Banyak orang Kristen mempertanyakan pertanyaan apakah masih ada karunia nabi dan rasul dan jawaban yang mereka peroleh biasanya tidak tegas sehingga bukannya memberi kejelasan malahan menambah kebingungan. Akhirnya ketidakjelasan akan hal yang sangat penting ini mempengaruhi konsep kekristenan dan tentu tindak-tanduk kehidupan ibadah mereka.
Kita tahu bahwa Nabi dan Rasul menempati posisi yang sangat penting dalam proses perkembangan wahyu Allah. Melalui merekalah Alkitab ditulis, sehingga kini ada di tangan kita serta menjadi patokan doktrin kekristenan kita.
Tugas utama Nabi dan Rasul itu bukan mengadakan mujizat, melainkan sebagai dasar jemaat (Ef. 2:20). Mereka membangun jemaat melalui firman yang mereka ucapkan maupun tuliskan. Tanda dan mujizat yang mereka pertunjukkan itu sesungguhnya dimaksudkan untuk meneguhkan firman yang mereka ucapkan (Mrk.16: 20).
Mereka adalah penyalur wahyu Allah kepada manusia. Di dalam proses perkembangan wahyu, Allah pernah memakai undian, urim dan tumim, mimpi, penglihatan (visi), malaikat, Kristofani, dan nabi. Khusus untuk Nabi, selain menyampaikan firman secara lisan (bernubuat), sebagian mereka digerakkan untuk menulis (Yer. 36).
Allah pernah memakai sarana-sarana tersebut di atas untuk menyampaikan firmanNya. Tetapi firman atau pendapat Allah yang disampaikan melalui undian, urim- tumim, mimpi, visi, malaikat, bahkan nabi, yang bersifat lisan itu tidak bisa dijadikan dasar doktrin. Semua itu hanya bisa dijadikan petunjuk praktis kehidupan sehari- hari. Tanpa adanya firman tertulis yang lengkap dan sempurna, tidak mungkin ada doktrin yang benar dan sempurna karena mustahil untuk mendirikan doktrin di atas mimpi maupun nubuatan lisan. Itulah sebabnya sementara para nabi bernubuat secara lisan, Allah menggerakkan sebagian mereka untuk menuliskan wahyu yang akan dipakaiNya sebagai standar doktrin bagi jemaatNya sepanjang masa.
Sedangkan para Rasul adalah orang yang dipilih langsung oleh Tuhan. Syarat kerasulan mereka ialah melihat Tuhan (I Kor. 9:1) dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Kis.1:21-22).
Untuk syarat yang satu ini, dibaptis Yohanes, bahkan Paulus tidak memenuhinya. Hal ini sempat menimbulkan keraguan sebagian jemaat terhadap kerasulan Paulus. Tetapi Paulus dengan gigih membela jabatan kerasulannya (I Kor.9:1, II Kor.12:12, Gal.2:8).
Memang Paulus tidak ikut rombongan Yesus sejak pembaptisan Yohanes Pembaptis. Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata bahwa kerasulannya itu bagaikan anak yang lahir sebelum waktunya (I Kor.15:8).
Namun Tuhan Yesus sendiri menampakkan diri kepadanya dan memilihnya (Kis. 9:15-16, 26:16) serta memberinya kuasa yang sama dengan rasul lain.
Perhatikan hal-hal yang tercatat di dalam Kisah Para Rasul. Sekali pun Barnabas lebih dahulu menjadi Kristen, bahkan dialah yang mengajak Paulus, namun Allah memakai Paulus untuk mengadakan mujizat, bukan Barnabas (Kis. 13:9-10, 14:8 dsb.).
Hal ini menunjukkan bahwa Allah memilih Paulus untuk jabatan Rasul bukan Barnabas. Karena persyaratan yang jelas itu maka tidak ada orang yang berani menyebut dirinya Rasul selain dua belas orang yang Tuhan pilih langsung dan Paulus.
Pembaca harus dapat membedakan kata rasul ketika dipakai untuk jabatan dan ketika itu dipakai sebagaimana arti kata itu secara umum. Barnabas pernah disebut rasul namun bukan dalam arti kata jabatan Rasul, melainkan dalam arti kata bahwa ia adalah seorang yang diutus (Kis. 14:1,4,6,18 dll.).
Dengan tegas dapat disimpulkan bahwa Tuhan tidak menambah jabatan Rasul untuk bangsa Israel, karena sebagaimana mereka terdiri dari 12 suku, Tuhan telah menetapkan 12 Rasul bagi mereka. Dan juga tidak akan ada orang yang akan dibaptis Yohanes Pembaptis karena Yohanes telah lama mati. Sedangkan Rasul untuk bangsa non-Yahudi juga telah Tuhan pilih langsung dengan penampakan diri kepadanya bagaikan bayi yang lahir sebelum waktunya. Selain menampakkan diri kepadanya, Tuhan juga melengkapinya dengan kuasa yang setara dengan Rasul-rasul lain (II Kor.12:12, Gal.2:8).
Akhirnya dengan tegas dapat kita katakan bahwa jabatan Rasul telah Tuhan hentikan hanya pada 12 orang Rasul untuk bangsa Israel dan satu Rasul yaitu Paulus untuk bangsa non-Yahudi. Selanjutnya siapapun yang menyebut dirinya Rasul, kita dapat pastikan bahwa itu bukan yang diangkat Tuhan.
Selanjutnya kita melihat bahwa dihentikannya jabatan nabi itu bersamaan dengan dihentikannya proses pewahyuan atau fenomena supranatural (nubuatan, bahasa roh) sebagaimana dinubuatkan Rasul Paulus (I Kor. 13:8-10).
Pada ayat-ayat tersebut Paulus menubuatkan bahwa nubuatan akan berakhir, bahasa roh akan berhenti dan pengetahuan akan lenyap dengan menyebut metode jika yang sempurna tiba maka yang tidak sempurna akan lenyap.
Sebelum menafsirkan kapan penggenapan nubuatan tersebut, harus diselesaikan dulu batu sandungannya, yaitu tentang 'pengetahuan' yang dimaksudkan Paulus. Kata 'pengetahuan' di situ itu bukan pengetahuan 2 + 2 = 4, melainkan karunia pengetahuan seperti yang dimaksud dalam 12:8, yaitu karunia berkata-kata dengan pengetahuan atau hikmat. Sebab kalau suatu hari kelak kita akan kehilangan pengetahuan 2 +2 = 4, maka itu sama artinya bahwa suatu hari nanti kita akan jadi orang bego. Tidak saudara, Paulus tidak memaksudkan bahwa suatu hari kita akan kehilangan akal sehat. Bahkan ketika kita sampai di Surga nanti, pengetahuan kita justru akan disempurnakan, bukan dilenyapkan.
Selanjutnya kita patut merenungkan tentang kapan nubuat, bahasa roh, dan karunia pengetahuan itu akan digantikan dengan sesuatu yang lebih sempurna. Mendapatkan kepastian melalui penafsiran yang tepat akan menolong orang Kristen memiliki konsep yang tepat dan tindakan yang tepat.
Secara umum kita lihat ada dua kemungkinan penggenapan nubuatan Rasul Paulus, yaitu setelah hari pengangkatan (Rapture) atau setelah Wahyu 22:21 ditulis. Selain dua kemungkinan tersebut saya tidak melihat ada kemungkinan lain lagi.
Setelah hari pengangkatan. Sebagian orang percaya bahwa nubuatan, bahasa roh, dan karunia pengetahuan akan berakhir pada saat Tuhan datang. Jadi bagi mereka karunia bernubuat dan berbahasa roh itu masih berlangsung sekarang sehingga mereka berusaha mengejarnya.
Konsekuensi dari penafsiran ini ialah mempercayai bahwa jabatan nabi masih tetap ada karena bernubuat itu adalah karunia utama nabi. Selanjutnya mereka akan tetap mengusahakan bahasa roh sebagai sarana penguat iman (I Kor.14:22), bukan memakai firman tertulis (Alkitab). Dan tanpa mereka sadari bahwa mempercayai penafsiran demikian itu berarti mempercayai bahwa Alkitab bukan satu-satunya firman Allah, melainkan salah satu firman Allah.
Karena masih ada nubuatan dari Allah, maka itu berarti Allah masih menurunkan wahyu, dan kalau wahyu berikut yang dari Allah itu dituliskan maka konsekuensinya tulisan itu akan setara dengan Alkitab. Bisakah anda lihat bahwa mempercayai karunia bernubuat dihentikan pada saat kedatangan Tuhan itu sama dengan mempercayai bahwa Alkitab adalah salah satu firman Allah?
Setelah Wahyu 22:21 dituliskan. Kelompok lain menafsirkan bahwa karunia bernubuat, berbahasa roh, dan berkata-kata dengan pengetahuan itu telah Tuhan hentikan sejak kitab Wahyu 22:21 dituliskan. Setelah wahyu tertulis (written word) sempurna, maka selanjutnya Allah tidak memberi wahyu tambahan lagi. Allah tidak memberikan karunia berbahasa roh karena Allah tidak memakai bahasa roh untuk meneguhkan iman lagi, melainkan dengan firman yang tertulis, yaitu Alkitab.
Alkitab, dari Kejadian 1:1 sampai Wahyu 22:21, adalah satu-satunya firman Allah. Ingat, satu-satunya, artinya di luar Alkitab tidak ada firman Allah baik lisan maupun tertulis. Alkitab adalah sarana yang sempurna sebagaimana yang dimaksudkan Rasul Paulus dalam I Korintus 13:9-10. Seturut dengan dihentikannya proses pewahyuan, maka jabatan Nabi dan Rasul, yaitu jabatan yang berfungsi menyalurkan wahyu, pun dihentikan pula.
Selanjutnya tinggallah 3 jabatan yang bertanggung jawab mengajar kan firman Tuhan yang telah mereka tuliskan, yaitu Gembala, Penginjil dan Guru (Ef. 4:11).
Gembala menggembalakan jemaat, dibantu oleh Penginjil untuk menginjili yang belum percaya dan guru untuk mengajar yang telah percaya. Penatua dan Penilik adalah nama lain dari Gembala (Lihat Kis. 20:17,28, Fil. 1:1, Titus 1:5,7).
Berarti kalau sudah ada jabatan Gembala, jangan lagi ada jabatan Penilik atau Penatua. Pilih saja salah satunya agar tidak terjadi tumpang tindih jabatan yang tidak jelas tugas dan fungsinya.
Memang Allah pernah menubuatkan bahwa Ia akan mencurahkan RohNya ke atas manusia, dan anak-anak laki-laki dan perempuan akan bernubuat (Yoel 2:28).
Namun terhadap nubuatan ini Petrus menyatakan bahwa itu telah digenapi pada hari Pentakosta. Sebagian, yaitu yang matahari menjadi gelap, akan digenapi nanti.
KPR 2:1-4O
Sangat disayangkan dimana sebagian orang Kristen tidak menyadari bahwa Allah telah berusaha membimbing manusia dari firman yang tidak pasti (indefinite), yaitu yang disampaikan melalui undian, urim-tumim, mimpi, visi, malaikat, ucapan lisan Nabi dan Rasul, sampai kita memiliki firman yang pasti (definite), yaitu Alkitab, firman tertulis, namun masih ingin kembali kepada yang tidak pasti. Pada zaman sekarang iblis berusaha habis-habisan mengalihkan perhatian manusia dari firman yang pasti (definite), tertulis, ke firman yang tidak pasti (indefinite), yaitu fenomena supranatural.
Jika pada hari ini kita tidak memiliki firman tertulis yang pasti, melainkan hanya mengandalkan mimpi, visi dan lain sebagainya, maka kekristenan tidak memiliki doktrin yang pasti (definite). Pengajaran (doktrin) yang bagaimanakah yang dapat didasarkan pada mimpi dan nubuatan lisan? Bahkan kita patut bersyukur atas dihentikannya karunia bernubuat, penyampaian wahyu melalui mimpi dan lain sebagainya karena Alkitab telah lengkap. Seandainya Alkitab belum lengkap, artinya masih ada manuver nubuatan dan lain sebagainya, maka doktrin yang diajarkan di gereja itu bukanlah yang final, melainkan yang masih bisa direvisi melalui nubuatan berikut.
Sesungguhnya jika anda mengerti kebenaran dengan baik, anda pasti mengerti mengapa jabatan Nabi dan Rasul sudah tidak ada, dan mengapa karunia bernubuat, karunia berbahasa roh dan karunia berkata-kata dalam pengetahuan sudah ditiadakan. Allah telah meniadakannya karena telah ada firman tertulis yang sempurna di tangan kita, yang darinya dapat didirikan doktrin serta yang menjadi patokan kebenaran jemaat sepanjang masa. Siapapun yang mengatakan bahwa ia adalah rasul atau nabi, atau mendapat karunia bernubuat, atau berbahasa roh, dapat dipastikan bahwa itu bukan dari Tuhan.
Kita tahu bahwa Nabi dan Rasul menempati posisi yang sangat penting dalam proses perkembangan wahyu Allah. Melalui merekalah Alkitab ditulis, sehingga kini ada di tangan kita serta menjadi patokan doktrin kekristenan kita.
Tugas utama Nabi dan Rasul itu bukan mengadakan mujizat, melainkan sebagai dasar jemaat (Ef. 2:20). Mereka membangun jemaat melalui firman yang mereka ucapkan maupun tuliskan. Tanda dan mujizat yang mereka pertunjukkan itu sesungguhnya dimaksudkan untuk meneguhkan firman yang mereka ucapkan (Mrk.16: 20).
Mereka adalah penyalur wahyu Allah kepada manusia. Di dalam proses perkembangan wahyu, Allah pernah memakai undian, urim dan tumim, mimpi, penglihatan (visi), malaikat, Kristofani, dan nabi. Khusus untuk Nabi, selain menyampaikan firman secara lisan (bernubuat), sebagian mereka digerakkan untuk menulis (Yer. 36).
Allah pernah memakai sarana-sarana tersebut di atas untuk menyampaikan firmanNya. Tetapi firman atau pendapat Allah yang disampaikan melalui undian, urim- tumim, mimpi, visi, malaikat, bahkan nabi, yang bersifat lisan itu tidak bisa dijadikan dasar doktrin. Semua itu hanya bisa dijadikan petunjuk praktis kehidupan sehari- hari. Tanpa adanya firman tertulis yang lengkap dan sempurna, tidak mungkin ada doktrin yang benar dan sempurna karena mustahil untuk mendirikan doktrin di atas mimpi maupun nubuatan lisan. Itulah sebabnya sementara para nabi bernubuat secara lisan, Allah menggerakkan sebagian mereka untuk menuliskan wahyu yang akan dipakaiNya sebagai standar doktrin bagi jemaatNya sepanjang masa.
Sedangkan para Rasul adalah orang yang dipilih langsung oleh Tuhan. Syarat kerasulan mereka ialah melihat Tuhan (I Kor. 9:1) dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Kis.1:21-22).
Untuk syarat yang satu ini, dibaptis Yohanes, bahkan Paulus tidak memenuhinya. Hal ini sempat menimbulkan keraguan sebagian jemaat terhadap kerasulan Paulus. Tetapi Paulus dengan gigih membela jabatan kerasulannya (I Kor.9:1, II Kor.12:12, Gal.2:8).
Memang Paulus tidak ikut rombongan Yesus sejak pembaptisan Yohanes Pembaptis. Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata bahwa kerasulannya itu bagaikan anak yang lahir sebelum waktunya (I Kor.15:8).
Namun Tuhan Yesus sendiri menampakkan diri kepadanya dan memilihnya (Kis. 9:15-16, 26:16) serta memberinya kuasa yang sama dengan rasul lain.
Perhatikan hal-hal yang tercatat di dalam Kisah Para Rasul. Sekali pun Barnabas lebih dahulu menjadi Kristen, bahkan dialah yang mengajak Paulus, namun Allah memakai Paulus untuk mengadakan mujizat, bukan Barnabas (Kis. 13:9-10, 14:8 dsb.).
Hal ini menunjukkan bahwa Allah memilih Paulus untuk jabatan Rasul bukan Barnabas. Karena persyaratan yang jelas itu maka tidak ada orang yang berani menyebut dirinya Rasul selain dua belas orang yang Tuhan pilih langsung dan Paulus.
Pembaca harus dapat membedakan kata rasul ketika dipakai untuk jabatan dan ketika itu dipakai sebagaimana arti kata itu secara umum. Barnabas pernah disebut rasul namun bukan dalam arti kata jabatan Rasul, melainkan dalam arti kata bahwa ia adalah seorang yang diutus (Kis. 14:1,4,6,18 dll.).
Dengan tegas dapat disimpulkan bahwa Tuhan tidak menambah jabatan Rasul untuk bangsa Israel, karena sebagaimana mereka terdiri dari 12 suku, Tuhan telah menetapkan 12 Rasul bagi mereka. Dan juga tidak akan ada orang yang akan dibaptis Yohanes Pembaptis karena Yohanes telah lama mati. Sedangkan Rasul untuk bangsa non-Yahudi juga telah Tuhan pilih langsung dengan penampakan diri kepadanya bagaikan bayi yang lahir sebelum waktunya. Selain menampakkan diri kepadanya, Tuhan juga melengkapinya dengan kuasa yang setara dengan Rasul-rasul lain (II Kor.12:12, Gal.2:8).
Akhirnya dengan tegas dapat kita katakan bahwa jabatan Rasul telah Tuhan hentikan hanya pada 12 orang Rasul untuk bangsa Israel dan satu Rasul yaitu Paulus untuk bangsa non-Yahudi. Selanjutnya siapapun yang menyebut dirinya Rasul, kita dapat pastikan bahwa itu bukan yang diangkat Tuhan.
Selanjutnya kita melihat bahwa dihentikannya jabatan nabi itu bersamaan dengan dihentikannya proses pewahyuan atau fenomena supranatural (nubuatan, bahasa roh) sebagaimana dinubuatkan Rasul Paulus (I Kor. 13:8-10).
Pada ayat-ayat tersebut Paulus menubuatkan bahwa nubuatan akan berakhir, bahasa roh akan berhenti dan pengetahuan akan lenyap dengan menyebut metode jika yang sempurna tiba maka yang tidak sempurna akan lenyap.
Sebelum menafsirkan kapan penggenapan nubuatan tersebut, harus diselesaikan dulu batu sandungannya, yaitu tentang 'pengetahuan' yang dimaksudkan Paulus. Kata 'pengetahuan' di situ itu bukan pengetahuan 2 + 2 = 4, melainkan karunia pengetahuan seperti yang dimaksud dalam 12:8, yaitu karunia berkata-kata dengan pengetahuan atau hikmat. Sebab kalau suatu hari kelak kita akan kehilangan pengetahuan 2 +2 = 4, maka itu sama artinya bahwa suatu hari nanti kita akan jadi orang bego. Tidak saudara, Paulus tidak memaksudkan bahwa suatu hari kita akan kehilangan akal sehat. Bahkan ketika kita sampai di Surga nanti, pengetahuan kita justru akan disempurnakan, bukan dilenyapkan.
Selanjutnya kita patut merenungkan tentang kapan nubuat, bahasa roh, dan karunia pengetahuan itu akan digantikan dengan sesuatu yang lebih sempurna. Mendapatkan kepastian melalui penafsiran yang tepat akan menolong orang Kristen memiliki konsep yang tepat dan tindakan yang tepat.
Secara umum kita lihat ada dua kemungkinan penggenapan nubuatan Rasul Paulus, yaitu setelah hari pengangkatan (Rapture) atau setelah Wahyu 22:21 ditulis. Selain dua kemungkinan tersebut saya tidak melihat ada kemungkinan lain lagi.
Setelah hari pengangkatan. Sebagian orang percaya bahwa nubuatan, bahasa roh, dan karunia pengetahuan akan berakhir pada saat Tuhan datang. Jadi bagi mereka karunia bernubuat dan berbahasa roh itu masih berlangsung sekarang sehingga mereka berusaha mengejarnya.
Konsekuensi dari penafsiran ini ialah mempercayai bahwa jabatan nabi masih tetap ada karena bernubuat itu adalah karunia utama nabi. Selanjutnya mereka akan tetap mengusahakan bahasa roh sebagai sarana penguat iman (I Kor.14:22), bukan memakai firman tertulis (Alkitab). Dan tanpa mereka sadari bahwa mempercayai penafsiran demikian itu berarti mempercayai bahwa Alkitab bukan satu-satunya firman Allah, melainkan salah satu firman Allah.
Karena masih ada nubuatan dari Allah, maka itu berarti Allah masih menurunkan wahyu, dan kalau wahyu berikut yang dari Allah itu dituliskan maka konsekuensinya tulisan itu akan setara dengan Alkitab. Bisakah anda lihat bahwa mempercayai karunia bernubuat dihentikan pada saat kedatangan Tuhan itu sama dengan mempercayai bahwa Alkitab adalah salah satu firman Allah?
Setelah Wahyu 22:21 dituliskan. Kelompok lain menafsirkan bahwa karunia bernubuat, berbahasa roh, dan berkata-kata dengan pengetahuan itu telah Tuhan hentikan sejak kitab Wahyu 22:21 dituliskan. Setelah wahyu tertulis (written word) sempurna, maka selanjutnya Allah tidak memberi wahyu tambahan lagi. Allah tidak memberikan karunia berbahasa roh karena Allah tidak memakai bahasa roh untuk meneguhkan iman lagi, melainkan dengan firman yang tertulis, yaitu Alkitab.
Alkitab, dari Kejadian 1:1 sampai Wahyu 22:21, adalah satu-satunya firman Allah. Ingat, satu-satunya, artinya di luar Alkitab tidak ada firman Allah baik lisan maupun tertulis. Alkitab adalah sarana yang sempurna sebagaimana yang dimaksudkan Rasul Paulus dalam I Korintus 13:9-10. Seturut dengan dihentikannya proses pewahyuan, maka jabatan Nabi dan Rasul, yaitu jabatan yang berfungsi menyalurkan wahyu, pun dihentikan pula.
Selanjutnya tinggallah 3 jabatan yang bertanggung jawab mengajar kan firman Tuhan yang telah mereka tuliskan, yaitu Gembala, Penginjil dan Guru (Ef. 4:11).
Gembala menggembalakan jemaat, dibantu oleh Penginjil untuk menginjili yang belum percaya dan guru untuk mengajar yang telah percaya. Penatua dan Penilik adalah nama lain dari Gembala (Lihat Kis. 20:17,28, Fil. 1:1, Titus 1:5,7).
Berarti kalau sudah ada jabatan Gembala, jangan lagi ada jabatan Penilik atau Penatua. Pilih saja salah satunya agar tidak terjadi tumpang tindih jabatan yang tidak jelas tugas dan fungsinya.
Memang Allah pernah menubuatkan bahwa Ia akan mencurahkan RohNya ke atas manusia, dan anak-anak laki-laki dan perempuan akan bernubuat (Yoel 2:28).
Namun terhadap nubuatan ini Petrus menyatakan bahwa itu telah digenapi pada hari Pentakosta. Sebagian, yaitu yang matahari menjadi gelap, akan digenapi nanti.
KPR 2:1-4O
Sangat disayangkan dimana sebagian orang Kristen tidak menyadari bahwa Allah telah berusaha membimbing manusia dari firman yang tidak pasti (indefinite), yaitu yang disampaikan melalui undian, urim-tumim, mimpi, visi, malaikat, ucapan lisan Nabi dan Rasul, sampai kita memiliki firman yang pasti (definite), yaitu Alkitab, firman tertulis, namun masih ingin kembali kepada yang tidak pasti. Pada zaman sekarang iblis berusaha habis-habisan mengalihkan perhatian manusia dari firman yang pasti (definite), tertulis, ke firman yang tidak pasti (indefinite), yaitu fenomena supranatural.
Jika pada hari ini kita tidak memiliki firman tertulis yang pasti, melainkan hanya mengandalkan mimpi, visi dan lain sebagainya, maka kekristenan tidak memiliki doktrin yang pasti (definite). Pengajaran (doktrin) yang bagaimanakah yang dapat didasarkan pada mimpi dan nubuatan lisan? Bahkan kita patut bersyukur atas dihentikannya karunia bernubuat, penyampaian wahyu melalui mimpi dan lain sebagainya karena Alkitab telah lengkap. Seandainya Alkitab belum lengkap, artinya masih ada manuver nubuatan dan lain sebagainya, maka doktrin yang diajarkan di gereja itu bukanlah yang final, melainkan yang masih bisa direvisi melalui nubuatan berikut.
Sesungguhnya jika anda mengerti kebenaran dengan baik, anda pasti mengerti mengapa jabatan Nabi dan Rasul sudah tidak ada, dan mengapa karunia bernubuat, karunia berbahasa roh dan karunia berkata-kata dalam pengetahuan sudah ditiadakan. Allah telah meniadakannya karena telah ada firman tertulis yang sempurna di tangan kita, yang darinya dapat didirikan doktrin serta yang menjadi patokan kebenaran jemaat sepanjang masa. Siapapun yang mengatakan bahwa ia adalah rasul atau nabi, atau mendapat karunia bernubuat, atau berbahasa roh, dapat dipastikan bahwa itu bukan dari Tuhan.
0 Silakan Berkomentar:
Posting Komentar