Tembok pemisah denominasi Kristen ialah pengajaran, setiap denominasi memiliki ciri khas pengajaran yang menjadi identitas khusus. Namun banyak yang tidak menyadari bahwa Setanlah yang menjadi dalang utama dibalik perbedaan pengajaran, Setan memainkan peran dengan memasukkan rupa-rupa pengajaran oleh permainan palsu pengikutnya dalam kelicikan yang menyesatkan (Efesus 4: 14).
Senjata pamungkas untuk melawan dan membongkar kedok pengajaran Setan dalam kekristenan ialah Alkitab. Setan suka mengunakan firman Allah untuk menyesatkan namun tidak seutuhnya, karena pengunaan firman Allah oleh Setan selalu ditambahkan atau kurangi (kisah Hawa disesatkan, kisah Tuhan Yesus dicobai), dan selalu tidak sinkron antara satu ayat dengan ayat lainnya atau tidak sinkron antara satu ajaran dengan ajaran lainnya.
Senjata pamungkas untuk melawan dan membongkar kedok pengajaran Setan dalam kekristenan ialah Alkitab. Setan suka mengunakan firman Allah untuk menyesatkan namun tidak seutuhnya, karena pengunaan firman Allah oleh Setan selalu ditambahkan atau kurangi (kisah Hawa disesatkan, kisah Tuhan Yesus dicobai), dan selalu tidak sinkron antara satu ayat dengan ayat lainnya atau tidak sinkron antara satu ajaran dengan ajaran lainnya.
Tuhan Yesus Kristus berkata kepada para pengikutnya bahwa, “…Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 5: 20 /TB), disini Tuhan menuntut penyembahan dengan cara yang benar, murka Tuhan akan berkuasa atas orang-orang yang menyembahNya dengan sembarangan dan asal-asalan, oleh karena itu marilah kita menyembah Tuhan dengan penyembahan yang benar.
I. Perbedaan Ibadah Simbolik dan Ibadah dalam Roh dan Kebenaran
Ibadah simbolik merupakan sistem tata ibadah yang terpusat pada penyembahan secara lahiriah, segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadah simbolik menyimbolkan kekudusan Tuhan. Disebut ibadah simbolik karena segala sesuatu yang berhubungan dengan penyembahan pada Tuhan bersifat simbol, mulai dari penetapan waktu ibadah, tempat ibadah dan tata cara ibadah menyimbolkan kekudusan Tuhan.
Pada masa ibadah simbolik, hari sabat ditetapkan sebagai harinya Tuhan barangsiapa yang tidak menghormati hari sabat harus dihukum mati karena sama artinya orang tersebut tidak menghormati Tuhan (Keluaran 35: 2-3). Para imam dan setiap orang yang mengikuti ibadah harus tahir secara lahiriah bahkan orang-orang yang memiliki penyakit kulit apapun tidak diperbolehkan untuk mengikuti ibadah, barangsiapa yang melanggar ketetapan Tuhan tersebut harus dilenyapkan karena telah mengotori kekudusan Tuhan (Imamat 22). Tuhan menetapkan juga kepada umatNya untuk menajiskan segala binatang dan makanan yang telah ditetapkan sebagai makanan yang haram (Imamat 11:1-47), barangsiapa yang makan dari daging binatang haram atau menyentuh bangkainya ditetapkan najis karena sama artinya orang tersebut mencemarkan dirinya dengan dosa, sebab setiap binatang yang haram menyimbolkan dosa. Dan Tuhan juga menetapkan kepada umatNya untuk mematuhi aturan-aturan lahiriah (Hukum Taurat) lainnya, karena aturan-aturan lahiriah tersebutlah yang menjadi penjaga kekudusan umatNya.
Jika ibadah simbolik penyembahan terpusat secara lahiria maka ibadah dalam Roh dan kebenaran penyembahan terpusat pada hati. Disebut ibadah dalam Roh dan kebenaran karena pada masa ini Tuhan menuntun hati setiap orang percaya dengan pimpinan Roh kudus dan dengan kebenaranNya (Yohanes 4: 23, Roma 8: 10), penyembahan pada masa ini tidak ditentukan oleh waktu, tempat dan tata cara melainkan ditentukan oleh hati manusia.
Dalam masa ibadah dalam Roh dan kebenaran segala sesuatu yang bersifat lahiriah tidak lagi dipakai menyimbolkan kekudusan Tuhan, bila pada masa Ibadah simbolik Tuhan menetapkan satu hari sebagai hariNya Tuhan, maka pada masa ibadah dalam Roh dan kebenaran semua hari adalah sama dalam pandangan Tuhan (Roma 14; 5-6), hari sabat tidak lagi menjadi hari yang kudus (Kolose 2:16-17). Demikian juga tidak ada makanan yang diharamkan dalam masa ibadah dalam Roh dan kebenaran, semua makanan halal bila diterima dengan doa dan ucapan syukur (1Timotius 4:3-5, Matius 15: 11). Penyembahan ibadah dalam Roh dan kebenaran tidak terikat oleh waktu, tempat dan tata cara, setiap orang yang telah percaya atau telah memiliki Roh Kudus dalam hatinya (Efesus 1: 13) dapat menyembah Tuhan kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun yang penting hatinya sudah sungguh-sungguh mengalami kelahiran kembali (Yohanes 3:3,5), gedung gereja bukanlah bait Allah melainkan tubuh setiap orang percayalah yang merupakan bait Allah (1Korintus 3:16-17). Bila pada masa ibadah simbolik Tuhan menetapkan aturan-aturan lahiriah sebagai penjaga umatNya maka dalam masa ibadah dalam Roh dan kebenaran Tuhan Roh Kudus yang menuntun hati manusia untuk menjauhkan diri dari dosa (Efesus 1:13-14).
Jadi Tuhan menuntut umatNya untuk mengenal dan menjauhi laranganNya pada setiap masa yang ditetapkanNya dengan cara yang berbeda. Apa yang sudah diperbaruhi Tuhan harus diikuti dan dengan tekun dilakukan, barangsiapa tidak mengikuti dan melakukan perintah Tuhan orang tersebut berdosa (1Yohanes 3: 4). Demikian juga hal-hal lama yang sudah tidak ditetapkan Tuhan sebagai cara menyembahNya namun masih dipertahankan dan gunakan sedangkan Tuhan sudah memperbaharuinya maka orang yang melakukan hal demikian berdosa dan tempatnya di dalam Neraka yang paling gelap.
II. Akhir masa Ibadah Simbolik dan Awal masa Ibadah dalam Roh dan Kebenaran
Ibadah simbolik dimulai pada saat manusia jatuh ke dalam dosa, saat Tuhan Allah mengambil kulit binatang untuk dikenakan pada tubuh manusia yang sadar telajang akibat dosa (Kejadian 3: 22-23). Binatang yang dikorbankan (domba) untuk menutupi ketelajangan manusia adalah simbol dari juruselamat yang dijanjikan Allah pada manusia (Kejadian 3:15), sejak saat itulah ibadah simbolik dimulai. Tuhan menetapkan pada manusia yang berdosa, bila ingin selamat harus mempersembahkan domba dengan mengimani bahwa domba tersebut ialah simbol dari juruselamat yang akan datang menanggung dosa-dosanya, itulah sebabnya persembahan Kain dalam bentuk tanaman ditolak Tuhan dan persembahan domba Habel diterima Tuhan (Ibrani 11:4).
Ibadah simbolik yang ditetapkan Tuhan diikuti dengan aturan-aturan lahiriah yang menyimbolkan kekudusan Tuhan dan juruselamat yang akan datang, secara simbolik Tuhan menetapkan ayah sebagai imam yang menjadi wakil Tuhan, yang berkuasa memberkati dan mengutuk diantara umat manusia. Keimamatan ayah secara simbolik diakhiri Tuhan pada saat para ayah yang bertindak sebagai imam tidak mematuhi aturan Tuhan (mengantikan korban persembahan dengan binatang lain seperti babi atau sama sekali tidak melakukan ibadah domba korban). Tuhan memilih Abram seorang ayah yang setia dan tetap memelihara ketetapanNya dan menganti namanya dengan Abraham karena daripadanyalah akan terbentuk sebuah bangsa pilihan Tuhan yang akan memelihara ibadah simbolik lahiria sampai kedatangan yang disimbolkan. Dari bangsa Israel yang dibentuk Tuhan, Tuhan mengangkat orang-orang Lewi dari keluarga Harun sebagai imam, yang memelihara ibadah simbolik lahiria dan yang berkuasa mengutuk dan memberkati umat manusia dengan kuasa Tuhan Allah (Elohim YHWH).
Ibadah simbolik dan tata cara ibadah lahiria berakhir sampai pada zaman tampilnya Yohanes Pembaptis (Lukas 16: 16), sebab pada masa itulah korban penebusan dosa yang sesungguhnya datang, Dia adalah anak domba Allah yang tak bercacat, Yesus Kristus juruselamat manusia (Yohanes 1: 29). Sejak masa Yohanes Pembaptis tampil itulah segala macam tatacara ibadah lahiria diakhiri dan digantikan dengan penyembahan dalam Roh dan kebenaran (Yohanes 4: 20-24).
Keimamatan suku Lewi dari keluarga Harun pun pada masa ibadah dalam Roh dan Kebenaran diganti dengan keimamatan setiap orang percaya (1 Petrus 2:9), bangsa Israel yang menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran umat manusiapun diganti dengan jemaat lokal (1 Timotius 3: 15). Dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tatacara kekudusan ibadah lahiria pun sudah berakhir, digantikan dengan Roh Kudus dan kebenaran. Orang-orang yang masih melakukan dan memelihara ibadah lahiria pada masa ibadah dalam Roh dan Kebenaran adalah orang-orang yang melanggar ketetapan Tuhan atau berdosa, penyembah yang demikian adalah kekejian bagi Tuhan (Matius 15: 8-9, Kolose 2: 16-23).
Dan kita sekarang hidup dalam masa ibadah dalam Roh dan Kebenaran, tidak dibenarkan Tuhan apabila sekarang kita masih bersikukuh memelihara simbol-simbol dan tatacara ibadah lahiria seperti kelompok Advent, dan kelompok-kelompok Kristen yang memelihara tradisi tanpa memperhatikan kebenaran horisontal dan vertikal dalam Alkitab. Oleh karena itu, ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik (1 Tesakonika 5: 21) sebab itu adalah pelayananmu yang logis (logiken latreian/ bahasa Yuhani{kata Ibadah yang sejati lebih tepat diterjemahkan pelayananmu yang logis}) Roma 12:1.
III. Tata Cara Ibadah dalam Roh dan Kebenaran
Dalam masa ibadah dalam Roh dan kebenaran segala sesuatu yang berhubungan dengan penyembahan pada Tuhan tidak diukur secara lahiria. Apabila pada masa ibadah simbolik kekudusan lahiria merupakan syarat mutlak menyembah Tuhan, maka pada masa ibadah dalam Roh dan kebenaran sekarang kekudusan hati merupakan syarat mutlak untuk menyembah Tuhan.
Kekudusan hati diperoleh dengan kelahiran baru (silahkan membaca tulisan saya Engkau Harus Dilahirkan dari Air dan Roh). Hanya orang-orang lahir baru yang diperkenankan menyembah Tuhan, karena hati orang lahir baru telah dikuduskan oleh Yesus Kristus (Ibrani 10: 10), dan orang lahir baru menilai segala sesuatu dengan nilai rohani, bukan dengan kedagingan sebab hidup orang lahir baru dipimpin Roh Kudus dan kebenaran Tuhan (Alkitab).
Orang lahir baru memiliki keinginan yang kuat untuk hidup dalam persekutuan rohani, nilai-nilai rohani yang ada dalam dirinya selalu mendorong untuk berpikir dan bekerja terfokus pada perkara rohani, itulah sebabnya Tuhan membentuk jemaat sebagai tempat berkumpul orang-orang lahir baru untuk membentuk kehidupan dan melakukan pekerjaan rohani dalam masa ibadah dalam Roh dan kebenaran sekarang.
Kekudusan hati diperoleh dengan kelahiran baru (silahkan membaca tulisan saya Engkau Harus Dilahirkan dari Air dan Roh). Hanya orang-orang lahir baru yang diperkenankan menyembah Tuhan, karena hati orang lahir baru telah dikuduskan oleh Yesus Kristus (Ibrani 10: 10), dan orang lahir baru menilai segala sesuatu dengan nilai rohani, bukan dengan kedagingan sebab hidup orang lahir baru dipimpin Roh Kudus dan kebenaran Tuhan (Alkitab).
Orang lahir baru memiliki keinginan yang kuat untuk hidup dalam persekutuan rohani, nilai-nilai rohani yang ada dalam dirinya selalu mendorong untuk berpikir dan bekerja terfokus pada perkara rohani, itulah sebabnya Tuhan membentuk jemaat sebagai tempat berkumpul orang-orang lahir baru untuk membentuk kehidupan dan melakukan pekerjaan rohani dalam masa ibadah dalam Roh dan kebenaran sekarang.
Tidak ada hari yang khusus untuk berjemaat atau datang ke gereja, bahkan jemaat mula-mula melakukan kegiatan berjemaat tiap hari (Kisah Para Rasul 2: 46). Hari minggu dipilih orang Kristen untuk berjemaat saat ini, karena berhubungan dengan tradisi gereja abad mula-mula dan juga karena hari libur (Kisah Para Rasul 20: 7, 1 Korintus 16: 2), bukan karena hari minggu adalah hari yang kudus.
Kegiatan berkumpul orang-orang lahir baru disebut berjemaat bukan beribadah, karena dalam masa ibadah dalam Roh dan kebenaran sekarang, dalam diri setiap orang percaya ada Roh kudus. Tujuan orang beribadah ialah mengundang kehadiran Tuhan datang ke altar kudus, sekarang Tuhan bersemayam dalam hati setiap orang percaya dan tidak perlu lagi membentuk altar kudus untuk mengundang kehadiran Tuhan karena Tuhan sudah hadir dalam hati pada saat kita percaya padaNya. Oleh sebab itulah kita berkumpul setiap hari minggu bukan dengan tujuan beribadah melainkan berjemaat, karena sekarang kapanpun, dimanapun dalam kondisi apapun setiap orang lahir baru harus beribadah, karena persembahan ibadah yang sejati adalah seluruh hidup orang percaya.
Di dalam berjemaat tidak ada lagi upacara liturgi, karena liturgi merupakan tatacara ibadah yang menyelamatkan (Yunani Leiturgia). Upacara liturgi seperti penumpangan tangan oleh imam, pengakuan dosa dan korban bakaran tidak dibenarkan dipraketkan dalam masa ibadah dalam Roh dan kebenaran sekarang. Paulus menasehatkan Timotius untuk tidak sembarangan menumpang tangan kepada orang lain(1 Timotius 5: 22), karena Timotius bukanlah imam untuk orang lain, Timotius menjadi imam untuk diri sendiri dan setiap orang percaya pun demikian menjadi imam atas dirinya sendiri (Ibrani 9: 11-14, 1 Petrus 2; 9), sebab itulah perbuatan melawan Tuhan bila melakukan praktek keimamatan dalam ibadah dalam Roh dan kebenaran sekarang atau melakukan praktek keimamatan dalam gereja, seperti menumpang tangan dan melakukan pemberkatan.
Kelompok besar gereja melakukan praktek yang salah ini, melakukan proses liturgi dalam pertemuan jemaat dengan para pelayannya bertindak sebagai imam, ini merupakan bentuk kesesatan dalam masa ibadah dalam Roh dan kebenaran sekarang, dan praktek-praktek yang demikian sangat menyakitkan hati Tuhan (Kolose 2: 16-23), kekejian bagi yang melakukan dan yang turut mendukung praktek demikian. Bertobatlah dan kembali pada ajaran Tuhan yang sesungguhnya, dengan menjunjung tinggi Alkitab sebagai firman Allah yang absolut, serta mempelajari dan melakukan yang diajarkan ajaran Alkitab sampai kedatangan Tuhan. MARANATHA!
Sumber:Pedang Roh
0 Silakan Berkomentar:
Posting Komentar