Kedaulatan Allah berarti Allah memiliki suatu hak eksklusif untuk menguasai semua ciptaanNya, memiliki kendali penuh atas ciptaanNya yang memiliki yuridiksi hukum. Alkitab mendefinisikan kedaulatan Allah melalui hidup dan karyaNya secara aktif; Ia menciptakan, memelihara dan memerintah segala sesuatu yang dilakukan secara sempurna (Kej. 2: 3, Yesaya 64: 8).
Entitas kedaulatan Allah menjadi suatu masalah bagi mereka yang ingin memahami Allah yang tidak terbatas dengan pemikiran yang terbatas, sebab manusia hanya dapat mengenal Allah sejauh Allah memperkenalkan diri melalui firmanNya; sesuai dengan penjelasan Ulangan 29: 29
Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan anak-anak kita sampai selama-lamanya….
Pernyataan ayat di atas memberikan argument mendukung kesempurnaan yang mustahil dicapai dan menentang berbagai kemungkinan tindakan pertimbangan, perlu diingat bahwa tidak ada pilihan alternatif yang tersedia. Hal-hal yang tersembunyi tentang Allah tidak akan dipahami manusia, manusia hanya memahami Allah melalui hal-hal yang dinyatakan. Menjadi suatu kesesatan ketika dibuat pilihan alternatif bahwa manusia dapat memahami hal-hal yang tersembunyi bagi Allah, sebagaimana Calvnist merangkai konsep theologia, bahwa sebelum dunia diciptakan Allah sudah menetapkan kejatuhan manusia dalam dosa.
Yuridiksi Hukum Kedaulatan Allah
Yuridiksi hukum kedaulatan Allah merupakan hak eksklusif Allah untuk menguasai semua ciptaanNya dalam lingkup kerjaNya berdasarkan peraturan-perarturan yang bukan hanya mengikat ciptaanNya, tapi juga menjadi hakim atas ciptaanNya; sebagaimana pernyataan dalam kitab Kejadian 1: 31;
…Allah melihat segala yang diciptakan-Nya itu, sungguh amat baik….
Ayat di atas menetapkan batas pasti yang memisahkan asumsi tak berdasar dengan kesimpulan tak yang terelakkan, bahwa tidak ada ciptaan Allah yang jahat. Yuridiksi hukum kedaulatan Allah tidak meliputi kejahatan, karena tidak ada yang jahat dari Allah, oleh sebab itulah Allah menjadi hakim atas yang jahat. Akibat tidak memiliki pengertian yang benar mengenai yuridiksi hukum kedaualatan Allah menjadi sesat, seperti konsep theologia Calvinist yang salah mendefinisikan kedaulatan Allah.
Hak Eksklusif Allah Menguasai CiptaanNya
Allah berdaulat atas semua ciptaanNya, semua ciptaanNya di bawah kendaliNya (Mat. 10: 25). Allah yang menciptakan, Dia juga yang mengendalikan ciptaanNya ( I Taw. 29: 11), namun perlu diingat bahwa setiap ciptaanNya, dicipta berdasar maksud dan tujuan Allah. Manusia dicipta menurut gambar dengan rupa Allah dengan tujuan menguasai alam semesta dan memuliakan Allah. Allah menciptakan manusia, juga mengontrol seluruh hidup manusia (Luk. 12: 7), baik kehidupan pribadi maupun perjalanan sejarah umat manusia (Daniel 2, mimpi Nebukadnezar). Allah yang dinyatakan Alkitab adalah Allah yang berdaulat, mengontrol ciptaanNya dari kekekalan sampai pada kekekalan, itulah hak Eksklusif Allah atas ciptaanNya berdasarkan yuridiksi hukum.
Allah menyingkapkan diri melalui Alkitab, bahwa Allah adalah Allah yang tidak berubah, yang sama yang tak berubah dalam kekekalanNya sebagai Allah yang berdaulat. Namun ketidakberubahan Allah dalam Alkitab sangat berbeda dengan pemikiran Socrates dan Plato yang dirumuskan dalam pemikiran Calvinist, “Allah tak pernah berubah, sama terus, dan tak akan dipengaruhi oleh apapun juga di luar diriNya.” Allah adalah Allah yang jauh diseberang sana, yang kesepian, terisolir dan tak punya perasaan (James M. Boice, Foundation of the Christian Faith, Downer Grove, IL: IVP. 1986, p., 141). Allah yang benar tidak berubah dalam pengertian tidak menutup diri dari kenyataan bahwa Ia rela dipengaruhi dan bahkan memberikan reaksi yang sangat aktif atas kepatuhan dan ketidakpatuhan manusia (Yohanes 3: 36).
Perbedaan Kedaulatan Allah dengan Predestinasi dan Takdir
Kedaulatan Allah adalah kontrol Allah atas ciptaanNya atau pengawasan Allah atas ciptaanNya, sedangkan Predestinasi adalah ketetapan Tuhan atas ciptaanNya berdasarkan kemahatahuanNya, Takdir ialah ketentuan Tuhan atas hidup seseorang dan orang tersebut hanya menanti saja ketentuan Tuhan. Calvinist telah memberikan definisi yang salah mengenai predestinasi, sehingga pengertian predestinasi mereka tidak berbeda dengan pengertian takdir. Definisi Calvin mengenai predestinasi;
Panggilan kekal dari keputusan Allah, dimana Allah sendiri yang menetapkan hal-hal yang terjadi atas indifidu dari manusia…penetapan kehidupan kekal untuk beberapa dan kebinasaan untuk yang lain (H Orton Wiley, Christian Theology, Vol. 3 Kansas, Mo; Beacon Hill, 1952, p., 2135).
Sedangkan keseluruhan Alkitab mengenai definisi predestinasi ialah ketetapan Allah atas programNya bukan atas kehidupan pribadi seseorang. Ketetapan Allah atas programNya bersifat positif dan negatif, Yudas Iskariot memilih untuk mengenapi program Allah yang negatif. Inilah perbedaan mendasar antara definisi Predestinasi Alkitab dan Predestinasi Calvinist, serta takdir. Dalam definisi, Predestinasi Calvinist tidak berbeda dengan definisi takdir, yakni manusia tidak memiliki kehendak untuk menentukan pilihan hidup, karena hidupnya sudah ditentukan Tuhan (Ini sangat tidak Alkitabiah). Sedangkan definisi Alkitab mengenai predestinasi, bahwa Allah menentukan programNya berdasarkan ketetapan waktuNya (Gal. 4: 4) manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih mengenapi program Allah yang negatif atau positif.
Predestinasi Ada Dalam Kedaulatan Allah
Alkitab tidak mengakui takdir sebagai kebenaran sebab itu, tidak perlu dibahas secara luas. Predestinasi ada dalam kedaulatan Allah artinya Program Allah ada dalam pengawasan Allah. Tidak ada program Allah yang tidak tergenapi, baik yang sifatnya postif dan negatif karena ada dalam kedaulatan Allah; seperti yang ditulisakan dalam 2 Petrus 3: 9
Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian,….
Walaupun dalam surat 2 Petrus 3: 9 ini menjelaskan mengenai hari kedatangan Tuhan, namun dalam kluasa pertama mengandung pemangkasan ekstensional artinya walaupun bagian ini berbicara mengenai hari Tuhan, namun menjelaskan juga pemahaman mengenai Kedaulatan Allah atas predestinasiNya yang tidak akan gagal. Oleh sebab itulah Allah berdaulat atas predestinasiNya, sedangkan manusia memenuhi predestinasi Allah sesuai dengan tuntutanNya; yang percaya mendapat hidup kekal; yang tidak percaya binasa (Yoh. 3: 36).
Kesimpulan
Jadi Predestinasi ada dalam Kedaulatan Allah atau ketetapan Allah ada dalam pengawasan Allah yang tidak menghilangkan kehendak bebas manusia, di dalam Predestinasi ada pilihan yang harus dibuat manusia berdasarkan kehendak bebas; memilih untuk mengenapi program positif atau negatif. Pilihan manusia atas ketetapan Allah ada dalam Kedaulatan Allah; mereka yang memilih mengenapi program positif mendapat kebaikan dari Allah berdasarkan kedaulatanNya (Roma 8: 28), sedangkan mereka yang memilih mengenapi program negatif mendapat malapetaka berdasarkan kedaulatanNya (Amsal 16: 4).
Calvinisme membangun definisi yang salah mengenai kedaulatan Allah dan predestinasi, sehingga menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan dalam kekristenan, menempatkan manusia sebagai mahkluk yang tidak dapat membuat pilihan dalam Predestinasi dan dalam Kedaulatan Allah, itulah sebabnya mereka sulit memahami antara Predestinasi, kedaualatan Allah dan Kehendak bebas manusia (untuk tahu lebih banyak mengenai definisi yang salah Calvinisme, silahkan baca buku-buku tulisan mereka dan tulisan-tulisan mereka di media online).
Jadi saudara-saudara yang terkasih, berhati-hatilah terhadap;
Nabi-babi palsu yang menyamar seperti domba (sepertinya mengajarkan ajaran Kristus), namun sesungguhnya serigala yang buas (sesungguhnya memiliki motivasi yang tidak murni; mengajarkan ajaran manusia untuk kepentingan duniawi) Matius 7: 21
Pengajar-pengajar yang tidak mengerti pokok-pokok ajaran Alkitab secara mutlak, yang sesat dalam ajaran dan omongan. 1 Timotius 1: 6-8
Filsafat yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia. (Kolose 2: 8) atau sikritist dalam kekristenan.
Usahakanlah diri Anda menjadi orang Kristen yang bertumbuh dalam pengertian yang benar, yang dapat membedakan ajaran Kristus dari ajaran setan (1 Tim. 4: 1-2) dan manusia (Kol. 2: 23) supaya tidak disesatkan dan menyesatkan oleh ajaran palsu manusia yang penuh kelicikan dan menyesatkan (Ef. 4: 14). Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik (1 Tes. 5: 21).
Sumber Oleh: Ev. Dance S Suat, S.Th., M.B. S.
(Missionary Independen Baptist Fundamental, GBIA Kupang-NTT)
0 Silakan Berkomentar:
Posting Komentar