“Sebab
itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu
kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu
kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak,
kamupun akan dipotong juga” (Roma 11:22). Frase “kemurahan Allah dan
juga kekerasan-Nya” merangkum dua aspek dari karakter Allah yang
sepertinya, bagi manusia berdosa, saling bertentangan dan membingungkan.
Bagaimanakah Allah bisa baik namun juga keras? Bagaimanakah Dia bisa
baik ketika Dia membiarkan penderitaan eksis di dunia ini? Bagaimanakah
Dia bisa Allah yang kasih namun menjebloskan manusia ke neraka yang
kekal? Pertanyaan-pertanyaan ini telah digumuli manusia selama ribuan
tahun. Jawabannya sederhana sekaligus kompleks; jawabannya terletak pada
karakter Allah. Kita harus berhadapan dengan Allah yang eksis, bukan
ilah yang kita mau ciptakan menurut pemikiran kita, yang adalah berhala.
Kita harus mempercayai pewahyuan yang telah Allah berikan kepada kita,
karena kita tidak memiliki cara lain untuk mengenal karakter Allah. Kita
bisa belajar tentang kuasa dan hikmat Allah dari terang penciptaan,
tetapi kita tidak bisa tahu karakterNya selain dari pewahyuan yang lebih
tinggi, yang telah Allah berikan dalam kasih karunia kepada kita dalam
Kitab Suci. Di sana kita menemukan bahwa Allah yang eksis ini adalah
baik; Dia adalah pengasih dan penyayang di luar batas pemahaman; tetapi
Dia juga adalah kudus dan adil; dia adalah pemberi hukum yang bajik dan
hakim atas pemberontakan. Kedua aspek karakter Allah ini terlihat jelas
pada kayu salib, peristiwa sentral dalam sejarah.
sumber: www.wayoflife.org
0 Silakan Berkomentar:
Posting Komentar