Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Mengembalakan Jemaat Demi Kebenaran Atau Demi Uang

Jika seseorang menyebut dirinya pelayan Tuhan, menggembalakan jemaat, tetapi tidak memimpin jemaatnya kepada kebenaran, bahkan menghalang-halangi mereka untuk mengakses kebenaran, lalu apakah tujuan dia dalam pekerjaan penggembalaan itu? Bukankah dapat dituduhkan kepadanya bahwa sesungguhnya ia hanya menjadikan anggota jemaatnya semacam sapi perah?

Penulis juga dapatkan banyak “Gembala” yang tidak memimpin jemaat, tidak mengajar jemaat dengan doktrin, tidak mendisiplinkan jemaat yang jatuh ke dalam dosa, melainkan hanya berkhotbah secara devotional bahkan penuh lawak. Hasilnya tidak ada anggota jemaatnya yang dilahirkan kembali, melainkan penuh dengan “penonton acara lawak”. Jika seorang Pengkhotbah di gereja tidak mengkhotbahkan doktrin, melainkan hanya khotbah-khotbah devotional, lalu apa beda khotbahnya dengan yang dikumandangkan oleh Biksu di Vihara dan Ustad di Mesjid ?

Kadang mereka bahkan mengajarkan masalah kehidupan lebih baik daripada para pengkhotbah di gereja. Kalau gereja tidak mengajarkan doktrin yang alkitabiah, melainkan hanya berkhotbah secara devotional tentang kehidupan sehari-hari, maka pengkhotbah di gereja sudah sama dengan orang yang mengajarkan tentang kehidupan di TV.

Mengajarkan Doktrin Alkitab

Gereja harus mengajarkan doktrin Alkitab, karena doktrin Alkitab adalah kebenaran dan Tuhan sendiri adalah kebenaran. Tanpa doktrin Alkitab tentang keselamatan tidak ada seorang pun akan masuk Sorga.

Boleh saja kita mengirim bantuan kepada para korban banjir, korban gempa dan lain sebagainya, tetapi dengan mie instant, beras, pakaian dan lain-lain, tidak bisa membawa seorang pun dari korban bencana tersebut masuk Sorga. Tanpa doktrin tentang keselamatan yang alkitabiah tidak ada seorang pun akan masuk Sorga.

Seorang pemimpin gereja tidak boleh menghindari perdebatan, apakah masuk Sorga itu karena dipilih di dalam kekekalan oleh sebuah dekrit Allah atau melalui percaya kepada Injil. Ada orang yang, mungkin saking bingung, malah ia tidak mau berpikir, lalu berkata bahwa gerejanya tidak menga-arkan doktrin. Hasilnya tentu yang diajarkan bukan Calvinisme dan bukan Arminianisme dan juga bukan Fundamentalisme, melainkan doktrin Kacau Balau, yang dihasilkan oleh otaknya yang sedang kebingungan.

Tidak ada gereja yang menyenangkan hati Tuhan tanpa mempelajari doktrin Ecclesiology dan dengan hati yang penuh cinta kepada Tuhan menerapkan doktrin Ecclesiology alkitabiah pada gerejanya. Tanpa Ecclesiology yang alkitabiah, para pemimpin gereja tidak akan menyadari kalau sesungguhnya kumpulan mereka itu bukan gereja melainkan sekedar kumpulan orang yang melakukan suatu penyembahan. Banyak hal dalam gereja telah menyimpang. Namun tidak mungkin akan mereka sadari jika mereka tidak pernah mendengar pengajaran doktrin Ecclesiology yang alkitabiah. Jemaat biasa lebih tidak menyadari karena mereka dikondisikan untuk tidak kritis melainkan ikut saja.

Jadilah Orang Kristen yang Kritis

Tidak ada satu orang pun yang rela masuk Neraka karena keputusan orang lain. Namun banyak orang tidak mau berpikir sendiri melainkan membiarkan orang lain yang berpikir untuknya dalam masalah iman. Padahal kesalahan keputusan beli mobil tidak sefatal kesalahan keputusan dalam hal iman.

Renungkan, apakah agama yang anda yakini sungguh-sungguh bersumber dari Allah, atau sebaliknya itu adalah kamuflase dari musuh Allah. Dan, renungkan juga apakah pengajaran gereja anda sudah sesuai dengan Alkitab atau telah menyimpang mengikuti filosofi manusia. Jika anda sulit untuk memutuskan, masuk Sorga dipilih atau melalui percaya kepada Kristus,

Bagaimana Cara Mendapatkan Kebenaran ?

Tuhan memberikan kita dua alat, yaitu Alkitab, firmanNya yang bersifat tertulis dan akal-budi, yaitu kemampuan berpikir yang Ia tanamkan di kepala kita. Tanpa Alkitab kita tidak mungkin mengetahui kebenaran karena kita akan sembarangan berpikir seperti para filsuf yang banyak berkhayal. Dan tanpa kemampuan berpikir yang Operational Formal juga tidak bisa sampai mengerti kebenaran. Kalau kita melempar Alkitab ke seekor anjing tentu bukan dibacanya melainkan digonggongnya. Jadi, mutlak diperlukan dua alat untuk mencapai kebenaran, yaitu otak yang mampu berpikir operational formal dan firman Allah yang tertulis, yaitu Alkitab. Dan kedua alat tersebut kini ada pada kita.

Berarti dengan adanya keinginan untuk mengetahui kebenaran, seseorang yang waras sudah bisa mendapatkan kebenaran. Dengan akal-sehat membandingkan satu kesimpulan demi kesimpulan, sangat mungkin seseorang akan sampai pada kebenaran.

Contoh Salah Satu Kesimpulan

Ada gereja yang sama sekali tidak mengijinkan wanita berkhotbah, tetapi ada gereja yang bahkan mengijinkan wanita menggembalakan jemaat. Sementara itu ada gereja yang mengambil jalan tengah, yaitu mengijinkan wanita untuk memimpin jemaat tanpa menahbiskannya.

Seseorang yang ingin mendapatkan kebenaran seharusnya bertanya, sesungguhnya kesimpulan yang manakah yang paling benar? Yang paling benar tentulah yang paling berkenan kepada Tuhan. Dan yang paling benar adalah yang sesuai akal sehat dan yang berdasarkan ayat-ayat Alkitab.

Di PL kita membaca tentang Debora yang menjabat nabiah, demikian juga dengan putri-putri Filipus di PB (Hak.4:4 dan Kis.21:9). Sementara itu kita juga membaca I Tim. 2:11-13, bahwa wanita tidak diijinkan mengajar dan memerintah laki-laki. Dan juga dalam kehidupan suami-istri ditetapkan aturan suami mengasihi istri dan istri tunduk kepada suami (Ef.5:22, 25). Dan kita juga dapatkan bahwa jabatan jemaat Perjanjian Baru antara lain, Rasul, Nabi, Penginjil, Gembala, Guru, dan Diaken (Ef.4:11, Kis.6:1-6). Sedangkan Penilik dan Penatua adalah sebutan lain untuk Gembala (Kis.20:17,28, Tit.1:5-7).

Dari ayat-ayat tersebut di atas tentu harus ditarik kesimpulan yang logis. Kesimpulan yang logis harus berlandaskan satu aturan mutlak yaitu bahwa ayat-ayat Alkitab tidak saling bertentangan, dan pengajaran Rasul untuk jemaat Perjanjian Baru bersifat progresif dan berlaku sampai Yesus Kristus menjemput jemaatNya.

0 Silakan Berkomentar: