Belasan tahun lalu saya mengunjungi Panti Asuhan Yatim-piatu yang didirikan oleh ibu Tien Soeharto. Di atas sebuah wilayah yang luas didirikan rumah-rumah dengan ukuran tiap rumah akan dapat menampung sepuluh anak dan akan diasuh oleh seorang ibu. Seorang ibu akan membesarkan maksimum sepuluh orang anak. Syarat bagi yang melamar menjadi ibu asuh ialah wanita minimum 35 tahun dan tidak bersuami serta berjanji tidak akan bersuami. Kepada ibu yang demikian akan dipercayakan untuk mengasuh bahkan mengadopsi sepuluh anak untuk dibesarkan seperti anaknya sendiri. Pihak yayasan akan mencukupi seluruh kebutuhan baik sang ibu maupun semua anak yang dipercayakan kepadanya. Waktu itu kami diantar mengunjungi salah seorang ibu yang sedang mengasuh beberapa anak, dan beberapa anaknya telah dewasa bahkan telah menikah. Mereka menganggapnya betul-betul ibu mereka sehingga mereka sering membawa anak-anak mereka datang berkunjung kepada nenek mereka.
Saya diberitahukan bahwa pelayanan tersebut tidak berpihak kepada agama apapun. Mereka menyerahkan sepenuhnya kepada sang ibu agama yang ia inginkan bagi anak-anaknya. Hubungan I Tim 2:1 1 dengan Ef 5:22 Wanita yang berhasil membesarkan sepuluh anak untuk melayani Tuhan, sebagai pengkhotbah dan pengajar kebenaran, tentu lebih indah di mata Tuhan daripada seorang wanita yang melanggar firman Tuhan dengan menjadi pengkhot-bah, pengajar bahkan sebagai gembala. Padahal Tuhan dalam firmanNya melalui Rasul Paulus telah dengan terang-terangan mengatakan bahwa wanita tidak boleh mengajar dan memerintah laki-laki. Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. (1Tim 2:11-12) Ternyata bukan Hawa saja yang terangsang oleh sentilan iblis bahwa setelah memakan buah terlarang ia akan menjadi Allah, wanita akhir zaman juga terangsang oleh hasutan emansipasi sehingga mereka tidak memperhatikan lagi ketetapan firman Tuhan.
Perintah firman Tuhan bahwa istri tunduk kepada suami dan suami mengasihi istri (Ef.5:22,25), tidak bisa dijalankan di rumah tangga Kristen karena di gereja mereka telah melecehkan I Tim. 2:11. Theolog Liberal yang menjelaskan bahwa I Tim.2:1 1 adalah ayat yang muncul pada saat kondisi wanita belum mengenyam pendidikan, bagaikan gayung bersambut bagi wanita-wanita yang tidak taat pada kebenaran. Mereka tidak pernah menghi-tung bahwa dengan dilanggarnya perintah dalam I Tim. 2:11, maka berarti setelah wanita mengenyam pendidikan juga tidak perlu lagi tunduk kepada suami.
Hubungan Sebelum dan Sesudah Kejatuhan
Iblis memang luar biasa licik, setelah ia berhasil menipu Hawa, ia tak pernah berhenti menipu wanita sepanjang zaman. Iblis memakai gerakan emansipasi sekuler untuk merangsang wanita Kristen. Memang tidak dapat dipungkiri dalam budaya banyak bangsa, kaum wanita sangat ditindas. Di Afrika ada suku yang kaum prianya duduk-duduk menggosip sementara para wanitanya bercocok tanam dengan anak bertenggek di punggung mereka. Bahkan di Indonesia pun masih ada banyak pria yang memberdayakan istri mereka sebagai pencari nafkah. Hal demikian tentu bisa dimaklumi jika sang pria dalam kondisi tidak bisa bekerja atau dalam kondisi darurat dan bersifat sementara. Kekristenan yang alkitabiah tidak menyetujui tindakan negatif terhadap wanita, namun juga tidak terbawa oleh gerakan emansipasi sekuler. Kekristenan alkitabiah menginginkan hubungan antara pria dan wanita kembali pada rancangan semula, yaitu pada saat manusia belum jatuh ke dalam dosa. Sikap menindas wanita di budaya berbagai bangsa sangat mungkin terbawa sejak kejatuhan Adam dan Hawa yang dimulai oleh Hawa. Tetapi ketika baik wanita maupun pria telah terselamatkan oleh anugerah Y esus Kristus, maka tidak ada alasan bagi pria untuk menyalah-nyalahkan wanita lagi.
Pelayanan Wanita Yang Agung
Saya ber tanya kepada pengurus yayasan, wanita dari umat agama apakah yang paling banyak melamar menjadi ibu asuh? Jawaban yang saya dapatkan ialah wanita yang beragama Katholik. Pengurus yayasan bercerita sambil tersenyum bahwa mungkin wanita agama lain lebih memilih kawin daripada menjadi ibu asuh di sana. Ibu asuh yang berbincang dengan kami menuturkan bahwa ia sangat bahagia bisa menjadi ibu pengganti sejumlah anak yang ditinggalkan orang tua mereka. Ia berhasil membesarkan mereka dan sebagian mereka telah bekerja dan berumah tangga. Saya membayangkan betapa indahnya jika ada wanita Kristen Fundamentalis Alkitabiah yang bertekad mempersembahkan hidupnya untuk membesarkan anak-anak bagi Tuhan. Seandainya ada seorang wanita bertekad membesarkan sepuluh anak asuh untuk menjadi hamba Tuhan, maka ia pasti akan dipandang sangat berhasil di mata Tuhan. Sehebat-hebatnya seorang pria membesarkan anak, tidak mungkin bisa sebanding dengan seorang wanita. Naluri seorang anak balita jika menangis dan dalam keadaan sedih akan selalu mencari ibu bukan ayah. Normalnya seorang ayah dibutuhkan ketika anak sudah agar besar, atau sudah mulai berorientasi keluar rumah.
Masa depan atau arah hidup seorang anak akan sangat terpengaruh oleh filosofi ibunya. Seorang anak akan mengetahui bahkan akan memiliki memori yang tersimpan di bawah sadarnya tentang harapan-harapan ibunya. Ia akan mengi-ngat hingga dewasa doa-doa ibunya untuk dia dan masa depan hidupnya. Oleh sebab itu banyak orang yang merasa terpanggil melayani Tuhan adalah anak-anak dari ibu yang sangat mengasihi Tuhan. Seorang ibu yang mengasihi Tuhan dan yang sangat ingin melayani Tuhan akan selalu mengekspresikan keinginannya dan harapannya pada anak-anaknya. Ibu yang mengasihi dan taat kepada Tuhan tahu bahwa membesarkan sejumlah anak untuk melayani Tuhan jauh lebih efisien dan indah daripada dirinya sendiri melanggar firman Tuhan dengan berkhotbah.
Menanamkan filosofi hidup menyenangkan hati Tuhan dan melayani Tuhan daripada mengejar dunia dengan segala kei ndahan dan kemewahannya pada seorang anak adalah awal mula peletakan dasar seorang hamba Tuhan sejati. Untuk itu hampir dapat dipastikan bahwa berkurangnya orang muda yang merindukan kehidupan hamba Tuhan itu karena berkurangnya wanita yang mengasihi Tuhan dan yang taat kepada firman Tuhan.
Wanita Kristen Duniawi
Betapa sedihnya hati Tuhan ketika Ia melihat kaum wanita yang diharapkanNya sebagai peletak fondasi kekristenan untuk pelayanan penyelamatan jiwa-jiwa terhilang ternyata terseret mengikuti arus dunia. Wanita-wanita Kristen ikut-ikutan mode, ikut-ikutan tergiur pada kemewahan dunia sehingga lebih mendorong anak-anak mereka untuk berbisnis daripada melayani Tuhan. Wanita-wanita Kristen menghabiskan uang begitu banyak untuk memperbaiki penampilan mereka. Semakin sulit ditemukan ibu yang mengajak anak-anaknya menabung untuk mendukung pelayanan. Dan pasti lebih sulit lagi ditemukan ibu yang mengajak anak-anaknya berdoa untuk pelayanan. Menghadiri kebaktian bagi ibu-ibu demikian hanya sebuah rituil mingguan yang rutin. Persis seperti yang dinubuatkan oleh Rasul Paulus bahwa kelihatannya mereka bergiat di dalam Tuhan, padahal itu hanya sebuah rutinitas belaka. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya…. (II Tim.3:5).
Iblis berhasil menyusup masuk ke berbagai denominasi melalui theolog yang tidak lahir baru mengajarkan theologi Liberal. Ia memasukkan ragi ke dalam tepung tiga sukat dan berusaha mengkhamirkan seluruh adonan. Ia pernah menjatuhkan manusia melalui Hawa, dan di akhir zaman, di saat Injil harus disebarkan ke seluruh muka bumi, ia berhasil menghadang laju pergerakan Injil melalui wanita modern.
Tanpa ibu yang mengasihi Tuhan, yang bertekad menaati firman Tuhan, yang selalu berdoa untuk pekerjaan Tuhan, serta yang sangat ingin anak-anaknya kelak besar melayani Tuhan, dunia pasti akan semakin kekurangan pelayan-pelayan Tuhan.
Pertanyaan Untuk Kaum Wanita
Wahai wanita Kristen, apakah Anda sungguh-sungguh telah diselamatkan? Apakah Anda sungguh-sungguh sudah dilahirbarukan di dalam Kristus? Apakah Anda merasa bersyukur atas keselamatan jiwamu? Apakah Anda rindu melayani Tuhan? Apakah Anda ingin sesuatu yang sungguh-sungguh berarti bagi Tuhan? Tuhan tidak berkenan wanita berkhot-bah dan mengajar pria dewasa sebagaimana Ia nyatakan dalam I Tim.2:1 1-12, karena tindakan itu akan menjungkirbalikkan tatanan yang Tuhan rancang dari awal. Tuhan ingin kaum wanita melakukan hal-hal yang sangat khusus, yaitu melahirkan anak dan membesarkan anak untuk melayani Tuhan. Pekerjaan ini adalah pekerjaan khusus yang hanya bisa dilaksanakan oleh kaum wanita. Di manakah Tuhan masih bisa dapatkan wanita yang rindu melayaniNya? Di manakah Tuhan akan dapatkan wanita yang rela mempersembahkan dirinya untuk menjadi alat Tuhan untuk menghasilkan pahlawan-pahlawan iman? Masih adakah wanita yang penuh sukacita melahirkan anak, dan mendoakan anak-anaknya agar kelak menjadi pelayan kebenaran? Sesudah menyatakan bahwa wanita tidak diperkenankan mengajar dan memerintah laki-laki, Rasul Paulus menyatakan sesuatu yang sangat sulit untuk difahami.
11 Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. 12 Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. 13 Karena Adam yang pertama dijadikan, ke-mudian barulah Hawa. 14 Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa. 15 Tetapi perempuan akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan. (1 Ti 2:11-15)
Mengapakah wanita diselamatkan melalui melahirkan anak? Sejak Allah menjanjikan Juruselamat yang akan dilahirkan oleh wanita, maka wanita yang berharap kepada Allah (Godly woman) harus bahagia melahirkan anak, bahkan berharap bisa menghadirkan Juruselamat. Ketika melahirkan Kain, Hawa menyangka ia telah melahirkan Juruselamat yang adalah Jehovah sendiri. Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.” (Kej. 4:1) Perhatikan, kata-kata yang saya cetak tebal “dengan pertolongan”. Kata-kata itu tidak ada di dalam bahasa aslinya. Hawa menyangka ia melahirkan TUHAN (Jehovah). Setelah posisi wanita berbahagia ditempati oleh Maria, maka selanjutnya Godly woman harus bahagia melahirkan anak bahkan bahagia membesarkan mereka untuk kemuliaan Tuhan.
Perempuan juga tentu harus beriman kepada Sang Juruselamat. Maria sekalipun telah melahirkan Yesus Kristus, ia bukanlah bunda Allah. Ini sebutan penghujatan. Untuk masuk Sorga Maria tetap harus beriman kepada anak yang dilahirkannya yang akan mati menanggung dosa seisi dunia. Tentu juga bukan beriman sekali-sekali melainkan bertekun di dalam iman dan kasih. Sebagai Godly woman, siapapun wanita itu haruslah ia hidup dalam kekudusan, atau hidup sepadanan dengan Injil keselamatan, yaitu hidup dalam kesederhanaan. Sebagaimana kita baca bahwa Hawa telah gagal, ia tergoda oleh hasutan iblis untuk mengejar kehebatan menjadi sama dengan Allah. Dan ia juga gagal mendidik Kain yang akhirnya menjadi pembunuh adiknya. Kini, Anda wanita akhir zaman.
Iblis mengejar Anda, bukan menawarkan untuk memakan buah agar menjadi Allah, melainkan menghasut kaum wanita untuk mengejar dunia membangkangi Allah. Dan anak yang bagaimanakah yang dilahirkan Anda? Anak yang menyampaikan berita kehidupan bagi manusia atau yang memberi contoh dan gairah bagi manusia untuk mengejar dunia? Ketika kita berdiri di hadapan Yesus Kristus nanti, Tuhan tidak akan bertanya kepada wanita, mengapa engkau tidak berkhotbah karena itu tidak boleh, atau mengapa engkau tidak mengajar karena itu juga tidak boleh.
Pertanyaan yang pasti bagi kaum wanita ialah, sudahkah engkau melaksanakan tugas kewanitaanmu? Adakah di antara anak-anakmu yang melayani Tuhan? Adakah engkau mengarahkan anak-anakmu hidup memuliakan Tuhan dan melayani Tuhan? Apakah semua anak-anakmu hidup di dalam kebenaran? Pelayanan wanita yang terindah ialah sebagaimana yang dilakukan oleh putri Yefta. Tentu ia tidak dibakar karena Tuhan tidak pernah menyetujui persembahan bakaran manusia. Ia hanya mempersembahkan kegadisannya kepada Tuhan. Ia tidak pernah mengenal laki-laki seumur hidupnya bukan karena tidak ada yang jatuh cinta padanya atau karena patah hati. Ia tidak menikah demi melayani Tuhan. (Hak. 11:39-40)***
Sumber: Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 77
1 Silakan Berkomentar:
kurang berhikmat penyampaiannya.. atau memang dia yg kurang hikmat? *lol buat referensi mas bro.. ada seorang wanita yg sedih krn penindasan terhadap kaum perempuan. dia ambil waktu saat teduh, dgn sungguh2 menangis pada Tuhan. dan Tuhan berikan ayat ini Yeremia 31:22b. Artinya selalu ada Pemulihan segala suatu, apalagi skrg sdh akhir zaman.(kisah para rasul 3:21). emansipasi wanita itu sudah sekehendak Tuhan. Tuhan memang izinkan hal tsb terjadi. sebagai salah satu dari keseluruhan Pemulihan yg sudah Tuhan janjikan.
Posting Komentar