yang dibuat oleh para penulis kharismatik seperti John Wimber. Bahayanya adalah bahwa orang percaya yang masih muda dan mudah terkesan bisa percaya dengan pernyataan-pernyataan tersebut. Mereka mungkin tidak mengetahui penyakit Yakub yang mematikan di dalam Kej. 48. Mereka mungkin tidak mengetahui tentang penyakit dan kematian Elisa, atau penyakit Daniel, yang sebenarnya disebabkan karena menerima wahyu yang sangat mempengaruhi keadaan jasmaniah nabi itu.

Bagaimana dengan Daud? Apakah sungguh seperti yang terkesan bahwa segala kelemahannya merupakan campur tangan Allah (sementara beberapa di antaranya jelas demikian)? Bagaimana dengan Mazmur 22, nubuatan Mesianik yang disebabkan penderitaan sangat menyakitkan yang dialami Daud seperti yang dialami Kristus? Disini Daud melukiskan perjuangan hebat menghadapi maut, termasuk keadaan jasmaninya yang kurus dan kepayahan, kemungkinan keadaan pikiran dan tubuh yang lemah karena penganiayaan yang berat.

Bagaimana para penyembuh kharismatik bisa demikian dogmatis mengatakan bahwa penyakit di dalam Perjanjian Lama selalu dikarenakan oleh dosa pribadi? Bagaimana dengan Abia di dalam 1 Raja-raja, anak yang meninggal karena ia merupakan satu-satunya anak yang tidak berdosa? Dan bagaimana dengan anak yang disembuhkan oleh Elia - apakah ia dihukum karena dosa?

Standar penafsiran dan pengetahuan alkitabiah yang ditunjukkan oleh beberapa argumentasi kerapkali sangat miskin, namun para penyaji argumentasi tersebut biasanya lebih mementingkan penampakan, mimpi dan pesan langsung dari Allah daripada sikap mereka terhadap Alkitab. Tujuan kami adalah menghimbau orang-orang percaya yang terkesan dengan argumentasi-argumentasi tersebut agar jangan mudah percaya. Jika mereka memeriksa sendiri kutipan-kutipan Alkitab tersebut, maka mereka akan mendapatkan bahwa betapa lemahnya kualitas argumentasi itu, dan betapa ayat-ayat tersebut dikutip tidak pada tempatnya.

4."Yesus Adalah Contoh Bagi Kita"

Bagi yang belum mempelajari latar belakang pelayanan kesembuhan sang Juruselamat, maka kasus yang dikembangkan oleh para penyembuh kharismatik bisa saja kelihatan sangat berkuasa. Hal itu terjadi dengan wajar dan begitu masuk akal: 'Yesus menyembuhkan orang sakit, dan Ia merupakan contoh dan pola bagi kita.' Kebanyakan penulis kesembuhan memberi alasan bahwa Yesus menghabiskan demikian banyak waktu untuk menyembuhkan jasmaniah manusia, sehingga kita harus menyimpulkan bahwa adalah kewajiban kita untuk melakukan hal yang sama.

Ada yang menyatakan - 'Tujuan utama Allah adalah senantiasa menyembuhkan ... Yesus tidak memerlukan doa panjang lebar kepada BapaNya untuk bertanya apakah Ia ingin menyembuhkan; Ia mengetahui apa yang hendak dilakukan BapaNya' (Urquhart). Penulis lain mengatakan, 'Kesembuhan adalah hal yang Allah kehendaki di dunia dan adalah tanggungjawab kita untuk melihat hal itu terlaksana' (Glennon).

Kebanyakan penulis kharismatik memaparkan sejumlah alasan mengapa Yesus menyembuhkan, tetapi sungguh aneh, semuanya hampir tidak pernah menyebutkan alasan yang terpenting - yaitu alasan yang menyapu bersih seluruh basis kesembuhan kharismatik. Yesus menyembuhkan bukan untuk menjadi contoh bagi kita, tetapi untuk membuktikan sifat keillahian dan kuasaNya; untuk mendemonstrasikan bahwa Ia adalah Juruselamat utusan Allah yang telah lama dinubuatkan. Dalam Yoh. 20: 30-31 kita baca -- Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias...

Yohanes juga mencatat - Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya (Yoh. 2: 11). Dalam Yoh. 5: 36, Tuhan Yesus berkata - segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Alasan dari semua mujizat kesembuhan jelas menyatakan karakter penuh kasih dan belas kasihan dari Kristus, dan yang paling nyata adalah untuk membuktikan Dia sebagai Mesias yang dijanjikan. Dalam mendemonstrasikan kuasa dan kemuliaanNya, ia bukan hanya menyembuhkan penyakit fungsional, tetapi juga penyakit organik yang paling berat. Ia memulihkan penglihatan, memperbaharui orang cacat dan menyembuhkan anggota badan yang tidak berfungsi, serta membangkitkan orang mati (tidak pernah gagal satu kalipun) untuk mengukuhkan kemesiasanNya sepanjang masa - itulah alasan yang diberikan Kitab Suci mengenai mujizat kesembuhan dari Kristus.

Karena itu para penulis kharismatik sama sekali tidak memahami maksud mujizat besar Tuhan dan berpikir bahwa mereka harus melakukan hal yang sama, tetapi argumentasi mereka tetap saja merusak. Jika memang kita dianggap harus mengikuti contoh Yesus untuk mengadakan kesembuhan, lalu mengapa para penyembuh masa kini tidak mencapai hasil seperti Tuhan? Mengapa mereka hanya berhasil 'menyembuhkan' jenis keadaan yang juga dilakukan oleh berbagai hypnotherapist atau penyembuh kultus non-Kristen? Dan mengapa begitu banyak orang yang tadinya mengira telah disembuhkan kemudian berubah pikiran? Jika kesembuhan Tuhan dianggap sebagai pola yang harus kita laksanakan, maka keberhasilan mutlak akan terjadi dalam semua kasus harus menjadi standar, termasuk kasus orang buta, orang tak berdaya (lumpuh) dan bahkan kadang-kadang orang mati.

5.Yesus Menyuruh murid-muridNya Menyembuhkan"

Kebanyakan pendukung kesembuhan kharismatik menarik ayat-ayat yang dianggap sebagai contoh dari Tuhan yang memberi amanat kepada duabelas murid dan kemudian tujuhpuluh murid (yaitu Luk. 9 dan 10). Bukankah murid-murid itu menerima 'contoh' perintah dengan - kuasa dan otoritas untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit? Bukankah ketujuhpuluh murid diperintahkan untuk menyembuhkan orang sakit sambil mereka mengumumkan pesan Tuhan? Semua penyembuh kharismatik bersatu-suara mengatakan bahwa tugas yang diberikan kepada murid-murid tersebut merupakan suatu tugas yang berkesinambungan bagi semua murid dalam sejarah gereja yang kemudian, namun sekali lagi mereka keliru, karena alasan Kristus memberikan kuasa kepada murid-murid itu (yang sifatnya sementara) dengan jelas dinyatakan di dalam kitab Injil tersebut. Dalam kenyataannya, segala sesuatu yang berkaitan dengan kedua misi tersebut adalah sehubungan dengan tugas unik yang 'sekali-selesai.'

Kita mencatat bahwa penugasan yang diberikan kepada keduabelas murid itu adalah bahwa mereka secara eksklusif harus pergi kepada bangsa Yahudi dan bukan kepada bangsa non-Yahudi. Mereka akan menyembuhkan segala penyakit dan juga membangkitkan orang mati. Mereka dilarang menerima uang apapun dan juga tidak boleh membawa bekal, bahkan juga tidak boleh membawa pakaian pengganti, karena mereka sepenuhnya hanya mengandalkan kebaikan orang untuk bertahan hidup. Semua itu tercatat di dalam Matius 10: 5-10. Ketujuhpuluh murid dikirim dalam misi khusus yang serupa, karena mereka tidak boleh melakukan hal yang lebih selain mengunjungi kota-kota yang segera akan dikunjungi secara pribadi oleh Tuhan Yesus, dan misi mereka diberikan dengan persyaratan yang sama seperti yang diterima oleh keduabelas murid. Tujuan kunjungan mereka adalah untuk menyembuhkan orang sakit di dalam nama Kristus dan berkata, Kerajaan Allah sudah dekat, sehingga kunjungan Mesias kepada bangsa Yahudi pada masa itu menjadi gempar.

Sebenarnya Yesus sedang berkata kepada bangsa perjanjian tersebut, 'Dengan tanda-tanda yang sangat berkuasa ini, yang dilakukan di dalam namaKu, engkau akan mengetahui bahwa kerajaan Allah telah datang dan zaman baru telah tiba. Mesias yang dijanjikan kepadamu telah datang!' Misi-misi tersebut sama sekali bukan sebuah pola yang 'normal' bagi pekerjaan murid-murid, seperti yang dapat kita ketahui dari tugas yang sangat terbatas yang ditugaskan kepada mereka. Apakah Tuhan ingin kita membatasi misi kita hanya kepada bangsa Yahudi? Apakah masa kini Ia melarang para misionariNya menerima uang atau memiliki pakaian ganti? Apakah Ia memerintahkan kita sepenuhnya tergantung kepada kebaikan orang-orang sekitarnya? Mengapa para penyembuh kharismatik tidak memegang saja semua unsur dari misi tersebut sebagai standar langkah mereka?

Bukti terakhir bahwa hal tersebut merupakan kegiatan sementara dan khusus diberikan di dalam Luk. 22: 35-36 dimana Tuhan merujuk misi khusus tersebut sebagai sesuatu yang telah berlalu, dan menata ketentuan baru bagi murid-murid di masa depan. Tidak lama kemudian Ia ditolak oleh bangsa Israel, sehingga zaman kemurahan kesembuhan (yang menandakan kedatanganNya) akan berakhir. Kesembuhan di masa depan akan jarang terjadi dan hanya terbatas pada kelompok rasul. Ketika Amanat Agung diberikan di dalam Matius 28: 16-20 (kiasan lain dari amanat ini ada di dalam Luk. 24:45-48 dan Kis. 1: 8) sama sekali tidak menyebutkan bahwa pencurahan mujizat kesembuhan akan menjadi aktivitas berkesinambungan dari para utusan Tuhan. Hanya ada satu perikop yang menyebutkan suatu kesembuhan, dan ini ditujukan secara eksklusif kepada murid-murid, yang di masa depan menjadi para rasul seperti yang akan kami tunjukkan sekarang.

6."Yesus Menjanjikan Tanda-tanda Akan Menyertai"

Pengecualian dari perikop Amanat Agung yang baru saja dirujuk adalah Markus 16: 14-18, yang berisi janji pemberian tanda-tanda sebagai berikut: Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya; mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun

maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.

Mengapa 'versi' Amanat Agung ini berbeda dengan yang lain, mengapa di dalamnya terdapat kesembuhan, eksorsisme dan proteksi dari gigitan ular dan racun? Jawabannya adalah bahwa hal tersebut diberikan kepada murid-murid secara pribadi di dalam kesempatan yang berbeda dengan kesempatan yang kemudian, yakni pemberian Amanat Agung yang lebih 'umum' di Galilea. Ketentuan amanat tersebut sangat berbeda di dalam Matius dan di dalam catatan Markus. Kejadian di dalam Markus terjadi ketika murid-murid sedang duduk makan bersama, sementara kejadian di dalam Matius terjadi di luar di pegunungan terbuka yang sebelumnya telah ditunjukkan oleh Tuhan. Kebanyakan penulis mengira bahwa (amanat) yang belakangan merupakan kejadian yang sama seperti yang dirujuk Paulus di dalam 1 Kor. 15: 6, ketika Kristus yang telah bangkit dilihat oleh 500 orang lebih. Karena kejadian di dalam Markus terjadi lebih dahulu di Yerusalem dan merupakan sebuah pertemuan pribadi untuk kesebelas murid, yang akan menjadi rasul di kemudian hari.

Markus 16: 14 memberikan konteks dan kunci amanat pribadi Kristus kepada kesebelas murid - Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitanNya. Tujuan utama Tuhan adalah mencela kesebelas murid karena ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka. Ini merupakan pokok pernyataanNya kepada mereka, dan hal ini harus dicamkan jika kita membaca perikop tersebut. Ketika Yesus mencela mereka, Ia memberikan mereka amanat dalam bentuk singkat - Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Para pendengar yang percaya akan diselamatkan, orang yang tidak percaya akan terhilang.

Setelah memberikan tugas kepada murid-muridNya, Tuhan kembali masuk ke dalam permasalahan murid-murid, semuanya atau beberapa di antara mereka yang tidak percaya dan degil hatinya. Dalam keluhanNya terhadap mereka, Ia berkata: -- Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya...(Mrk. 16: 17). Kini Ia bukan bicara tentang orang-orang yang percaya kepada pengajaran mereka, tetapi tentang rasul-rasul itu sendiri. Jika mereka mau membaktikan diri mereka kepada amanat itu, percaya kepada Juruselamat mereka, maka - mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh (Mrk. 16: 17-18).

Penafsiran atas perikop ini benar karena ia mempertahankan subyek yang dinyatakan Markus sebagai thema dari ayat-ayat tersebut - yang mencatat bagaimana Yesus menegur ketidakpercayaan murid-murid. Bagaimana Ia melakukannya? Pertama, Ia mencela mereka. Kedua, Ia memberitahukan tugas mereka. Ketiga, Ia menjanjikan bahwa tanda-tanda pembuktian akan menyertai rasul-rasul yang percaya dan taat. Kebenaran penafsiran ini kemudian diteguhkan oleh fakta-fakta yang diketahui. Hanya para rasul (ditambah tiga orang pembantu langsung atau yang ditunjuk) yang benar-benar menyembuhkan orang menurut catatan Kisah Para Rasul, dan mengenai masalah gigitan ular, hanya tercatat Paulus sebagai satu-satunya yang selamat. Bahasa lidah jelas diperluas di luar kelompok rasul, tetapi tanda-tanda lainnya tidak demikian.

Markus 16: 17-18 sungguh merupakan teks yang sangat memalukan bagi para penyembuh kharismatik, karena sementara mereka menyatakan bahwa Kristus menjanjikan tanda-tanda tersebut sepanjang masa, mereka tidak bisa lolos dari gigitan ular dan racun maut. Kalaupun bisa, seharusnya mereka menyadari bahwa mereka telah memaksa teks ini keluar dari konteks yang sebenarnya, yaitu memaksa secara pribadi untuk menjadi rasul masa depan. Versi Amanat Agung yang berlaku bagi semua murid - segala zaman dan segala usia - tidak memerintahkan untuk melakukan tanda-tanda kesembuhan.

7."Kesembuhan Ada Di dalam Penebusan"

Salah satu argumentasi yang dikembangkan oleh para penyembuh kharismatik ialah bahwa penyakit, seperti halnya dengan dosa, telah ditebus di atas Kalvari, oleh karena itu kesembuhan harus menyertai pengampunan di dalam pelayanan gereja. Matius 8: 16-17 mencatat - Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 'Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita'.

Matius merujuk kata-kata yang terkenal itu dari Yes. 53: 4-5 - Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. ... dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kata yang diterjemahkan penyakit di dalam perikop ini memang kata Ibrani untuk penyakit, dan Yesaya memang mengatakan bahwa kita disembuhkan oleh bilur-bilur Kristus. Tidak diragukan bahwa Juruselamat memikul hukuman atas dosa-dosa dan konsekwensi dosa kita di Kalvari, termasuk segala akibat dari kutukan - penyakit, penderitaan, kehilangan dan kematian. Di atas Kalvari Ia membayar harga untuk membebaskan kita dari penyakit rohani kita dan juga penyakit jasmaniah kita, sehingga tak ada keraguan bahwa pemulihan jasmaniah telah dibayar di dalam penebusan.

Tetapi hal itu bukan berarti bahwa pemulihan jasmaniah ini sepenuhnya tersedia kini. Tidak semua berkat yang telah dibayar untuk kita di dalam penebusan itu masih tersedia sekarang. Yang terutama yang harus kita ingat adalah kemerdekaan dari maut - Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Ini mengacu kepada jiwa (roh) dan kepada kehidupan yang akan datang, karena tubuh masa kini akan binasa dan mati dan pemulihannya merupakan kejadian di masa mendatang. Yesus membangkitkan orang mati, namun bukan berarti bahwa kita harus membangkitkan semua orang Kristen yang telah mati, karena kegunaan penebusan ini terletak pada masa yang akan datang.

Demikian juga dengan kesembuhan. Jika Tuhan, dalam menjawab doa, menjamin kita pulih dari sebuah penyakit, kita ingat bahwa Ia membayar hak untuk mengampuni dan memulihkan kita dengan menghapuskan konsekuensi dosa di atas Kalvari. Namun buah utama dari aspek penebusan Tuhan ini terletak di masa yang akan datang, ketika segala penyakit dan pembusukan tubuh, termasuk kematian, akan dihilangkan selamanya, dan kita akan bersama denganNya di surga. Kesembuhan yang kita alami sekarang hanya sekedar sebuah tanda pembebasan yang akan datang.

Ketika Tuhan Yesus Kristus masih di dunia, Ia menyembuhkan penyakit sebagai sebuah tanda dan sebuah demonstrasi bahwa Ia adalah Mesias yang dinubuatkan oleh Yesaya, dan bahwa Ia akan menyelesaikan permasalahan dosa dan akibatnya - penderitaan, penyakit dan maut. Ia memamerkan kuasaNya atas penyakit-penyakit tersebut, namun Ia tidak menjanjikan sebuah dispensasi kesembuhan umum kepada orang-orang yang percaya; Ia menjanjikan dispensasi pertobatan dan remisi dosa. Pelayanan yang dilaksanakan atau dipercayakan kepada kita sebagai utusan Kristus disebut Paulus sebagai - berita pendamaian. Pengampunan merupakan keuntungan besar penebusan yang kita beritakan kepada semua orang; pemulihan secara prinsip merupakan sebuah keuntungan masa yang akan datang, meskipun bukti-bukti kemurahan kini diberikan kepada orang-orang percaya yang memohonnya dengan rendah hati. Mengangkat kesembuhan ke dalam posisi sejajar dengan pengampunan dosa dan menggembar-gemborkan kesehatan yang sempurna sebagai sebuah jaminan keuntungan Salib yang tersedia pada saat sekarang berarti memaksakan makna Yesaya 53, sehingga ia bertentangan dan konflik dengan pernyataan Perjanjian Baru yang jelas bahwa tubuh kita yang fana harus menantikan pembebasan penuh dari kegagalan dan pembusukan mereka.

8."Pertobatan Termasuk Juga Kesembuhan"

Beberapa penulis kesembuhan banyak yang menggunakan teks 'ciptaan baru' Paulus untuk mendukung gagasan kesembuhan mereka - Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor. 5: 17). Perkataan Paulus itu jelas dianggap sebagai bukti bahwa kesehatan jasmaniah menyertai kelahiran baru sebagai suatu keuntungan yang langsung tersedia jika menghampiri Kristus, namun penulis-penulis tersebut tidak mencoba bertanya apa sebenarnya yang dimaksud oleh rasul tersebut. Ketika Paulus merujuk tentang ciptaan baru, apakah yang dimaksudkannya adalah hanya roh, kepribadian dan karakter dari orang yang percaya, atau termasuk juga tubuh jasmani? Jika para penulis kharismatik itu mau melihat sebentar saja ke ayat-ayat di sekitarnya, maka mereka akan segera mendapatkan jawabannya, karena dalam pasal yang sama, Paulus menunjukkan bahwa pertobatan membuat kita tetap tinggal di dalam kemah jasmaniah yang masih menyimpan banyak kerugian yang melekat di dalamnya - Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini (2 Kor. 5: 1-2).

Banyak sekali perikop yang memberitahukan bahwa tubuh kita masih harus menerima penebusan ciptaan barunya. Kebangkitan tubuh akan tiba, dan hanya pada saat itulah kita akan memiliki tubuh yang telah dibebaskan dari segala sakit dan penyakit, permasalahan dan pencobaan. Roma 8: 18-25 merupakan sebuah perikop luar biasa yang kelihatannya sama sekali tidak dipahami oleh para penyembuh kharismatik: Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan... karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan...

Baik kita ini gembala, pengajar maupun anggota jemaat dewasa, kita harus aktif menunjukkan prinsip-prinsip dasar alkitabiah ini kepada orang-orang yang masih muda imannya, sehingga mereka akan menyadari peringatan atas kedangkalan penulis-penulis kharismatik yang menyalahgunakan teks.

9."Jemaat Mula-mula Memiliki Mujizat yang Berkesinambungan"

Penulis-penulis kharismatik membawa kesan bahwa mujizat kesembuhan terjadi terus-menerus sepanjang masa jemaat mula-mula. Kata seorang diantaranya: 'Hampir merupakan cara yang biasa dimana berbagai contoh kesembuhan yang tercatat di dalam kisah tersebut menunjukkan bahwa hal itu dianggap sebagai kejadian sehari-hari' (Glennon). Yang lain mengatakan, 'Jelas sekali, kesembuhan tidak terbatas hanya pada para rasul' (Urquhart). Jika kita mencurigai mulut besar dan ceritera John Wimber mengenai tanda-tanda dan mujizat, maka dengan enteng ia akan menjawab dengan pedas bahwa sinisme kita 'menunjukkan betapa jauhnya Kekristenan di dalam masyarakat Barat telah keluar dari pengalaman yang terjadi setiap hari di dalam masa Perjanjian Baru' [cetak miring dari kami].

Apakah benar demikian? Canon Glennon sangat sakit hati dengan pandangan tradisional yang membatasi kesembuhan hanya pada kelompok rasul, dan berkata bahwa itu adalah pandangan 'yang tidak mempunyai satu justifikasipun di dalam Alkitab'. Namun jika ia membentangkan teksnya untuk membuktikan bahwa semua orang disembuhkan, maka hal yang menakjubkan adalah ia tidak bisa mendapatkan satu tekspun yang memaparkan seorang Kristen 'awam' yang menyembuhkan penyakit seseorang! Demikian juga setiap pendukung kesembuhan yang lain. Setiap contoh kesembuhan (yang dilakukan melalui seseorang) di dalam Kisah Para Rasul dilakukan oleh seorang rasul, atau seorang wakil rasul[1], dan jika kita memegang teguh catatan Alkitab, tiga 'wakil' yang mempunyai suatu kaitan dengan kesembuhan adalah Stefanus, Filipus dan kemungkinan Barnabas, jika Kis. 14: 3 melibatkan dirinya. (Sebentar lagi kami akan memberikan pendapat tentang kemungkinan hipotetis bahwa masih juga ada yang lain.) Di luar kelompok pilihan ini, secara aktual tidak ada lagi aktivitas 'karunia' kesembuhan yang tercatat di dalam Kisah Para Rasul atau Surat-surat lainnya. Memang ketika surat Ibrani ditulis (tahun 64-68 AD.), penulisnya mengkilas balik kepada mujizat kesembuhan yang dilakukan melalui perantaraan manusia sebagai sesuatu yang terjadi pada masa lalu (Ibrani 2: 4).

Gagasan bahwa mujizat kesembuhan dilakukan dimana-mana dan sepanjang masa sepenuhnya adalah suatu khayalan, namun tetap saja semua penulis kharismatik menyatakan bahwa hal itu merupakan suasana jemaat mula-mula. Mereka membombardir pembaca mereka dengan ayat-ayat dan peristiwa, menimbulkan kesan adanya tanda-tanda dan mujizat yang terus menerus seperti yang mereka lakukan, tetapi mereka tidak bisa membantah bahwa semua ayat yang mereka kutip itu secara eksklusif adalah merujuk kepada para rasul dan tidak lebih dari tiga utusan atau asisten rasul. Di dalam masa kekacauan kharismatik ini, kita harus tetap menekankan ayat-ayat yang membuktikan bahwa tanda-tanda dan mujizat adalah khusus milik kelompok rasul, dan tidak diberikan secara umum. Kis. 2: 43 berkata - sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Kis. 5: 12 tercatat - Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak. Ibr. 2: 3-4 memberitahukan tentang -- ... keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarkannya [yaitu para rasul], kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka [bukan orang yang lain] oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai pernyataan kekuasaan dan karena Roh...

Berbeda dengan kesan yang diberikan oleh penulis-penulis kharismatik, mudah sekali untuk membuktikan bahwa mujizat kesembuhan yang diadakan melalui perantaraan manusia terhitung jarang terjadi pada masa Perjanjian Baru. Para pembaca dipersilakan untuk mengembangkan sendiri masalah ini dengan membaca secara teliti kisah di dalam Kisah Para Rasul. Kis. 9 memberikan contoh tentang jarangnya kesembuhan-kesembuhan yang luar biasa tersebut, sehingga menimbulkan ketakjuban. Disitu kita membaca tentang penyembuhan Eneas di Lida, dan Dorkas yang dibangkitkan dari kematian di Yope, keduanya dilakukan melalu perantaraan rasul Petrus. Dalam kedua kasus tersebut, kejadian itu mengejutkan seluruh wilayah sekitarnya dan menarik banyak orang Yahudi untuk percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Mesias yang sejati.

Titik utama yang perlu dicatat adalah bahwa di setiap tempat telah terbangun suatu kumpulan murid, namun tanda-tanda dari para rasul tetap diterima sebagai sesuatu yang benar-benar 'baru'. Tentu saja jika setiap minggu dalam setahun murid-murid di Lida bisa membangkitkan orang yang terbaring tak berdaya di tempat tidur seperti Eneas, maka kesembuhan yang diadakan Petrus akan berlalu tanpa kesan di wilayah itu, dan tidak mungkin dicatat oleh Lukas sebagai suatu hal penting yang cukup spektakuler.

Satu-satunya cara yang bisa menjelaskan kekagetan dan kekaguman yang ditimbulkan oleh peristiwa ini adalah bahwa kejadian itu sangat tidak biasa. Kita tidak meragukan anggota-anggota jemaat yang sakit serius kerapkali menjadi lebih baik (barangkali secara bertahap) sebagai jawaban atas doa yang dipanjatkan, namun penyembuhan spektakuler melalui perantaraan seorang penyembuh berkarunia tidak pernah dikenal di daerah itu - inilah gambaran yang disampaikan oleh Lukas sang tabib itu. Demikian juga, orang yang sudah mati tidak pernah dibangkitkan oleh orang-orang kudus di Yope, karena disana tidak ada anggota dari kelompok rasul. Ini jelas merupakan suatu kejadian yang unik, dan hal ini saja sudah menjelaskan kegemparan besar di kota itu, sehingga orang-orang Yahudi yang ragu menyadari bahwa kuasa Allah menyertai pesan yang disampaikan oleh para rasul. Sekali lagi kita katakan bahwa tidak mungkin orang akan keheranan jika mujizat-mujizat demikian merupakan kejadian sehari-hari di dalam jemaat mula-mula.

Ambil contoh kecelakaan berat yang terjadi ketika Eutikhus jatuh dari jendela di Troas. Kita tidak membaca di dalam Kis. 20 bahwa seluruh penyembuh berkarunia di daerah itu datang cepat-cepat menumpangkan tangan mereka ke atas tubuh anak muda yang tak berdaya itu. Dalam kenyataannya,

kekagetan, ketakutan dan perasaan tidak ada harapan begitu mencekam para jemaat, sehingga perkataan pertama dari Paulus ketika ia mendekap jenazah itu adalah perkataan penghiburan untuk mereka. Dimana semua penyembuh berkarunia yang menjadi sukarelawan yang akan membangkitkan anak lelaki itu? Faktanya adalah tak ada seorangpun, karena satu-satunya orang yang hadir yang sanggup mendekati jenazah itu dengan perkataan kesembuhan yang diharapkan adalah seorang rasul yang sedang berkunjung. Mengapa para penyembuh kharismatik tidak memberikan penjelasan atas potret situasi nyata yang 'memalukan' di dalam jemaat mula-mula itu? Kita tidak boleh membiarkan mereka lolos dengan pernyataan-pernyataan bersilat lidah mengenai sifat tanda-mujizat sebagai hal yang lumrah - yang membingungkan begitu banyak orang percaya yang masih muda - karena skenario mereka telah sedemikian jauh dari catatan Kisah Para Rasul yang sudah jelas.

Karunia kesembuhan diberikan kepada para rasul agar mereka dapat dikenal dan dibuktikan sebagai pengemban wahyu baru yang asli dari Allah. Penyembuh-penyembuh berkarunia yang lain seperti Filipus, Stefanus dan Barnabas adalah orang-orang yang hidup dan melayani 'dalam naungan' para rasul. Ada kemungkinan terdapat beberapa pembantu lain disamping tiga asisten rasul ini yang diberikan karunia kesembuhan (oleh para rasul), namun tidak ada yang secara aktual disebutkan di dalam Alkitab. Oleh karena itu adalah pemutarbalikan catatan yang kasar, jika menyatakan bahwa kesembuhan merupakan kejadian sehari-hari di dalam setiap gereja lokal, dan diadakan oleh semua orang yang percaya! Jelas, jika ada orang lain (diberi kuasa oleh para rasul untuk menyembuhkan), maka tidak akan banyak, karena hal ini akan sangat mengaburkan pembuktian para rasul, yang merupakan alasan utama diberikannya karunia kesembuhan menurut Alkitab.

Fakta bahwa kesembuhan dan mujizat diberikan hanya untuk tujuan pengidentifikasian rasul-rasul sejati dinyatakan oleh Paulus di dalam 2 Kor. 12: 11-12, dimana ia terpaksa menegaskan tugas kerasulannya, sebagian karena kritikan, dan sebagian lagi karena rasul-rasul palsu bergerak di dalam jemaat. Untuk menenteramkan dan membuktikan dirinya sendiri, ia berkata - Karena meskipun aku tidak berarti sedikitpun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu. Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa.

Tanda-tanda yang membuktikan seorang rasul sejati adalah tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa. Jika pelbagai pengkhotbah, diaken, atau anggota jemaat 'biasa' diberikan karunia untuk mengadakan tanda-tanda dan mujizat, maka siapakah yang dapat mengenal siapa yang sungguh-sungguh rasul yang sejati? Bagaimana mereka bisa mengetahui perkataan siapa yang diinspirasikan oleh Allah dan siapa yang tidak? Bagaimana mereka bisa mengetahui siapa yang mengemban wahyu otoritatif dan siapa yang penipu ulung?

Dr. Rex Gardner di dalam bukunya 'A Doctor Investigates Healing Miracles', kelihatannya sangat terganggu dengan kemungkinan bahwa hanya kelompok rasul yang memiliki kuasa untuk melakukan hal-hal tersebut. Ia teringat masa pelayanan misinya di Uganda dimana seorang pelayan biasa di gereja Presbyterian kebetulan menjadi Gubernur Jenderal Inggris. Ketika orang terkenal ini menghadiri pertemuan sidang jemaat, ia datang mengendarai mobil Rolls Royce berbendera tanpa nomor plat, dikawal oleh polisi mengendarai motor. Ia melakukan hal ini karena etika mewajibkan bahwa wakil Ratu setiap saat harus menampilkan statusnya yang tepat. Dr. Gardner mengira inilah hal yang ingin kita lakukan terhadap para rasul - sekedar memberi mereka status yang agung untuk menegakkan klaim mereka sebagai pemimpin. Tetapi permasalahannya adalah bahwa mereka lebih dari sekedar pemimpin, mereka adalah pengemban wahyu, sehingga Roh Allah menunjuk kepada mereka dengan cara yang khusus. Jika Ia tidak bertindak demikian, maka jemaat mula-mula tidak memiliki cara untuk mengetahui Injil, surat-surat yang mana dan dokumen lainnya yang merupakan Kitab Suci yang diinspirasikan, dan mana yang hanya merupakan pelayanan manusia, atau lebih buruk lagi, pengajaran sesat.

Dr. Gardner juga kuatir dengan situasi yang bisa muncul di dalam gereja jika hanya para rasul (dan barangkali orang-orang yang ditunjuk langsung oleh mereka) yang bisa mengadakan mujizat. Ia mengajukan sebuah skenario dimana sebuah gereja di suatu daerah pegunungan yang jauh memiliki seorang penyembuh berkarunia, sementara gereja-gereja lainnya tidak, dan ia melihat orang-orang sakit dari gereja-gereja yang kurang mampu berbondong-bondong dalam konvoi yang teratur di atas pegunungan untuk mengunjungi jemaat yang dikaruniai seorang penyembuh. Keadaan ini dinilainya tak bisa dipercaya, sehingga ia berpaling dari pengajaran 2 Kor. 12: 12 yang jelas. Kebenarannya adalah bahwa visi Dr. Gardner mengenai kekacauan gereja sama sekali bukan muncul karena alasan sederhana bahwa karunia kesembuhan rasul bukan satu-satunya cara Allah menyembuhkan orang-orang percaya yang sakit pada masa itu. Antara tahun 45 dan 50 AD. (paling tidak enam atau tujuh tahun sebelum Paulus mengingatkan orang Korintus bahwa karunia kesembuhan merupakan tanda-tanda dari para rasul) Yakobus menuliskan pengajaran yang jelas (oleh inspirasi Allah) sebagai pendekatan kesembuhan yang normal bagi orang Kristen Perjanjian Baru. Yakobus 5: 14-16 akan dijelaskan kemudian; hal tersebut sudah cukup untuk mengingatkan para pembaca bahwa Yakobus tidak menyebutkan penyembuh-penyembuh berkarunia sebagai 'norma', tetapi mengatakan bahwa orang-orang percaya yang berdoa bisa memperoleh berkat kesembuhan langsung dari Allah sesuai kedaulatan kehendak Allah.

Kami menekankan bahwa hal itu termasuk tidak biasa dan luar biasa karena sebuah kesembuhan diadakan melalui tangan (atau dengan ucapan kata) dari seorang penyembuh berkarunia. Jika hal tersebut benar-benar terjadi, orang sakit itu langsung sembuh dan sering di hadapan umum, dan tidak pernah terjadi penyakit yang kambuh lagi. Ini merupakan sebuah pelayanan-tanda yang dirancang oleh Allah untuk menandakan para rasul dan pembantu-pembantu yang diakui mereka, sehingga berita otentik bisa diakui, dihormati dan dipelihara. (Masih ada lagi alasan lain yang akan disajikan di dalam bab 'Membuktikan Karunia-karunia Telah Berakhir'.)

10."Penginjilan Memerlukan Mujizat Kesembuhan"

John Wimber menggambarkan dengan baik pandangan ekstrimisme baru tersebut ketika ia menyatakan bahwa tanda-tanda dan mujizat merupakan bahan utama untuk mencapai keberhasilan pada masa penginjilan gereja mula-mula. Sebagai contoh, ia berpendapat bahwa Petrus menerima semacam 'kata pengetahuan' tentang kemunafikan Ananias dan Safira, dan ia memaksakan bahwa orang Kristen masa kini harus terus-menerus membuat kagum sahabat-sahabat duniawi mereka dengan pengetahuan supranatural yang serupa ke dalam urusan, penyakit dan dosa pribadi mereka. Wimber menyatakan bahwa suatu kali ia melihat (di dalam mata pikirannya) kata 'perselingkuhan' tertulis menyilang di wajah seorang penumpang yang satu pesawat dengannya. Ketika ia melihat itu, nama seorang wanita muncul di dalam benaknya dan Allah mengungkapkan bahwa Ia akan mengambil nyawa laki-laki tersebut jika ia tidak bertobat. Kemudian ia menyatakan bahwa dengan wahyu demikianlah (yaitu: kata-kata pengetahuan), Allah ingin kita mengagetkan orang sehingga mereka percaya kepada pesan kita, jika kita bisa menyembuhkan, bernubuat dan mengusir setan.

Hanya dunia yang dikejutkan dengan demonstrasi kesembuhan gaib Kristen yang penuh kuasalah yang akan memberikan perhatian kepada berita Injil. Injil itu sendiri terlalu lemah dan tidak mempunyai kuasa (menurut pendapat Wimber) untuk mematahkan kedegilan dan pemberontakan hati manusia. Inilah perkara nyata mengenai mujizat - untuk mendukung kelemahan di dalam Injil itu sendiri yang tidak bisa diharapkan!

Contoh utama John Wimber untuk membuktikan pentingnya kesembuhan dan tanda-tanda lain untuk membuka jalan bagi Injil ditarik dari pengalaman Paulus. Argumentasi ekstrim kharismatik yang umum dikembangkan bahwa Paulus gagal dengan menyedihkan dalam usahanya menginjil di Athena, karena ia menggunakan kata-kata persuasif yang tidak disertai dengan tanda-tanda dan mujizat. Kata Wimber, hasilnya 'amat kurang'. Namun dalam 'persinggahan' berikutnya - di Korintus - Paulus diperkirakan telah mendapat pelajaran berat, namun pelajaran itu sangat signifikan, yaitu bahwa adalah sangat vital untuk menggabungkan pernyataan dengan demonstrasi karunia-karunia supranaturalnya. Pengalaman di Korintus membuktikan keberhasilan yang mengherankan, sehingga Paulus mengendapkan hal tersebut ke dalam semacam 'motto' di dalam 1 Kor. 2: 4, yang mengatakan - Baik

perkataanku maupun pemberitahuanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh.

Tak pelak lagi, 'bukti teks' tentang pentingnya mujizat kesembuhan dan pengetahuan gaib di dalam pekerjaan penginjilan ini merupakan standar khas eksposisi Alkitab menjijikkan yang dipraktekkan oleh John Wimber dan lainnya dari kelompok yang sama. Hanya dengan satu lompatan mereka mencapai kesimpulan bahwa frase Paulus - dengan keyakinan akan kekuatan Roh - merujuk kepada mujizat, dan mereka tidak berusaha untuk memeriksa pernyataan Paulus yang berikutnya untuk melihat apakah ia menjelaskan dirinya sendiri. Jika mereka mau membaca keseluruhan perikop itu (dari ayat 17 pasal sebelumnya), mereka akan mendapatkan bahwa Paulus menyatakan dengan sangat jelas apa yang dimaksudkan dengan keyakinan akan kekuatan itu - Sebab pemberitaan tentang salib... adalah kekuatan Allah (1 Kor. 1: 18). Paulus dengan caranya menekankan bahwa kekuatan itu ada di dalam pemberitaan, yang mengingatkan orang Korintus bahwa pada saat ia memberitakan kepada mereka, ia memusatkan pada pemberitaan tentang Salib di luar segala hal yang lain - Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan (1 Kor. 2: 2).

John Wimber dan yang lainnya bukan hanya tidak memahami konteks teks bukti 1 Korintus mereka pada saat mereka memelintir teks itu untuk disesuaikan dengan teori mereka, namun mereka juga mengabaikan Kis. 18 dimana Lukas memberikan catatan terperinci mengenai bagaimana tindakan Paulus di Korintus. Apakah Paulus memberikan 'kata-kata pengetahuan' yang menyingkapkan kesadaran supranatural mengenai keadaan pribadi orang, penyakit dsb.? Apakah ia mengadakan kesembuhan spektakuler disana? Lukas sama sekali tidak menyinggung hal-hal demikian. Menurut dia, Paulus mengikuti kebijakan yang persis sama seperti di Athena - ia hanya melakukan pemberitaan - kata-kata persuasif - untuk memenangkan jiwa. Pertama, ia berbicara dalam rumah ibadah (synagogue) dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, kemudian ia melakukan pemberitaan kepada bangsa-bangsa lain.

Deskripsi mengenai pelayanan Paulus di Korintus yang diberikan di dalam Kis. 18 berisi sebuah frase yang lebih jelas diterjemahkan di dalam versi modern sebagai berikut: Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman (Kis. 18: 5). Namun Wimber menggambarkan Paulus berusaha membuat heran orang-orang dengan tanda-tanda dan mujizat. Menurut Kis. 18 pemberitaan Paulus kepada bangsa-bangsa non-Yahudi di Korintus berawal di sebuah rumah yang berdampingan dengan rumah ibadah orang Yahudi, Lukas hanya menyebutkan fakta bahwa banyak orang yang mendengarkan perkataan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri untuk dibaptis. Setelah itu, Paulus tetap tinggal di kota itu selama satu tahun enam bulan - mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka. Dalam catatannya, Lukas tidak menyebut tentang mujizat, hal-hal gaib, maupun sesuatu yang seperti itu.

Musuh-musuh Paulus juga tidak mengenal hal-hal tersebut, karena mereka hanya menyuarakan satu komplain kepadanya - Ia ini berusaha meyakinkan orang untuk beribadah kepada Allah dengan jalan yang bertentangan dengan hukum Taurat. Tidak ada satu katapun mengenai hal-hal yang dinyatakan John Wimber - bahwa Paulus secara radikal mengubah gaya penginjilannya menjadi satu cara yang baku dengan tanda-tanda dan mujizat sebagai akibat pengalaman 'kegagalan' di Athena. Namun, inilah sifat penafsiran Alkitab yang dihasilkan jika orang mendasarkan gagasan mereka dari hal yang dianggap 'wahyu langsung' dan kemudian mencoba mencari teks untuk mendukung pikiran yang dihasilkan.

Memang, kita memiliki otoritas yang bagus di tempat lain (2 Kor. 12: 12) bahwa tanda-tanda yang membuktikan seorang itu rasul dilakukan oleh Paulus di Korintus - di dalam tanda-tanda dan mujizat dan kuasa-kuasa - tetapi hal tersebut dengan jelas dinyatakan di antara kelompok orang-orang percaya, bukan di dalam pelayanan umum, karena Lukas tidak menyebut apapun tentang hal-hal tersebut di dalam catatannya mengenai penginjilan Paulus kepada umum, dan Paulus tidak menyinggung hal itu di dalam 1 Korintus dimana ia menekankan bahwa seluruh kekuatan penginjilan

hanya ada di dalam pemberitaan Injil. Ketika Paulus berkata (dalam 1 Kor. 2: 4) bahwa pemberitaannya - tidak disampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh - ia sedang membedakan antara pemberitaan yang bersifat memamerkan hikmat duniawi dan pemberitaan yang menghadirkan firman Allah. Karena ia tidak memberikan pemberitaan yang menggelitik telinga dan yang melambungkan pikiran yang didasarkan pada hikmat duniawi, tetapi ia menjelaskan jalan keselamatan Allah, kuasa Roh menyertai firman yang diberitakan dan hati orang terbuka dan tertarik. Iman orang-orang yang bertobat tidak disandarkan pada suatu filosofi duniawi, namun di dalam pekerjaan Kristus yang penuh kuasa yang menghapuskan hukuman dosa di atas kayu salib Kalvari. Inilah kabar Injil yang memiliki kuasa itu, karena ia merupakan sebuah kabar tentang penyelesaian yang paling berkuasa di dalam sejarah alam semesta - penghancuran ikatan dosa oleh Juruselamat manusia.

Jelas kita dapat melihat betapa dangkal dan salah tempatnya tulisan Wimber mengenai perikop ini! Tanda-tanda dan mujizat senantiasa merupakan bukti otentikasi para rasul pada masa jemaat mula-mula. Hal tersebut bukan dimaksudkan sebagai keistimewaan penginjilan yang akan berlangsung terus, karena kita telah memiliki semua kuasa yang dibutuhkan pada saat Roh Kudus bekerja melalui pemberitaan Firman Tuhan. Penggunaan perikop 1 Korintus sebagai pembenaran atas 'skenario' bahwa tanda dan mujizat akan selalu diadakan oleh semua orang percaya hanyalah salah satu contoh lain tentang bagaimana para pengajar kharismatik membuat generalisasi liar yang didasarkan kepada perlakuan dangkal yang jahat terhadap teks yang kudus.

John Wimber di dalam bukunya Signs and Wonders mengatakan - 'Setelah memikirkannya beberapa tahun, saya belum pernah mendapatkan sebuah kasus penginjilan yang tidak disertai oleh hal-hal supernatural,'[2] maksudnya adalah mujizat kesembuhan, atau suatu penyingkapan informasi dari Allah kepada sang penginjil mengenai nama atau dosa rahasia dari orang-orang yang mendengarkannya. Apa haknya seorang pengkhotbah meneriakkan tuntutan dogmatik demikian, sementara ia sama sekali tidak berusaha sedikitpun untuk menguji hal tersebut dengan Alkitab?3 Satu-satunya tanggapan yang dapat diberikan seseorang terhadap begitu banyak pernyataan John Wimber yang meyakinkan adalah bahwa semua itu merupakan omong kosong yang tidak berdasar. Dalam hal ini John Wimber bukan hanya sekedar sedikit salah, atau bahkan keliru besar, namun ia salah berat dan salah besar sekali, karena ia demikian berlebihan dalam pernyataan yang tegas berkenaan dengan apa yang diajarkan Alkitab.

11."Jemaat Korintus Memiliki Penyembuh-penyembuh Berkarunia"

Beberapa penulis kesembuhan kharismatik meletakkan penekanan yang kuat pada 'pelayanan tubuh' yang dianggap sebagai contoh yang dipraktekkan di dalam jemaat Korintus (menurut penafsiran mereka terhadap 1 Korintus 12). Mereka mengatakan bahwa jemaat Korintus (sehingga dianggap semua jemaat yang lain juga demikian), memiliki jajaran anggota yang penuh dengan karunia Roh,

termasuk karunia kesembuhan , sehingga segala keperluan persekutuan dapat dipenuhi. Karena itu pasal tersebut membuktikan - demikian klaim para pengajar kharismatik - (a) bahwa karunia tidak hanya terbatas kepada para rasul dan orang-orang yang diangkat; dan (b) bahwa banyak orang di dalam setiap gereja bisa mengadakan mujizat kesembuhan.

Namun penafsiran pasal 1 Korintus 12 ini meleset dari maknanya, karena tidak memperhatikan alasan jelas yang dinyatakan Paulus ketika menulis perkataan tersebut. Paulus mengawali perikop itu dengan berkata kepada orang Korintus bahwa ia tidak ingin mereka tidak mengetahui atau berada dalam kegelapan mengenai karunia-karunia Roh. Pertanyaannya adalah, mengapa orang Korintus menjadi bodoh atau tidak mengerti karunia-karunia tersebut? Walau bagaimanapun juga, jika mereka berpengalaman atas semua karunia tersebut, maka mereka pasti tidak asing sama sekali dengan semua itu! Barangkali mereka memerlukan nasehat atau klarifikasi atas alasan dan kelalaian mereka, tetapi jelas mereka tidak menjadi bodoh (bahasa Yunani: agnoeo - menjadi bodoh).

Karena itu sangat jelas, bahwa semua karunia itu tidak disaksikan di dalam jemaat Korintus, sehingga mereka memerlukan penjelasan atas hal tersebut. Paulus memberitahu mereka tentang karunia yang dinyatakan di dalam jemaat secara luas, beberapa di antaranya tidak dimiliki oleh orang Korintus. Korintus tidak memiliki seorang rasul yang menetap disitu, misalnya, sejak keberangkatan Paulus, dan Paulus tetap mengatakan dengan besar hati - Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar ... dst. (1 Kor. 12: 28). Cukup jelas dari ayat ini bahwa Paulus pada dasarnya berbicara mengenai karunia-karunia di dalam jemaat secara luas. Kemudian karena pasal itu berlanjut, maka ia mengubah nasehatnya menjadi pelajaran mengenai keharmonisan dan kerjasama di dalam jemaat lokal.

Barangkali orang Korintus terkejut dengan ceritera luar biasa yang mereka dengar tentang mujizat yang terjadi di dalam jemaat Yerusalem dan di tempat lain. Di Korintus mereka belum pernah menyaksikan seseorang terjatuh mati seperti yang terjadi dengan Ananias dan Safira di Yerusalem, dan mungkin juga mereka belum pernah menyaksikan seseorang bangkit dari mati. Mungkin mereka merasa cemburu atau ketinggalan beberapa tanda-mujizat (meskipun mereka pasti sudah menyaksikan tanda-tanda pada saat Paulus masih bersama dengan mereka). Mungkin mereka merasa rendah diri karena Kebenaran wahyu tidak datang melalui seorang rasul yang tinggal bersama mereka. Alasan atau tujuan Paulus di dalam menulis perikop ini adalah untuk meyakinkan mereka bahwa mereka sama sekali tidak perlu rendah diri, sebaliknya bahwa jumlah para rasul yang terbatas (dengan tanda-tanda mujizat mereka) yang melayani di dalam jemaat secara umum, bermanfaat bagi seluruh tubuh jemaat.

Tanda-mujizat yang diadakan oleh (dikatakan) para rasul di Yerusalem bermanfaat bagi jemaat di Korintus (dan juga semua jemaat yang lain), karena karunia mujizat tersebut membuktikan para rasul adalah utusan sejati dari Allah, sehingga wahyu Allah menjadi pasti dan jelas. Tidak perlu ada jemaat yang merasa terguncang pikiran atau kesulitan apakah rasul-rasul itu benar-benar diinspirasikan, atau apakah pengajaran mereka asli atau palsu, karena utusan-utusan sejati Kitab Suci yang dikuduskan dan kekal itu menerima otentikasi yang tidak mungkin salah. Karena itu semua umat Allah mendapat manfaat kepastian dan keamanan yang amat besar yang dilimpahkan di atas wahyu otentik, sehingga Firman Allah dapat diberitakan melalui otoritas yang sesuai.

Di antara karunia yang disebutkan di dalam 1 Korintus 12 adalah karunia kesembuhan, dan kemungkinan juga adalah bahwa karunia-karunia tersebut tidak terjadi di dalam jemaat Korintus. Dasar pandangan ini adalah, pertama, fakta sederhana bahwa surat-surat Korintus tidak menyebutkan penyembuh-penyembuh lain ada disana. Kedua, Paulus tidak memberikan petunjuk mengenai bagaimana 'para penyembuh' harus melakukan pelayanan mereka - sungguh sebuah penghilangan yang luar biasa karena Paulus mengawali 1 Korintus 12 dengan memberitahukan kepada mereka bahwa ia tidak ingin mereka tidak mengetahui kebenarannya (karunia-karunia Roh). Namun nasehat demikian tidak diperlukan karena mereka tidak memiliki penyembuh di Korintus.

Tetapi bukankah Paulus pada akhir pasal kunci ini mendesak orang-orang Kristen untuk mengejar semua karunia itu? Tidak, ia bukan bermaksud demikian. Dengan menunjuk kepada seluruh jemaat (bukan pribadi-pribadi) ia mendesak mereka untuk berusaha memperoleh karunia-karunia yang paling utama - yaitu karunia-karunia utama yang menyampaikan Firman yang diwahyukan Allah, bukan tanda-tanda dan mujizat yang berlalu dengan cepat. Dengan kata lain, Paulus memberitahu orang Korintus, sebagai sebuah jemaat, menghargai setiap surat dari para rasul atau menguji ucapan nubuatan, dan mengejar bagian-bagian Kebenaran yang diwahyukan tersebut dengan pengharapan besar. Mereka harus menghargai hal tersebut melebihi segala tanda-mujizat, dan mereka harus juga memberi nilai yang tinggi kepada pelayanan pengajaran yang menguraikan dan menjelaskan wahyu firman Tuhan. Tentu saja Paulus tidak mendorong orang perorang untuk berambisi secara pribadi mengadakan mujizat kesembuhan. Sebaliknya, ia mengajar mereka untuk menyadari bahwa Firman jauh lebih penting dibandingkan dengan tanda-tanda.>

*Bukti bahwa duri Paulus itu merupakan suatu penderitaan jasmaniah diberikan sebagai lampiran dalam bab Menerapkan Yakobus 5.

[1]Kasus tunggal mengenai Ananias yang menumpangkan tangan ke atas Saulus (Kis. 9: 17) setelah menerima penampakan dari Tuhan hampir tidak bisa dikatakan sebuah kasus kesembuhan, karena Saulus dibutakan sementara oleh Tuhan, dan Ananias diutus (sebagai salah seorang yang dianiaya Saulus) untuk memeteraikan pengampunan Tuhan dan penerimaan terhadap dirinya.

[2]Kaset Signs and Wonders 1984/8164, No. 2.

3Ayat-ayat berikut merujuk kepada hal penginjilan yang tidak disertai oleh suatu kejadian 'supranatural' apapun seperti mujizat, 'kata pengetahuan', dsb. Dalam Kisah Para Rasul presentasi penginjilan yang tanpa unsur mujizat jumlahnya jauh melebihi kejadian yang disertai sesuatu hal yang supranatural. (Daftar ayat-ayat ini belum sepenuhnya lengkap.)

Kis. 5: 29-32; 7: 2-53; 8: 4 & 26-38; 9: 20-22; 11: 19, 20-21, 22-24 & 25-26; 13: 14-43 & 44-49; 14: 1, 21 & 25; 15: 35; 16: 1-5 & 12-15; 17: 1-4, 10-12, 16-17 & 18-34; 18: 1-6, 7-8, 11 & 19; 19: 8; 22: 1-21; 23: 1-9; 24: 10-21 & 24-27; 26: 1-32; 28: 17-29 & 30-31.

Sementara Tuhan Yesus Kristus mengadakan mujizat kesembuhan secara konstan, penting dicatat bahwa banyak di antara pernyataan 'evangelistik' agungNya tidak muncul dalam konteks langsung dari sebuah mujizat (hal ini sesuai dengan keseluruhan rangkaian perumpamaan Tuhan yang sangat terkenal). Perikop-perikop berikut menggambarkan hal tersebut:

Matius 9: 10-13 & 14-17; 13: 1-53; 16: 21-28;

Lukas 4: 16-27; 7: 36-50; 9: 57-62; 12: 13-34 & 49-59; 13: 1-9 & 22-30; 14: 25-35; 15: 1-32;

Yohanes 5: 17-47; 6: 22-71; 7: 11- 8: 59; 10: 1-21.

1 Silakan Berkomentar:

WALAK mengatakan...

Nama saya Markus Kilungga, tinggal di SEntani Jayapura. Saya sangat suka atas artikel tentang Penyembuhan Okultisme Melahirkan gereja terbesar di dunia pengaruh Paul Yong Gie Cho. Artikenl ini sangat sangat membantu saya.