Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Nabi Palsu Dinyatakan

(Matius 24:23-28)
 23. Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. 
24. Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. 
25. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu. 
26. Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. 
27. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia. 
28. Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun.” 

Sebelum Tuhan kembali ke Sorga, Ia berpesan kepada murid-muridNya yang hadir di depanNya saat itu, dan tentu untuk murid-muridNya yang masih jauh di depan yaitu kita, bahwa akan muncul mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu. Semua murid Tuhan yang bijak harus waspada terhadap mesias palsu dan nabi palsu.

Apakah Arti Kata Mesias?
Saya sendiri tidak tahu apakah maksud Lembaga Alkitab Indonesia, yang kadang memakai kata Mesias dan kadang Kristus ketika menerjemahkan kata Cristo,j (Kristos). Sikap tidak konsisten LAI bisa menyebabkan orang berpikir bahwa tidak ada kristus palsu melainkan hanya ada mesias palsu. Padahal kata yang sama kadang mereka terjemahkan dengan kata mesias dan kadang kristus. Sesungguhnya kata mesias itu dari bahasa Ibrani sedangkan kata kristus itu bahasa Yunani, yang artinya adalah orang yang diurapi. Pengurapan itu sesungguhnya adalah semacam model pelantikan dari Allah, dan itu biasa dilakukan terhadap raja, nabi dan imam. Karena Sang Juruselamat sesungguhnya akan menjabat sebagai raja, imam dan nabi, maka kepadaNya juga dilekatkan sebutan Sang Mesias yang artinya orang yang diurapi. Sang Juruselamat ialah Allah Jehovah sendiri yang menjadi manusia dan akan terlahir dari keturunan Daud.
Oleh sebab itu pada saat Yesus Kristus hadir, siapapun yang berseru kepadaNya, “Kristus, Anak Daud,” dikatakan kepadanya bahwa imannya telah menyelamatkannya. Karena dengan seruan itu membuktikan bahwa yang bersangkutan percaya bahwa Ia adalah Sang Jurusel amat yang dijanjikan, dan bahwa Ia adalah pribadi yang diurapi atau Mesias dalam bahasa Ibrani dan Kristus dalam bahasa Yunani. Khusus bagi orang Yahudi yang memahami makna Kristus dalam PL, seruan itu merupakan pengakuan iman yang menyelamatkan. Bangsa lain yang tidak memahami kitab PL tentu memerlukan penjelasan yang lebih rinci tentang latar belakang akan kebutuhan pengiriman Juruselamat untuk memiliki iman yang menyelamatkan.
Ketika dalam kitab Daniel 9:25-26 menuliskan nubuatan yang sangat jelas tentang akhir zaman, dan tentang kedatangan seorang raja yang akan memulihkan segala sesuatu, maka semua orang beriman zaman itu tahu bahwa sebutan “orang yang diurapi” adalah sebutan khusus kepada Sang Juruselamat, bahkan Allah Jehovah sendiri yang akan datang sebagai keturunan Daud. Seluruh bangsa Israel yang membaca kitab Daniel menantikan amat sangat penggenapan nubuat tersebut. Sejak saat itu tentu tidak ada orang yang berani menyebut dirinya sebagai orang yang diurapi atau Mesias atau Kristus, karena orang tahu bahwa itu adalah sebutan untuk Sang Penyelamat atau Allah Jehovah sendiri. Seharusnya orang Kristen tahu bahwa Mesias, Kristus atau orang yang diurapi itu hanya satu, yaitu Yesus Kristus. Bagaimana boleh ada orang Kristen yang berani menyebut dirinya atau menyebut orang lain sebagai orang yang diurapi?

Mesias Palsu Di mana-mana
Kelompok Saksi Jehovah mengajarkan bahwa tujuh Dewan Pimpinan Pengendali mereka yang di Brooklyn, New York, adalah orang yang diurapi. Berarti mereka adalah mesias-mesias karena arti kata orang yang diurapi ialah mesias. Dan di kalangan sebagian gereja kini gencar dipakai istilah pengurapan, atau ungkapan “orang yang diurapi.” Mereka semua sedang menggenapi nubuatan terkutip di atas bahwa akan datang banyak mesias-mesias palsu. Hal demikian terjadi karena di kelompok kharismatik memang tidak ada orang yang terpelajar dan berpengetahuan cukup tentang theologi.
Pemimpin mereka biasanya berasal dari orang yang berkharisma, misalnya mantan pemimpin agama lain, orang yang pintar bicara, bahkan mantan dukun, oleh sebab itulah mereka disebut kharismatik. Bukan hanya terjadi pemakaian kata “pengurapan” yang sembarangan, bahkan banyak istilah lain juga semba-rangan dipergunakan, misalnya kepenuhan Roh Kudus, baptisan Roh Kudus dll. Tanpa mereka sadari ternyata mereka sedang menggenapi nubuatan tentang kehadiran penyesat-penyesat di akhir zaman.
Padahal istilah pengurapan telah Rasul Paulus jelaskan dalam II Kor.1:21-22 Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita. (II Kor. 1:21-22)
13 Di dalam Dia kamu juga karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu. (Ef 1:13) Ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa pada saat seseorang percaya, maka Roh Kudus memeteraikannya menjadi milik Allah. Dan pada saat itu juga, yaitu pada saat Roh Kudus memeteraikannya, ia diurapi. Jadi, untuk zaman Perjanjian Baru, setiap orang yang percaya, lahir baru, adalah orang yang telah diurapi, karena telah diangkat menjadi imam (I Pet.2:9), bahkan menjadi anak Allah (Yoh.1:12).

Apakah Arti Kata Nabi?
Nabi, adalah orang yang dipilih oleh Allah untuk menyampaikan sesuatu kepada umatNya bahkan manusia. Dalam bahasa Ibrani (Nabi), aybiän” dalam bahasa Inggris prophet bisa diartikan sebagai jurubicara. Seorang nabi menerima pernyataan atau penyingkapan dari Allah (wahyu), dan menyampaikannya kepada publik. Seorang Nabi Allah tidak akan mengatakan apapun atas nama Allah jika Allah tidak menyingkapkan kepadanya sesuatu untuk dikatakan. Persis dengan jabatan jurubicara yang tidak akan menyampaikan apapun jika atasannya tidak menyatakan apapun kepadanya. Pernah ada suatu masa yang panjang, yaitu sekitar 400 tahun, dari Maleakhi sampai Yohanes Pembaptis, Allah tidak mengangkat nabi karena Allah tidak menyampaikan apapun kepada manusia. Masa itu oleh para theolog disebut the silent centuries.
Tentu tidak perlu ada orang bodoh yang menafsirkan bahwa Allah telah mati atau orang zaman itu membatasi Allah. Karena jika Allah tidak menurunkan wahyu tentu sama sekali bukan Allah menjadi bisu. Tritunggal Allah tentu memiliki komunikasi yang intens dan di Sorga juga ada banyak malaikat. Allah hanya tidak menurunkan wahyu atau berbicara kepada manusia, bukan tidak bicara pada pribadi Tritunggal lain atau malaikat.

Zaman Nabi Sudah Berhenti
Mulai dari zaman Yohanes Pembaptis sampai pada Rasul Yohanes di pulau Patmos adalah masa pewahyuan, dimana Allah menurunkan wahyu untuk menuntun manusia masuk ke dalam zaman ibadah hakekat rohaniah Perjanjian Baru. Pada zaman itu, sejak pewahyuan kepada Zakharia tentang kelahiran Yohanes Pembaptis sekitar tahun 1 AD, sampai pewahyuan terakhir kepada Rasul Yohanes di pulau Patmos sekitar tahun 98 AD, adalah masa Allah menurunkan wahyu kepada orang-orang percaya terutama para Rasul dan Nabi. Jadi para Nabi telah menuliskan kitab PL dan para Rasul telah menuliskan kitab PB, dan tulisan mereka sesungguhnya adalah fondasi jemaat dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru (Ef.2:19-20).
Setelah wahyu terakhir dituliskan, yaitu kitab Wahyu, maka selanjutnya Allah tidak menurunkan wahyu lagi. Proses pewahyuan ditutup agar Alkitab menjadi sebuah ukuran yang pasti atau kanon tertutup. Dan dengan demikian maka Alkitab adalah satu-satunya firman Allah.
Tentu bukan berarti Allah mati, atau menjadi bisu, melainkan hanya tidak berbicara atau mengungkapkan se-suatu kepada manusia. Keadaan demikian pernah terjadi pada rentang waktu dari Maleakhi sampai Zakharia, yang kurang lebih 400 tahun sebagaimana saya sebutkan di atas. Allah mau agar setiap manusia yang ingin mengenalNya dan mengetahui kehendakNya, membaca tulisan yang telah diilhamkanNya. Tentu bukan kita yang membatasi Allah melainkan Allah yang membatasi kita dalam mengenal DiriNya dan seluruh kehendak-Nya.Justru dengan bertindak membatasi firmanNya hanya pada Alkitab adalah demi keamanan kita. Allah mau kita hanya mengenalNya dari Alkitab agar kita tidak disesatkan. Sebab jika tidak dibatasi hanya pada Alkitab saja informasi tentang Allah, maka iblis akan mengacaukan kita dengan segala informasi palsu yang dimunculkannya.
Allah ingin kita hanya mengenalNya dari Alkitab, namun iblis ingin kita membuka diri terhadap segala informasi agar ia bisa intervensi. Jika Allah tidak membatasi firman-Nya, tentu akan muncul banyak orang yang berkata bahwa ia mendapat wahyu dan kemudian bernubuat. Siapakah yang bisa pasti bahwa orang tersebut betul-betul mendapat wahyu dari Allah, atau dari iblis atau dia hanya sembarangan ngoceh. Tuhan telah memilih Rasul-rasulNya, dan memberi bukti bahwa mereka berbicara atas namaNya dengan memberikan mereka kuasa melakukan mujizat (II Kor.12:-12). Ayat ini memberi kita kepastian bahwa yang mendapat karunia mela-kukan mujizat hanyalah Rasul saja.

Nabi Palsu Bermunculan

Sudah jelas bahwa Allah tidak turunkan wahyu sesudah pewahyuan sampai kitab Wahyu 22:21. Dan Alkitab adalah satu-satunya firman Allah untuk zaman sekarang. Di luar Alkitab tidak ada firman Allah. Namun kita sering bertemu dengan orang Kristen yang sambil mengaku Alkitab satu-satunya firman Allah sambil percaya nubuatan “pendetanya” adalah firman Allah. Ini fenomena aneh, karena logikanya saling bertentangan. Jika Alkitab satu-satunya firman Allah, maka tidak ada lagi proses pewahyuan sesudah Wahyu 22:21. Dan kalau masih ada nubuatan, maka Alkitab bukan satu-satunya firman Allah, melainkan salah satu.
Dan kalau Alkitab adalah salah satu firman Allah maka doktrin kekristenan bukan kebenaran melainkan salah satu pandangan (opini). Coba renungkan sebaik-baiknya. Janganlah seseorang memakai fenomena untuk menyimpulkan kebenaran, melainkan memakai kan Alkitab untuk menilai segala fenomena. Artinya jika sesuatu terjadi, atau seseorang bernubuat, maka kita harus simpulkan bahwa itu bukan berasal dari Allah karena sesudah kitab Wahyu 22:21 Allah tidak turunkan wahyu lagi. Pada saat pemilihan presiden yang lalu (21 Agustus 2014), banyak nabi palsu bernubuat. Mereka menubuatkan seorang calon akan memenangkan pemilu, bahkan sudah ternyata kalah pun tidak mau terima dan masih mengadakan kebaktian pengucapan syukur untuk kemenangan. Aneh! Kini, ketika buletin ini sedang ditulis, KPU telah menyatakan pemenangnya bahkan Mahkamah Konstitusi pun sudah memutuskan pemenang pemilu presiden RI. Dengan demikian nyatalah di hadapan kita semua nabi palsu itu.
Apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.” (Ul. 18:22).
Berdasarkan ayat di atas, pada zaman PL jika ada orang yang bernubuat namun tidak ditepati, maka masyarakat akan merajamnya karena itu bukti bahwa yang bersangkutan adalah nabi palsu yang mencoba membohongi mereka. Namun saya dengar para nabi palsu di Indonesia tenang-tenang saja sekalipun nubuatan mereka tentang calon presiden pemenang gagal total.
Saya dengar bahwa mereka sama sekali tidak merasa malu, dan masih tetap banyak orang bodoh yang setia mendengarkan khotbah mereka. Lebih parah lagi menurut informasi yang saya dapat bahwa mereka rupanya adalah nabi bayaran. Ada yang memberi informasi bahwa calon presiden tertentu membayar mereka untuk bernubuat agar melalui nubuatan para nabi palsu pemilih Kristen yang beriman secara membabi buta bisa terpengaruh. Tentu saya langsung teringat pada Bileam, si nabi mata duitan, yang dibayar raja Balak untuk mengutuki Israel (Bil.22-24).
Sesungguhnya persoalan bukan pada para nabi palsu tetapi pada orang-orang yang di sekeliling mereka dan yang tertipu oleh mereka. Sudah pasti ada banyak orang yang tulus yang ingin diselamatkan oleh Injil, dan mendambakan kebenaran. Tetapi karena malas berpikir, kebanyakan mereka masuk perangkap para nabi palsu yang sangat hebat. Karena sedemikian hebatnya mereka memanfaatkan nama Yesus untuk mengeruk keuntungan, maka mereka bisa memiliki fasilitas yang hebat. Mereka bisa memiliki gedung yang megah, bahkan sanggup membayar tayangan televisi, sehingga semakin banyak orang yang terjebak.
Karena ada banyak orang yang malas berpikir dan malas membaca Alkitab, keberadaan nabi-nabi palsu akan semakin diterima, sehingga genaplah nubuatan Yesus Kristus bahwa mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul. Dan sesungguhnya mereka telah muncul dan ada di sekitar kita, bahkan melalui berbagai peristiwa, seperti dalam acara pemilihan presiden RI, keberadaan mereka telah dinyatakan. Bahkan Tuhan memakai kata-kata, “Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu” (Mat 24:25), untuk memperingatkan secara sangat keras kepada manusia. Jika pembaca masih menjadi bagian dari yang disesatkan, bahkan menjadi pengikut mesias palsu dan nabi palsu, berarti pembaca adalah orang yang sangat tidak peduli pada peringatan Tuhan.

Sumber: Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 81 Oktober-Desember 2014

0 Silakan Berkomentar: