Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

SISTEM BERGEREJA CALVINISME

DOKTRIN GEREJA AGUSTINUS
Kesalahan terbesar dalam seluruh rangkaian filsafat Calvinisme selain doktrin tentang keselamatan adalah bagian cara berjemaat yang diajarkannya. Terlihat jelas bahwa cara berjemaat gereja Reform dan Presbyterian yang tidak sesuai dengan Alkitab dan membawa kehancuran bagi kekristenan. Pertama, John Calvin tidak memisahkan gerejanya dengan negara, bahkan ia berusaha membentuk sacral-society di kota Geneva. Mengingat John Calvin adalah seorang Roma Katolik tulen yang sangat mengagumi Agustinus, Bapa pendiri Gereja Roma Katolik (GRK), maka tidak heran jika kemudian ia mendirikan gereja dengan sistem yang sama dengan GRK.
Agustinus, lahir pada 13 November 354, di Tagaste, Afrika Utara, adalah salah seorang Bapak pendiri Gereja Roma Katolik. Ia pernah mengalami hal yang buruk, yaitu menghamili gundiknya di luar nikah dan melahirkan seorang anak yang bernama Adeodatus. Kemudian ia mengalami pertobatan tetapi bukan kepada Kristus, melainkan masuk agama Manichaean, yang didirikan oleh seorang yang bernama Mani. Agama ini sesungguhnya adalah gabungan antara Gnostik dengan Zoroastrianisme, Budhisme, dan Kristen. Ia menceraikan istrinya yang belum sah dan kemudian mengambil seorang gundik lagi dan saat itu pula ia berkata bahwa ia bertobat masuk kekristenan. Dan ternyata Agustinus dibaptiskan secara selam. Pada tahun 391, Agustinus ditahbiskan sebagai Prebyter di Hippo dan mendirikan sebuah biara (monasti). Tidak lama kemudian dia ditahbiskan sebagai Bishop. Hasil tulisan Agustinus yang paling terkenal ialah The City of God.
Kemudian Agustinus menulis untuk menentang “bidat”, dan yang nomor satu ditentang ialah Manichaean, yaitu kepercayaannya terdahulu. Kelompok kedua yang ditentangnya ialah Donatis, yaitu kelompok Ana-Baptis. Kemudian kelompok ketiga yang ditentangnya adalah Pelagian. Hal baik dari Agustinus ialah bahwa ia menerima ke-27 kitab PB sebagai firman Tuhan, namun hal buruknya ialah sistem penafsirannya yang sangat bersifat alegoris (kiasan). Agustinus mengajarkan baptisan yang sangat tidak alkitabiah. Dialah yang menciptakan baptisan bayi dan mengajarkan bahwa bayi yang tidak dibaptis tidak akan masuk Sorga. (Laurance M. Vance, hal.54). Tentu wajar sekali kalau sekarang kita bertanya tentang tujuan Calvinis membaptis bayi mereka.
Selain menciptakan baptisan bayi, dan menekankan keselamatan melalui baptisan, Agustinus adalah penganjur dan pendukung penyatuan gereja dengan negara yang telah dimulai oleh Constantine tahun 313. Dalam buku The City of God Agustinus mendambakan suatu kota yang damai yang terdiri dari orang-orang yang mematuhi Allah menurut versinya. Namun Agustinus memakai cara paksaan untuk mencapai impiannya. Cita-cita inilah yang kemudian oleh baik Calvin maupun Berkhof, menghasilkan doktrin akhir zaman yang disebut Post-Millennium (Kristus datang sesudah kerajaan seribu tahun), dengan konsep bahwa orang Kristen menciptakan kerajaan seribu tahun kemudian baru Kristus datang. Setelah perang dunia pertama dan kemudian perang dunia kedua, para pendukung Post-Millennium dengan malu-malu beralih ke A-Millennium (tidak ada kerajaan seribu tahun) dengan alasan kerajaan seribu tahun yang tertulis dalam kitab Wahyu harus ditafsirkan secara kiasan. Karena keinginannya untuk membentuk sacral-society akhirnya tercatat Agustinus memakai kekerasan untuk memaksa semua lawannya menerima theologinya, dan bergabung ke dalam gereja yang berpusat di Roma. Dan tercatat terjadi penganiayaan terhadap Donatis yaitu kelompok yang menentang baptisan bayi dan percik yang diciptakan oleh Agustinus, tentu terhadap kelompok-kelompok lain juga.


DOKTRIN GEREJA CALVIN
Bukan cuma sedikit melainkan hampir semua sistem bergereja John Calvin, yang membangun Gereja Reform atau Presbyterian, mengikuti pola Agustinus atau Gereja Roma Katolik. Calvin sendiri mengakui bahwa Agustinus adalah idolanya, dan dalam bukunya The Institutes ia mengutip Agustinus ratusan kali. Sehingga layak sekali untuk bertanya, jika John Calvin bisa salah dalam doktrin gereja karena mengikuti idola yang salah, bukankah bisa disimpulkan juga bahwa doktrin keselamatannya pun ada masalah karena bersumber dari idolanya yang sama?
Baptisan gereja Reform dan Presbyterian persis sama dengan baptisan GRK, yaitu membaptis bayi dan dengan cara dipercik. Jika kita tanya kepada pemimpin gereja Reform dan Presbyterian, apakah mereka mengakui baptisan GRK, maka mereka biasanya menjadi bingung dan sulit untuk menjawab. Karena jika mereka jawab ‘mengakui’ maka mereka akan sulit untuk mengelak bahwa kalau begitu mereka mengakui GRK adalah gereja yang benar dan alkitabiah. Tetapi jika mereka menjawab ‘tidak’ maka mereka tahu persis bahwa John Calvin tidak pernah menerima baptisan yang alkitabiah.
Mereka percaya bahwa seseorang akan masuk Sorga sepenuhnya karena dipilih Allah secara unconditional. Lalu kalau begitu bayi dibaptis untuk apa? Agustinus mengajarkan bahwa baptisan bayi adalah untuk memasukkan bayi ke dalam lingkup pemilihan Allah. Maksudnya, melalui SACRAMEN BAPTISAN seorang bayi masuk ke dalam gereja sehingga kalau mati ia akan selamat. Inilah dasar pemikiran konsep baptisan yang menyelamatkan (baptism regeneration).
Sebagian Calvinis, terutama Calvinis Baptis, menjadi serba salah. Karena pengajaran calvinistik yang menjunjung tinggi predestinasi sebenarnya adalah satu paket dengan baptisan bayinya. Kalau tidak menerima Limited Atonement maka akan sulit untuk menerima Unconditional Election. Dan kalau penebusan Kristus mencakup seisi dunia, berarti telah mencakup bayi, sehingga keselamatan bayi tentu tidak tergantung pada baptisan yang notabene adalah usaha manusia, melainkan berdasarkan pada penebusan Yesus Kristus.


Agustinus maupun Calvin tidak mengerti bahwa penebusan dalam Kristus adalah mencakup seisi dunia dan semua manusia (Yoh.1-:29, I Tim.2:6, Ibr.2:9, dan I Yoh.2:2) yang tentu sudah termasuk bayi. Jika seorang bayi meninggal maka secara otomatis ia akan masuk Sorga karena telah ditebus oleh Yesus Kristus. Tetapi bayi yang sudah akil balik, artinya yang melakukan dosa atas kesadaran dirinya, bukan menjadi orang berdosa karena Adam, harus bertobat dan percaya kepada Kristus untuk dihitungkan sebagai orang yang dosanya tertanggung pada Sang Penebus. Sangatlah tidak masuk akal kalau bayi yang dibaptis akan masuk Sorga, sedangkan yang tidak sempat dibaptis akan masuk Neraka. Keselamatan demikian bukanlah keselamatan yang didasarkan pada anugerah melainkan didasarkan pada tindakan gereja (pastor). Dan lebih tidak masuk akal lagi, serta menusuk hati nurani, kalau bayi orang Kristen akan masuk Sorga sedangkan bayi penjahat akan masuk Neraka. Allah macam apa yang menghukum seorang bayi yang belum mengerti apapun atas dasar kejahatan orang tuanya? Jelas sekali Allah Calvinis bukan Allah yang di dalam Alkitab.
Baptisan bayi telah menjadi cela bagi iblis untuk menghancurkan gereja. Ditambah dengan konsep keselamatan yang tidak didasarkan pada pertobatan serta iman, lengkaplah seluruh keperluan penghancuran gereja. Bayangkan, seseorang dibaptis sejak bayi, dan dikatakan bahwa karena baptisannya ia akan masuk Sorga. Ditambah lagi dengan pelajaran Alkitab yang terjadi secara gradual melalui khotbah-khotbah calvinistik untuk memupuk keyakinan semu bahwa ia telah termasuk ke dalam kumpulan orang pilihan.


Apakah ia masih perlu bertobat? Setelah dewasa apakah ia perlu menghayati bahwa Kristus telah mati baginya dan kini ia sedang hidup bagi Kristus? Tentu tidak perlu! Ia sudah cukup bangga termasuk ke dalam kumpulan orang-orang pilihan, sekalipun ajaran Calvinisme tidak memberitahukan siapa terpilih dan siapa tidak.
Setelah dewasa bayi “terpilih” itu menjadi anggota jemaat, dan kemungkinan bisa terpilih menjadi majelis, serta tidak tertutup kemungkinan ia sekolah theologi di STT Reform di USA atau dimanapun, yang akhirnya menjadi seorang pengkhotbah serta pengajar yang belum pernah bertobat secara emosi dan akal-budi (Rom.12:1-2). Akhirnya ia menjadi biang dalam menyimpangkan kebenaran Alkitab. Ia tidak akan pernah memahami intisari Alkitab karena untuk memahami intisari Alkitab seseorang harus menerima Kristus sebagai Juruselamat, bukan mengandalkan indoktrinasi “telah termasuk dalam orang pilihan” (II Kor.3:14).
Orang-orang demikian biasanya ngotot, dan menuduh semua orang yang menentang Calvinisme sebagai “salah mengerti tentang Calvinisme.” Atau “Tidak memahami tentang Calvinisme.” Biasanya semangat menginjil mereka rendah tetapi semangat berfilsafat tinggi. Satu persatu gereja demikian bergeser dari posisi konservatif menjadi liberal, dan semakin menuju pluralis. Selain aspek baptisan bayi, sistem bergereja destruktif calvinistik lain ialah penggabungan gereja dengan negara. John Calvin terinspirasi oleh Agustinus untuk membangun City of God telah menjadikan kota Geneva sebagai lokasi uji doktrin Agustinus yang dipujanya. Semua penduduk kota Geneva dipaksa menjadi anggota gereja Reform, dan hari minggu mereka dipaksa ke gereja. Calvin tidak membolehkan munculnya second opinion dalam hal bertheologi. John Calvin berkuasa di kota Geneva lebih dari seorang raja. Ia mengurus perkara rohani hingga ke kehidupan sehari-hari warga kota. Ada seorang Spanyol yang bernama Michael Servetus yang tidak bisa menerima doktrin predestinasi Calvin. Ia menulis sekitar 30 pucuk surat untuk menjelaskan argumentasi penolakannya terhadap doktrin calvinistik. Suatu hari, ketika Servetus harus berkunjung ke kota Geneva karena ada keperluan yang tidak bisa diwakilkan, ia ditangkap. Ia diputuskan oleh pengadilan yang berada di bawah kontrol John Calvin, untuk dibakar hidup-hidup. Servertus tidak merampok, membunuh, ataupun mencuri. Kesalahannya hanya ia terlalu berani menentang ajaran John Calvin. Itu saja!
Kemudian pengaruh Calvinisme merambati Eropa dengan sistem buku Institutes of Religion di tangan kiri dan obor yang siap membakar di tangan kanan. Mereka mempengaruhi orang-orang penting di tiap-tiap negara di Eropa. Hasilnya di negara-negara yang berhasil mereka pegang penguasanya tidak bisa eksis pengajaran yang berbeda dari Calvinisme. Bahkan di Belanda, negara asal James Arminius, Calvinisme dibela oleh pangeran Maurice. Setelah peristiwa persidangan Sinode di Dort teman-teman Arminius yang membela pengajarannya dianiaya dan diambil harta mereka. John Van Oldenbarnevelt (1549-1619), seorang pembela pandangan Arminius di persidangan Dort dipenggal kepalanya pada akhir persidangan, 13 Mei 1619.


CALVINIS TERHADAP ANA-BAPTIS
Para Ana-Baptis diburu seperti petani memburu tikus oleh pemerintah yang berkomplot dengan pemimpin gereja calvinistik. Tentu kaum Baptis tidak setuju dengan pengajaran Arminius juga karena sesungguhnya pengajaran Arminius tidak seluruhnya alkitabiah. Arminius tetap membaptis bayi dan juga melakukannya dengan cara percik yang ditentang para Ana-Baptis. Tetapi kaum Ana-Baptis adalah kelompok yang sangat dibenci karena keyakinan mereka yang sangat teguh serta sikap mereka yang sangat berani bersaksi untuk kebenaran. Banyak pengikut Calvin dan Zwingli yang memberi diri dibaptis ulang menjadi Ana-Baptis. Karena diburu hampir di seluruh Eropa, akhirnya mereka melarikan diri ke Tanah Baru (New-land) yaitu benua Amerika yang telah ditemukan Columbus 1492.
Calvinis tidak bisa menerima kehadiran oposisi terhadap pengajaran mereka. Nama Arminius dijadikan icon stigma seperti Suharto menjadikan PKI sebuah singkatan yang menimbulkan alergi bagi rakyat Indonesia. Setiap orang yang tidak menyetujui konsep Calvinisme dicap Arminians. Pokoknya berbeda sedikit saja dari ajaran para Calvinis maka langsung akan dicap Arminians. Hasilnya luar biasa, orang-orang Kristen yang tidak pernah tahu tentang ajaran Arminius, bahkan tidak pernah melihat apalagi membaca buku Arminius, pun tidak rela dikait-kaitkan dengan Arminius, karena sebutan Arminians sudah disinonimkan dengan ajaran sesat yang harus dihindari.
Padahal, pembaca, kami persilakan anda membaca tulisan James Arminius dan membandingkannya dengan tulisan John Calvin dengan teliti. Pembaca akan mendapatkan bahwa James Arminius adalah seorang yang sangat pintar dan sangat tulus serta sangat mengasihi Tuhan. Arminius tidak pernah melakukan satu kejahatan pun, sementara John Calvin telah membunuh banyak orang. Kejahatan Arminius hanyalah mengajarkan bahwa manusia harus merespon berita Injil untuk diselamatkan, bukan dipilih untuk masuk Sorga secara unconditional. Sampai hari ini, pola awal cara Calvinis memakai kata Arminians untuk memojokkan orang yang berbeda dengan mereka masih tetap mereka praktekkan.


Gereja-gereja di Eropa disapu bersih dengan doktrin calvinistik. Bahkan Spurgeon, Gembala Tabernacle Baptis Metropolitan di kota London menjadi terpengaruh walaupun ia hanya menerima dua atau tiga poin dari TULIP Calvinisme. Gereja-gereja Baptis zaman William Carey terkontaminasi Calvinisme sehingga ketika mendengar William mau pergi ke India memberitakan Injil, Penatua John Ryland memarahinya, “Young man, sit down! If God wants to convert the heathen, He will do it without consulting you - or me!”  Untunglah William Carey tidak terpengaruh Calvinisme, kalau tidak, maka ia akan membiarkan Allah yang memilih orang India masuk Sorga dan tidak mungkin ia mau berlayar ke India untuk menjadi pelopor misi modern.
Tetapi hampir tidak ada Baptis yang tidak terpengaruh Calvinisme. Sekurang-kurangnya one-point, yaitu Perserverance of the saints (pemeliharaan orang-orang kudus). Padahal mereka tahu persis bahwa manusia diselamatkan kalau merespon Injil secara positif, bukan karena dipredestinasikan masuk Sorga. Dan mereka juga tahu bahwa sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, manusia adalah makhluk yang diberi kehendak bebas dan setelah manusia jatuh ke dalam dosa masih memiliki kehendak bebas dan masih bisa mengaplikasikannya. Namun aneh sekali dimana sebagiannya menjadi percaya bahwa setelah diselamatkan orang Kristen kehilangan kehendak bebas sehingga tidak bisa jatuh dalam dosa doktrinal. Alasan mereka sangat calvinistik yaitu kalau Tuhan yang memegang atau memelihara kita, sedangkan Tuhan itu maha kuasa, maka tentu kita tidak akan terjatuh. Mereka lupa bahwa sekalipun telah diselamatkan manusia masih tetap adalah makhluk yang berkehendak bebas untuk tetap setia atau membelakangi Tuhannya.
Persoalannya bukan ada atau tidak orang yang murtad, namun logika dan Alkitab menyimpulkan kemungkinannya ada karena selama masih tinggal di dalam daging, masih ada tarik menarik antara kehendak Allah dan kehendak kemanusiaan yang bertentangan dengan kehendak Allah.


KEHANCURAN GEREJA EROPA
Semangat penginjilan yang ditahan, bahkan dilenyapkan, baptisan bayi yang menghasilkan anggota jemaat atau orang Kristen tanpa dilahirkan kembali, serta sistem gereja yang disatukan dengan pemerintah dari Calvinisme telah menghantar masyarakat benua Eropa menjadi apatis terhadap perkara rohani dan tinggal sedikit waktu lagi akan menjadi wilayah Islam. Banyak negara yang menjadi pengayom gereja-gereja calvinistik atas dasar konsep penyatuan gereja dengan negara. Mereka menggaji Gembala gereja-negara seperti mereka menggaji pegawai negeri mereka. Setiap bulan para “pendeta” menerima gaji mereka dari pemerintah. Tanpa disadari oleh kebanyakan gembala bayaran yang tidak mengerti kebenaran Alkitab karena tidak dilahirkan kambali bahwa sistem ini akan menghancurkan gereja. Setelah berjalan cukup lama, sistem ini sudah pasti akan menyebabkan para gembala bayaran itu tidak menghiraukan pertumbuhan iman domba gembalaan mereka. Mereka tetap akan menerima gaji walau jumlah hadir jemaat mereka dalam kebaktian semakin berkurang. Para theolog, dan dosen sekolah theologi juga digaji oleh pemerintah. Mereka tidak peduli pada masalah semangat penginjilan bahkan konsep theologi yang destruktif. Bahkan sampai tidak ada satu orang pun yang datang kebaktian pada minggu pagi, mereka tetap akan menerima gaji setiap bulan.  Bagi para gembala bayaran itu Tuhan telah mempredestinasikan jumlah orang yang masuk Sorga dan masuk Neraka, jadi apa urgensinya bagi mereka untuk menginjil dan menasihati anggota jemaat agar bertekun di dalam iman? Bagi mereka, jika yang menjadi anggota jemaat telah dibaptiskan dan Tuhan cukup berkuasa untuk memelihara orang-orang milik kepunyaanNya, maka tidak ada urgensi untuk mendorong anggota jemaat bertekun didalam iman. Terlebih lagi karena mereka percaya bahwa iman itu pemberian Allah, jadi kalau iman anggota jemaat semakin luntur, itu bukan salah mereka tetapi salah Allah yang tidak memberi iman yang kuat kepada mereka.
Tinggal sedikit waktu lagi, betul tinggal sedikit waktu lagi, Eropa akan menjadi wilayah yang matang bagi munculnya anti-Kristus. Apakah penyebabnya? Filsafat Calvinisme punya andil di dalamnya. Ia telah melenyapkan antusiasme orang Kristen untuk memberitakan Injil. Karena segala sesuatu telah dipredestinasikan sejak kekekalan, bahkan orang Kristen tidak perlu berdoa, karena didoakan atau tidak, toh tidak akan ada perubahan jika segala sesuatu telah dipredestinasikan atau ditakdirkan sejak kekekalan. Apakah ini tidak menghancurkan? 


Akhirnya, teman-teman Calvinis, tinggalkanlah doktrin Calvinisme. Anda tidak rugi, toh John Calvin tidak membayar anda untuk mengagungkan namanya atau nama gereja (Reform) yang didirikannya, bukan? Mengapa setelah menyadari ada poin dari ke-lima poin Calvinisme ada yang sangat bertentangan dengan Alkitab masih tetap ngotot mau menyebut diri Calvinis? Padahal lima poin Calvinisme itu saling berkaitan seperti mata rantai. Jika satu mata rantai putus, maka putuslah rantai itu. Mari kita berbuat sesuatu untuk Tuhan menjelang Ia datang menjemput kita. Menangkanlah jiwa sebanyak-banyaknya, karena Allah berkehendak menyelamatkan semua orang, namun banyak orang menolakNya. Pakailah kepintaran yang Tuhan berikan untuk mengargumentasikan InjilNya, bukan untuk membela Calvinisme (II Pet.3:9, I Tim.2:6).***
Sumber: Jurnal Teologi Pedang Roh Edisi 47

0 Silakan Berkomentar: