Yesus Adalah Allah
GEREJA LOKAL BUKANLAH BERSIFAT UNIVERSAL
GEREJA YANG BENAR BERSIFAT LOKAL
1. Gereja sebagai tubuh Kristus
Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa gereja adalah tubuh Kristus (1 Kor. 12 : 27; Ef. 1 : 23, 4 : 12; Kol. 1 : 18, 24). Dalam hal ini, gereja sebagai tubuh Kristus adalah dalam pengertian atau bersifat rohani. Kristus adalah kepala dan jemaat adalah tubuhNya. Sifat ini memperlihatkan keintiman antara Kristus dengan gereja.Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah diselamatkan melalui kematian tubuh jasmaniNya di atas kayu salib. Kumpulan orang-orang ini disebutNya sebagai “jemaatKu” (Mat. 16 : 18). Jadi jemaat adalah milik Tuhan.
Gereja sebagai tubuh Kristus ini, bersifat lokal sesuai dengan penjelasan Alkitab. Matius 18 : 20 berbunyi “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Dari ayat ini terlihat jelas bahwa tubuh Tuhan adalah kumpulan dua, tiga orang atau lebih di suatu lokasi. Dengan kata lain gereja atau jemaat itu bersifat lokal. Mereka berkumpul dengan tubuh jasmani mereka masing-masing di suatu lokasi dengan maksud khusus yakni “berkumpul dalam namaKu”. Inilah yang disebut dengan pertemuan jemaat. Oleh karena itu gereja bersifat lokal dan bukan universal.
Konsep gereja universal menganggap tubuh Tuhan adalah seluruh kekristenan secara jasmani yang ada di seluruh dunia. Mereka menganggap tubuh Tuhan itu satu dan terdiri dari seluruh orang Kristen dari berbagai aliran atau denominasi. Konsep ini jelas-jelas bertentangan dengan Firman Tuhan. Memang di dalam firman Tuhan tercatat persatuan-persatuan yang berhubungan dengan jemaat. Di dalam Yohanes 17 : 21, Tuhan Yesus mendoakan orang-orang yang percaya supaya mereka semua menjadi satu. Namun persatuan yang dimaksudkan Tuhan disini jelas-jelas adalah persatuan secara rohani. Tentang persatuan secara organisasi, firman Tuhan juga menulis, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir (1 Kor. 1 : 10)”. Bagian firman Tuhan ini menasihatkan agar orang-orang percaya bersatu dan tidak terpecah. Tetapi persatuan yang dibicarakan di sini ialah persatuan di dalam satu jemaat. Di dalam satu jemaat haruslah ada persatuan sehingga tidak menghambat pelayanan. Jadi bagian-bagian firman Tuhan ini mendukung konsep gereja yang bersifat lokal dan bahkan menentang konsep gereja yang bersifat universal. Lagipula di dalam Alkitab sangat jelas disebut jemaat itu adalah kumpulan orang di suatu tempat tertentu seperti jemaat di Galatia, Efesus, Antiokhia, Korintus, dan Roma.
Dengan konsep gereja lokal yang diajarkan oleh Alkitab ini, maka masing-masing gereja lokal bersifat independen. Tidak ada satu gereja yang menjadi pemimpin atas gereja yang lain. Antara gereja lokal yang satu dengan yang lainnya berlaku “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi”. Masing-masing gereja lokal bertanggung-jawab langsung kepada Tuhan. Tiap-tiap gereja lokal inilah yang disebut dengan tubuh Kristus. Dalam hal ini, tidak berarti Tuhan Yesus memiliki banyak tubuh karena pengertiannya bukan bersifat jasmani melainkan rohani.
2. Pemerintahan gereja lokal
Di dalam suatu jemaat ada pejabat-pejabat khusus yang dipilih dan ditetapkan untuk mengemban tugas khusus. Paulus mendaftarkan nama jabatan-jabatan itu yakni Rasul, Nabi, Penginjil, Gembala, dan Guru (Ef. 4 : 11). Jabatan Rasul dan Nabi sudah tidak ada lagi pada zaman ini seiring dengan berhentinya proses pewahyuan(ALKITAB SUDAH TERTULIS/KANON). Maka jabatan yang ada di dalam suatu jemaat saat ini ialah Penginjil, Gembala, dan Guru. Untuk jabatan Gembala, Alkitab memberikan penjelasan bahwa jabatan itu sama dengan Penatua dan Penilik. Dalam Titus 1 : 5-7, pemakaian nama Penatua di ayat 5 kemudian diganti dengan nama Penilik di ayat 7, dan menunjuk kepada orang yang sama. Hal ini juga dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul dua puluh. Di ayat yang ke-17, Lukas memakai nama Penatua, dan di ayat ke-28 ia memakai nama Penilik yang bertugas untuk menggembalakan jemaat. Selain dari jabatan-jabatan itu, ada satu lagi jabatan di dalam satu jemaat yang bertanggung-jawab untuk masalah non-rohani yaitu diaken.
Semua jabatan itu berada di dalam jemaat lokal. Artinya mereka menjalankan tugasnya di dalam dan bukan di luar sebuah jemaat lokal. Tuhan sendirilah yang menetapkan jabatan-jabatan ini. Semuanya adalah untuk kepentingan tubuhNya yakni jemaat lokal. Dengan adanya jabatan-jabatan ini, jemaat lokal dapat menjalankan salah satu sifatnya yaitu independen. Gembala bertugas untuk memimpin dan menggembalakan, Penginjil bertanggung-jawab untuk penginjilan ke luar, Guru bertanggung-jawab untuk pendidikan dan pengajaran di dalam jemaat, dan Diaken bertugas dan bertanggung-jawab untuk hal-hal non-rohani di dalam jemaat
Catatan: Istilah kata“Pendeta (Pdt)” Tidak ada dalam Alkitab dan bukanlah jabatan gereja alkitabiah tetapi, istilah jabatan yang ada di dalam agama Hindu/VIHARA.
Gereja yang alkitabiah zaman ini hanya memiliki beberapa jabatan sebagai pelayan firman, antara lain; Penginjil, Gembala, Guru injil, dan ditambah dengan jabatan Diaken yang membantu gembala dalam sebuah jemaat lokal (Efesus 4:11; Kis. 6:1-7; 1 Tim 3:8-13)
GEREJA UNIVERSAL SEBAGAI ALAT IBLIS
Gereja yang bersifat universal sangat jelas tidaklah didirikan oleh Tuhan. Di dalam konsep gereja universal, gereja lokal berada di bawah suatu wadah buatan manusia seperti Kepausan, Sinode, dan Persekutuan. Dengan adanya wadah-wadah seperti ini, gereja-gereja lokal dipersatukan dan dipimpin serta diatur oleh satu atau sekelompok orang khusus. Gereja lokal bertanggung-jawab kepada orang-orang ini.
Jadi dengan konsep gereja seperti ini, gereja lokal menjadi tidak independen. Gereja dapat diatur oleh orang-orang yang berada di luar sebuah jemaat lokal misalkan oleh Paus atau pimpinan Sinode. Hal inilah yang dikehendaki oleh Iblis. Jika gereja bersifat lokal dan independen, maka gereja-gereja akan sangat sulit untuk ditaklukkan. Namun jika gereja bersifat universal, maka gereja lokal akan mudah untuk ditaklukkan. Iblis tinggal menyesatkan satu orang atau beberapa orang yang menjadi pimpinan, maka banyak gereja yang berada di bawah pimpinan orang-orang tersebut akan menjadi sesat. Dengan jalan seperti ini, gereja-gereja dapat dengan sangat mudah dikalahkan oleh Iblis. Jadi sangat jelas terlihat kepentingan dari sebuah jemaat lokal untuk bersifat independen.
-------------------------------------------------------#-----------------------------------
GEREJA HARUS TERPISAH DARI NEGARA
A. ISRAEL SEBAGAI NEGARA-AGAMA
Bangsa Israel adalah bangsa pilihan dari Tuhan. Dimulai dari pemilihan Abraham untuk menjadi nenek moyang bangsa ini, telah terlihat maksud Tuhan untuk bangsa ini. Saat itu para ayah yang bertindak sebagai imam dan pengajar kebenaran tidak lagi menjalankan tugasnya dengan baik. Ibadah simbolik yang diperintahkan Tuhan mulai ditinggalkan. Oleh karena itu Tuhan memanggil Abraham untuk menjadi nenek moyang dari sebuah bangsa yang akan menjaga kelangsungan ibadah simbolik.
Ketika Tuhan membawa Israel keluar dari perbudakan di Mesir, tujuannya adalah membentuk sebuah negara-agama (Theo-cracy). Dan pada saat berada di gunung Sinai, mereka ditetapkan dan disahkan oleh Tuhan sebagai sebuah bangsa. Hukum Taurat diberikan sebagai undang-undang, dan ibadah simbolik diperintahkan Tuhan untuk dilakukan oleh bangsa ini secara teratur. Dan pada akhirnya setelah mereka memasuki tanah perjanjian, ibadah simbolik dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem. Dalam masa Theo-cracy ini, seluruh umat Tuhan adalah warga negara Israel dan seluruh warga negara Israel adalah umat Tuhan. Terjadi penyatuan antara negara dan agama. Inilah yang disebut dengan Israel-Yudaism. Tujuan Tuhan untuk menyatukan negara dan agama pada saat itu sangat jelas yakni menjaga kelangsungan ibadah simbolik. Dan setelah masa ibadah simbolik telah selesai atau telah tergenapi, maka Tuhan tidak membuat negara-agama lagi.
B. GEREJA BERBEDA DENGAN NEGARA
Perbedaan yang terlihat sangat jelas yang disampaikan oleh Alkitab untuk gereja dan negara adalah tugasnya masing-masing. Gereja sebagai tubuh Tuhan dan negara dengan aparat pemerintahnya memiliki fungsi yang berbeda. Untuk pemerintah negara, rasul Paulus menulis,
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
2 Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
3 Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya.
4 Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.” (Roma 13 : 1-4).
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa pemerintah di dunia ini ada karena kehendak Tuhan. Pemerintah ditetapkan oleh Allah dengan tujuan khusus yakni menghukum orang yang berbuat jahat. Terlepas dari apakah pemerintah itu dijalankan oleh orang yang baik dan berhikmat atau sebaliknya, pemerintah adalah alat Tuhan untuk menjalankan rencana dan kehendakNya di dunia ini.
Sedangkan untuk gereja, tugasnya sangat jelas yakni sebagai Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran (1 Tim. 3 : 15). Gereja bertugas untuk menyampaikan kebenaran yakni tentang Yesus Kristus. Gereja adalah alat Tuhan untuk memenangkan jiwa-jiwa bagiNya. Melalui pemberitaan Injil oleh gereja, orang-orang dapat mendengar dan memberi respon terhadap berita Injil itu, baik respon positif maupun respon negatif.
Jadi negara dengan aparat pemerintahnya dan gereja sebagai tubuh Tuhan adalah sama-sama sebagai alat Tuhan tetapi berbeda dalam tugasnya masing-masing. Negara tidak boleh mengambil tugas gereja dan demikian juga sebaliknya. Dalam Matius 22 : 21, Tuhan Yesus secara jelas mengumumkan keterpisahan antara gereja dan negara. Jikalau pada waktu dulu Dia pernah mendirikan negara-agama yakni Israel, pada zaman sekarang tidak lagi demikian. Setelah Yesus datang dan menggenapi ibadah simbolik maka negara tidak disatukan lagi dengan agama. Jadi negara dan gereja memiliki jalurnya masing-masing. Gereja tidak boleh diatur oleh negara. Memang setiap warga negara termasuk orang-orang yang ada di dalam gereja takluk kepada kuasa dan hukum pemerintah. Tetapi gereja sebagai tubuh Tuhan tidak takluk kepada kuasa apapun kecuali kepada Kristus yang adalah Kepala gereja. Oleh karena itu gereja harus bersifat independen. Gereja menjalankan pemerintahannya sendiri tanpa diatur-atur oleh negara. Ketika gereja tunduk kepada kuasa pemerintah, maka hal itu akan menyebabkan hilangnya independensi jemaat seperti yang dinginkan oleh Tuhan.
C. DAMPAK ‘PERKAWINAN’ GEREJA DAN NEGARA
Ketika gereja “disandingkan” atau “dikawinkan” dengan negara menyebabkan kekacauan konsep dan tugasnya masing-masing. Hal inilah yang sangat terlihat jelas di dalam konsep dan praktik gereja Roma Katolik dan beberapa gereja reformasi yang menyimpang dari kebenaran.
Pertama dalam hal batas wilayah kekuasaan. Gereja yang terpisah dari negara memiliki ruang lingkup pemerintahannya hanya di dalam gereja. Para pejabat gereja hanya melakukan tugasnya di dalam satu jemaat lokal. Tetapi gereja yang disatukan dengan negara, wilayah kekuasaannya menjadi lebih luas yakni sebesar luas negara itu. Negara pun dapat masuk dan mengatur keadaan di dalam satu jemaat lokal.
Kedua, mengenai syarat menjadi anggota. Gereja yang terpisah dari negara akan menerima satu anggota dengan syarat kelahiran kembali yaitu orang yang akan masuk haruslah orang yang telah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Sedangkan gereja yang disatukan dengan negara akan menerima seseorang menjadi anggota berdasarkan kelahiran jasmaninya di dalam negara tersebut walaupun tidak mengalami kelahiran kembali.
Ketiga, mengenai sikap terhadap musuh. Gereja yang benar akan memberi respon kasih sesuai dengan perintah Tuhan. Gereja akan berusaha memberitakan Injil kepada mereka yang menjadi musuhnya. Sedangkan gereja yang disatukan dengan negara akan menganggap musuh negara adalah musuh gereja juga.
Keempat, mengenai tanggung-jawab kekudusan dan penertiban. Gereja yang benar, ruang lingkup hal ini hanya untuk mereka yang menjadi anggota. Tetapi bagi gereja yang disatukan dengan negara, hal ini harus dicapai dan dilakukan oleh seluruh warga.
Jadi, ketika gereja disatukan dengan negara, tugasnya menjadi tidak sesuai dengan keinginan Tuhan. Oleh karena itu, gereja harus bersifat independen dan tidak boleh diatur oleh negara.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas terlihat jelas pengajaran Alkitab tentang gereja. Gereja yang benar bersifat lokal dan bukan universal. Hal ini mendukung sifat gereja yang lainnya yakni independen. Setiap gereja lokal memiliki posisi yang sama. Kristus adalah kepala dan jemaat lokal adalah tubuhNya. Setiap tubuh Kristus berhubungan langsung dengan Sang Kepala itu. Tidak ada satu pribadi atau kelompok ataupun satu wadah yang diperintahkan Tuhan untuk membawahi dan mengatur gereja-gereja lokal.
Selain itu, karena gereja berbeda dengan negara, maka gereja lokal memiliki tugasnya sendiri. Gereja lokal bertugas untuk memberitakan Injil. Dalam melaksanakan tugasnya ini, gereja lokal bersifat independen dan tidak takluk kepada kuasa pemerintah. Gereja lokal takluk dan bertanggung-jawab langsung kepada Tuhan
1. Gereja sebagai tubuh Kristus
Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa gereja adalah tubuh Kristus (1 Kor. 12 : 27; Ef. 1 : 23, 4 : 12; Kol. 1 : 18, 24). Dalam hal ini, gereja sebagai tubuh Kristus adalah dalam pengertian atau bersifat rohani. Kristus adalah kepala dan jemaat adalah tubuhNya. Sifat ini memperlihatkan keintiman antara Kristus dengan gereja.Gereja adalah kumpulan orang-orang yang telah diselamatkan melalui kematian tubuh jasmaniNya di atas kayu salib. Kumpulan orang-orang ini disebutNya sebagai “jemaatKu” (Mat. 16 : 18). Jadi jemaat adalah milik Tuhan.
Gereja sebagai tubuh Kristus ini, bersifat lokal sesuai dengan penjelasan Alkitab. Matius 18 : 20 berbunyi “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Dari ayat ini terlihat jelas bahwa tubuh Tuhan adalah kumpulan dua, tiga orang atau lebih di suatu lokasi. Dengan kata lain gereja atau jemaat itu bersifat lokal. Mereka berkumpul dengan tubuh jasmani mereka masing-masing di suatu lokasi dengan maksud khusus yakni “berkumpul dalam namaKu”. Inilah yang disebut dengan pertemuan jemaat. Oleh karena itu gereja bersifat lokal dan bukan universal.
Konsep gereja universal menganggap tubuh Tuhan adalah seluruh kekristenan secara jasmani yang ada di seluruh dunia. Mereka menganggap tubuh Tuhan itu satu dan terdiri dari seluruh orang Kristen dari berbagai aliran atau denominasi. Konsep ini jelas-jelas bertentangan dengan Firman Tuhan. Memang di dalam firman Tuhan tercatat persatuan-persatuan yang berhubungan dengan jemaat. Di dalam Yohanes 17 : 21, Tuhan Yesus mendoakan orang-orang yang percaya supaya mereka semua menjadi satu. Namun persatuan yang dimaksudkan Tuhan disini jelas-jelas adalah persatuan secara rohani. Tentang persatuan secara organisasi, firman Tuhan juga menulis, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir (1 Kor. 1 : 10)”. Bagian firman Tuhan ini menasihatkan agar orang-orang percaya bersatu dan tidak terpecah. Tetapi persatuan yang dibicarakan di sini ialah persatuan di dalam satu jemaat. Di dalam satu jemaat haruslah ada persatuan sehingga tidak menghambat pelayanan. Jadi bagian-bagian firman Tuhan ini mendukung konsep gereja yang bersifat lokal dan bahkan menentang konsep gereja yang bersifat universal. Lagipula di dalam Alkitab sangat jelas disebut jemaat itu adalah kumpulan orang di suatu tempat tertentu seperti jemaat di Galatia, Efesus, Antiokhia, Korintus, dan Roma.
Dengan konsep gereja lokal yang diajarkan oleh Alkitab ini, maka masing-masing gereja lokal bersifat independen. Tidak ada satu gereja yang menjadi pemimpin atas gereja yang lain. Antara gereja lokal yang satu dengan yang lainnya berlaku “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi”. Masing-masing gereja lokal bertanggung-jawab langsung kepada Tuhan. Tiap-tiap gereja lokal inilah yang disebut dengan tubuh Kristus. Dalam hal ini, tidak berarti Tuhan Yesus memiliki banyak tubuh karena pengertiannya bukan bersifat jasmani melainkan rohani.
2. Pemerintahan gereja lokal
Di dalam suatu jemaat ada pejabat-pejabat khusus yang dipilih dan ditetapkan untuk mengemban tugas khusus. Paulus mendaftarkan nama jabatan-jabatan itu yakni Rasul, Nabi, Penginjil, Gembala, dan Guru (Ef. 4 : 11). Jabatan Rasul dan Nabi sudah tidak ada lagi pada zaman ini seiring dengan berhentinya proses pewahyuan(ALKITAB SUDAH TERTULIS/KANON). Maka jabatan yang ada di dalam suatu jemaat saat ini ialah Penginjil, Gembala, dan Guru. Untuk jabatan Gembala, Alkitab memberikan penjelasan bahwa jabatan itu sama dengan Penatua dan Penilik. Dalam Titus 1 : 5-7, pemakaian nama Penatua di ayat 5 kemudian diganti dengan nama Penilik di ayat 7, dan menunjuk kepada orang yang sama. Hal ini juga dijelaskan di dalam Kisah Para Rasul dua puluh. Di ayat yang ke-17, Lukas memakai nama Penatua, dan di ayat ke-28 ia memakai nama Penilik yang bertugas untuk menggembalakan jemaat. Selain dari jabatan-jabatan itu, ada satu lagi jabatan di dalam satu jemaat yang bertanggung-jawab untuk masalah non-rohani yaitu diaken.
Semua jabatan itu berada di dalam jemaat lokal. Artinya mereka menjalankan tugasnya di dalam dan bukan di luar sebuah jemaat lokal. Tuhan sendirilah yang menetapkan jabatan-jabatan ini. Semuanya adalah untuk kepentingan tubuhNya yakni jemaat lokal. Dengan adanya jabatan-jabatan ini, jemaat lokal dapat menjalankan salah satu sifatnya yaitu independen. Gembala bertugas untuk memimpin dan menggembalakan, Penginjil bertanggung-jawab untuk penginjilan ke luar, Guru bertanggung-jawab untuk pendidikan dan pengajaran di dalam jemaat, dan Diaken bertugas dan bertanggung-jawab untuk hal-hal non-rohani di dalam jemaat
Catatan: Istilah kata“Pendeta (Pdt)” Tidak ada dalam Alkitab dan bukanlah jabatan gereja alkitabiah tetapi, istilah jabatan yang ada di dalam agama Hindu/VIHARA.
Gereja yang alkitabiah zaman ini hanya memiliki beberapa jabatan sebagai pelayan firman, antara lain; Penginjil, Gembala, Guru injil, dan ditambah dengan jabatan Diaken yang membantu gembala dalam sebuah jemaat lokal (Efesus 4:11; Kis. 6:1-7; 1 Tim 3:8-13)
GEREJA UNIVERSAL SEBAGAI ALAT IBLIS
Gereja yang bersifat universal sangat jelas tidaklah didirikan oleh Tuhan. Di dalam konsep gereja universal, gereja lokal berada di bawah suatu wadah buatan manusia seperti Kepausan, Sinode, dan Persekutuan. Dengan adanya wadah-wadah seperti ini, gereja-gereja lokal dipersatukan dan dipimpin serta diatur oleh satu atau sekelompok orang khusus. Gereja lokal bertanggung-jawab kepada orang-orang ini.
Jadi dengan konsep gereja seperti ini, gereja lokal menjadi tidak independen. Gereja dapat diatur oleh orang-orang yang berada di luar sebuah jemaat lokal misalkan oleh Paus atau pimpinan Sinode. Hal inilah yang dikehendaki oleh Iblis. Jika gereja bersifat lokal dan independen, maka gereja-gereja akan sangat sulit untuk ditaklukkan. Namun jika gereja bersifat universal, maka gereja lokal akan mudah untuk ditaklukkan. Iblis tinggal menyesatkan satu orang atau beberapa orang yang menjadi pimpinan, maka banyak gereja yang berada di bawah pimpinan orang-orang tersebut akan menjadi sesat. Dengan jalan seperti ini, gereja-gereja dapat dengan sangat mudah dikalahkan oleh Iblis. Jadi sangat jelas terlihat kepentingan dari sebuah jemaat lokal untuk bersifat independen.
-------------------------------------------------------#-----------------------------------
GEREJA HARUS TERPISAH DARI NEGARA
A. ISRAEL SEBAGAI NEGARA-AGAMA
Bangsa Israel adalah bangsa pilihan dari Tuhan. Dimulai dari pemilihan Abraham untuk menjadi nenek moyang bangsa ini, telah terlihat maksud Tuhan untuk bangsa ini. Saat itu para ayah yang bertindak sebagai imam dan pengajar kebenaran tidak lagi menjalankan tugasnya dengan baik. Ibadah simbolik yang diperintahkan Tuhan mulai ditinggalkan. Oleh karena itu Tuhan memanggil Abraham untuk menjadi nenek moyang dari sebuah bangsa yang akan menjaga kelangsungan ibadah simbolik.
Ketika Tuhan membawa Israel keluar dari perbudakan di Mesir, tujuannya adalah membentuk sebuah negara-agama (Theo-cracy). Dan pada saat berada di gunung Sinai, mereka ditetapkan dan disahkan oleh Tuhan sebagai sebuah bangsa. Hukum Taurat diberikan sebagai undang-undang, dan ibadah simbolik diperintahkan Tuhan untuk dilakukan oleh bangsa ini secara teratur. Dan pada akhirnya setelah mereka memasuki tanah perjanjian, ibadah simbolik dipusatkan di Bait Allah di Yerusalem. Dalam masa Theo-cracy ini, seluruh umat Tuhan adalah warga negara Israel dan seluruh warga negara Israel adalah umat Tuhan. Terjadi penyatuan antara negara dan agama. Inilah yang disebut dengan Israel-Yudaism. Tujuan Tuhan untuk menyatukan negara dan agama pada saat itu sangat jelas yakni menjaga kelangsungan ibadah simbolik. Dan setelah masa ibadah simbolik telah selesai atau telah tergenapi, maka Tuhan tidak membuat negara-agama lagi.
B. GEREJA BERBEDA DENGAN NEGARA
Perbedaan yang terlihat sangat jelas yang disampaikan oleh Alkitab untuk gereja dan negara adalah tugasnya masing-masing. Gereja sebagai tubuh Tuhan dan negara dengan aparat pemerintahnya memiliki fungsi yang berbeda. Untuk pemerintah negara, rasul Paulus menulis,
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
2 Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
3 Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya.
4 Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.” (Roma 13 : 1-4).
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa pemerintah di dunia ini ada karena kehendak Tuhan. Pemerintah ditetapkan oleh Allah dengan tujuan khusus yakni menghukum orang yang berbuat jahat. Terlepas dari apakah pemerintah itu dijalankan oleh orang yang baik dan berhikmat atau sebaliknya, pemerintah adalah alat Tuhan untuk menjalankan rencana dan kehendakNya di dunia ini.
Sedangkan untuk gereja, tugasnya sangat jelas yakni sebagai Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran (1 Tim. 3 : 15). Gereja bertugas untuk menyampaikan kebenaran yakni tentang Yesus Kristus. Gereja adalah alat Tuhan untuk memenangkan jiwa-jiwa bagiNya. Melalui pemberitaan Injil oleh gereja, orang-orang dapat mendengar dan memberi respon terhadap berita Injil itu, baik respon positif maupun respon negatif.
Jadi negara dengan aparat pemerintahnya dan gereja sebagai tubuh Tuhan adalah sama-sama sebagai alat Tuhan tetapi berbeda dalam tugasnya masing-masing. Negara tidak boleh mengambil tugas gereja dan demikian juga sebaliknya. Dalam Matius 22 : 21, Tuhan Yesus secara jelas mengumumkan keterpisahan antara gereja dan negara. Jikalau pada waktu dulu Dia pernah mendirikan negara-agama yakni Israel, pada zaman sekarang tidak lagi demikian. Setelah Yesus datang dan menggenapi ibadah simbolik maka negara tidak disatukan lagi dengan agama. Jadi negara dan gereja memiliki jalurnya masing-masing. Gereja tidak boleh diatur oleh negara. Memang setiap warga negara termasuk orang-orang yang ada di dalam gereja takluk kepada kuasa dan hukum pemerintah. Tetapi gereja sebagai tubuh Tuhan tidak takluk kepada kuasa apapun kecuali kepada Kristus yang adalah Kepala gereja. Oleh karena itu gereja harus bersifat independen. Gereja menjalankan pemerintahannya sendiri tanpa diatur-atur oleh negara. Ketika gereja tunduk kepada kuasa pemerintah, maka hal itu akan menyebabkan hilangnya independensi jemaat seperti yang dinginkan oleh Tuhan.
C. DAMPAK ‘PERKAWINAN’ GEREJA DAN NEGARA
Ketika gereja “disandingkan” atau “dikawinkan” dengan negara menyebabkan kekacauan konsep dan tugasnya masing-masing. Hal inilah yang sangat terlihat jelas di dalam konsep dan praktik gereja Roma Katolik dan beberapa gereja reformasi yang menyimpang dari kebenaran.
Pertama dalam hal batas wilayah kekuasaan. Gereja yang terpisah dari negara memiliki ruang lingkup pemerintahannya hanya di dalam gereja. Para pejabat gereja hanya melakukan tugasnya di dalam satu jemaat lokal. Tetapi gereja yang disatukan dengan negara, wilayah kekuasaannya menjadi lebih luas yakni sebesar luas negara itu. Negara pun dapat masuk dan mengatur keadaan di dalam satu jemaat lokal.
Kedua, mengenai syarat menjadi anggota. Gereja yang terpisah dari negara akan menerima satu anggota dengan syarat kelahiran kembali yaitu orang yang akan masuk haruslah orang yang telah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Sedangkan gereja yang disatukan dengan negara akan menerima seseorang menjadi anggota berdasarkan kelahiran jasmaninya di dalam negara tersebut walaupun tidak mengalami kelahiran kembali.
Ketiga, mengenai sikap terhadap musuh. Gereja yang benar akan memberi respon kasih sesuai dengan perintah Tuhan. Gereja akan berusaha memberitakan Injil kepada mereka yang menjadi musuhnya. Sedangkan gereja yang disatukan dengan negara akan menganggap musuh negara adalah musuh gereja juga.
Keempat, mengenai tanggung-jawab kekudusan dan penertiban. Gereja yang benar, ruang lingkup hal ini hanya untuk mereka yang menjadi anggota. Tetapi bagi gereja yang disatukan dengan negara, hal ini harus dicapai dan dilakukan oleh seluruh warga.
Jadi, ketika gereja disatukan dengan negara, tugasnya menjadi tidak sesuai dengan keinginan Tuhan. Oleh karena itu, gereja harus bersifat independen dan tidak boleh diatur oleh negara.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas terlihat jelas pengajaran Alkitab tentang gereja. Gereja yang benar bersifat lokal dan bukan universal. Hal ini mendukung sifat gereja yang lainnya yakni independen. Setiap gereja lokal memiliki posisi yang sama. Kristus adalah kepala dan jemaat lokal adalah tubuhNya. Setiap tubuh Kristus berhubungan langsung dengan Sang Kepala itu. Tidak ada satu pribadi atau kelompok ataupun satu wadah yang diperintahkan Tuhan untuk membawahi dan mengatur gereja-gereja lokal.
Selain itu, karena gereja berbeda dengan negara, maka gereja lokal memiliki tugasnya sendiri. Gereja lokal bertugas untuk memberitakan Injil. Dalam melaksanakan tugasnya ini, gereja lokal bersifat independen dan tidak takluk kepada kuasa pemerintah. Gereja lokal takluk dan bertanggung-jawab langsung kepada Tuhan
Kesaksian Naik Turun Neraka Surga
Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa orang-orang yang telah
mengaminkan penebusan Kristus akan terlepas dari hukuman Allah dan masuk
sorga kekekalan dan menjadi “warga kerajaan sorga.”
Permasalahan muncul ketika banyak “oknum” menafsirkan sorga tanpa dasar dan pengertian yang alkitabiah..Simak Video nya lebih jelas
Permasalahan muncul ketika banyak “oknum” menafsirkan sorga tanpa dasar dan pengertian yang alkitabiah..Simak Video nya lebih jelas
Bolehkah Wanita menjadi Gembala Jemaat?
Alkitab Mendukung Hukuman Mati
Sejak akhir 2014 bangsa Indonesia mengejutkan dunia dengan hukuman mati
terhadap sejumlah narapidana narkoba. Sesuai dengan rencana yang
diumumkan oleh pihak Kejaksaan, pada bulan Maret akan dihukum mati lagi
belasan napi (narapidana) yang telah ditolak grasinya oleh presiden.
Dunia terhenyak oleh keberanian Indonesia menjatuhkan hukuman mati.
Sebagian negara bukan hanya terkejut melainkan sampai menarik duta
besaruntuk menyatakan protes mereka terhadap tindakan Indonesia. Sikap
sejumlah negara, terutama Eropa disebabkan karena di Negara mereka
hukuman mati telah dihapuskan. Mereka melihat penghukuman mati sebagai
pelanggaran hak asasi manusia, yaitu hak hidup. Ada juga Negara yang
menghentikan hukuman mati karena pernah terjadi pengadilan mereka
menjatuhkan hukuman mati secara keliru. Ketika si napi telah terhukum
mati kemudian ternyata bukan dia yang bersalah. Tindakan pelaksanaan
hukuman mati yang salah tidak bias dianulir karena si penderita
keputusan salah telah mati.
Hukuman Mati Pertama Dalam Alkitab
Seharusnya Kain dihukum mati karena dia membunuh Habel. Itu hukuman yang
setimpal. Tetapi saat itu Allah belum mengumumkan tentang hukuman mati
atas manusia yang membunuh manusia lain, maka Kain tidak dihukum mati.
Pada zaman Nuh manusia sedemikian jahat sehingga Allah memutuskan untuk
memusnahkan manusia. Pemusnahan manusia itu sesungguhnya adalah hukuman
mati secara massal. Orang dewasa yang sudah akil-balik telah melakukan
dosa yang setimpal dengan hukuman mati. Itulah sebabnya mereka semua
dijatuhi hukuman mati.
Lalu mengapakah Allah membunuh semua mereka termasuk bayi? Kalau semua
orang dewasa dihukum mati, lalu siapakah yang mengasuh bayi atau
anak-anak mereka yang belum akil balik? Bukankah lebih baik kalau mereka
dibawa ke Sorga? Itulah sebabnya theologi yang alkitabiah menyimpulkan
bahwa bayi atau anak yang belum akil balik kalau meninggal pasti akan masuk Sorga.
Mereka belum berbuat dosa atas kesadaran diri mereka. Mereka hanya
berposisi sebagai orang berdosa karena mereka keturunan Adam yang adalah
orang berdosa. Posisi mereka sebagai orang berdosa karena Adam, akan
diselesaikan oleh Yesus Kristus empat ribuan tahun nanti di Golgota
(Rom. 5:18-19). Jadi, Tuhan menghukum mati semua orang dewasa sezaman
Nuh karena dosa mereka sudah sangat besar dan sudah pantas menerima
hukuman mati (capital punishment).
Lalu Tuhan menyelamatkan Nuh sekeluarga karena mereka adalah orang
benar dan percaya kepadaNya, dan percaya kepada janjiNya. Nuh sekeluarga
adalah sisa orang benar yang percaya bahwa Allah akan kirim Juruselamat
untuk menggantikan mereka dihukumkan.
Hukuman Mati Atas Pembunuh Diumumkan
Setelah air bah surut, Nuh sekeluarga keluar dari bahtera, Allah umumkan hukuman terhadap penumpah darah.
Siapa yang menumpahkan darah
manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat
manusia itu menurut gambarNya. (Kej. 9:6).
Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa Allah memerintahkan agar orang
yang membunuh manusia agar dibunuh manusia lain. Hukuman terhadap
pembunuh manusia ialah dibunuh oleh manusia lain. Tuhan mendirikan
pemerintahan manusia (human goverment).
Sesungguhnya hukuman mati bagi pembunuh manusia adalah hukuman yang
setimpal, dan dilaksanakan oleh negara bukan pribadi. Selain setimpal,
alasan hukuman mati juga dikatakan karena manusia diciptakan sesuai
dengan gambar dan peta Allah. Apakah maksud pernyataan ini? Manusia
adalah gambar Allah, foto Allah. Jika seseorang menginjak-injak foto
Presiden maka itu adalah wujud penghinaan terhadap Presiden, apalagi
membakar foto Presiden. Karena manusia itu foto Allah, maka menyerang
terhadap manusia, atau membunuh manusia itu sama dengan menyerang Allah.
Manusia yang melakukan tindakan negatif terhadap manusia lain sama
dengan melakukan hal negatif terhadap Allah. Dan alasan membunuh
binatang tidak dilarang Allah karena binatang tidak diciptakan sesuai
dengan gambar Allah.
Hukuman Mati Sebelum Hukum Taurat
Selain pembunuh, kelihatannya Allah juga menerapkan hukuman mati bagi
orang yang mengambil istri sesamanya. Ketika Abimelekh mencoba mengambil
Sarah, istri Abraham, Allah mengancamnya dengan hukuman mati.
Mengambil istri orang rupanya adalah sebuah kejahatan besar, yang oleh Allah sendiri pelakunya diancam hukuman mati.
Hukuman Mati Zaman Hukum Taurat
Ketika Tuhan menurunkan hukum Taurat, ditetapkannya sejumlah ancaman
hukuman mati bagi pelanggaran yang sangat khusus. Atas permasalahan
hukuman mati yang diperintahkan dalam hukum Taurat akan dibahas dalam
artikel tersendiri.
Dengan diterapkannya hukuman mati dalam Taurat membuktikan bahwa pada
saat sebuah pemerintahan dipegang langsung oleh Allah, hukuman mati
dilaksanakan.
Menghargai Hak Asasi Manusia Atau Melanggar?
Rupanya sejak masa yang sangat awal Tuhan sudah menerapkan hukuman mati.
Bukankah saat itu manusia belum banyak? Apakah karena pada masa itu
belum ada LSM (Lembaga Sumber daya Manusia) yang memperjuangkan hak
asasi manusia?
Pertama, kita dapatkan bahwa tidak semua kesalahan dihukum dengan
hukuman mati. Tentu merampok, mencuri, apalagi berbohong tidak dihukum
mati. Tetapi ada kejahatan-kejahatan tertentu yang Tuhan katakan bahwa
orang yang melakukannya harus dihukum mati.
Dari segi keadilan sesungguhnya hukuman mati diterapkan kepada orang
yang telah membunuh orang lain. Kita sudah baca pengumuman hukuman mati
pertama adalah atas orang yang telah menumpahkan darah orang lain.
Seseorang yang telah dengan sengaja melenyapkan orang lain dari muka
bumi, terhadap orang yang berbuat demikian Allah mau supaya ia juga
dilenyapkan.
Sesungguhnya orang lain tidak berhak berkomentar tentang hukuman
terhadap seorang pembunuh selain orang yang dibunuh. Jika orang yang
terbunuh masih bisa ditanya, maka ia pasti menghendaki orang yang
membunuhnya juga dibunuh seperti dirinya. Atau pihak yang menanggung
akibat tak langsung dari orang yang terbunuh misalnya istrinya atau
anak-anaknya atau orang tuanya, semua pasti menghendaki si pembunuh
dihukum mati. Tetapi biasanya pembuat hukum yang justru tidak menjadi
korban pembunuhan baik langsung maupun tidak langsung, yang menetapkan
hukuman atas pelaku pembunuhan. Tentu mereka tidak dapat merasakan
kepedihan dan penderitaan panjang dari para korban. Dan mereka inilah
yang sok pintar, sok kasih bahkan sok lebih baik dari Allah, menetapkan
hukuman ringan atas seorang pembunuh.
Adilkah, misalnya seorang pemuda berumur dua puluh tahun karena iri atau
cemburu lalu membunuh temannya yang berumur dua puluh tahun, dihukum
hanya dengan penjara 20 tahun? Pembuat hukum telah bertindak sok pintar,
sok kasih sehingga membuat hukum yang hanya mengancam si pembunuh
dengan penjara 20 tahun. Si pembunuh akan keluar dari penjara pada umur
tiga puluh sekian tahun karena mendapat remisi di berbagai hari raya.
Sementara itu korban sudah tidak bersama keluarganya selama hidup
mereka. Orang tuanya, saudara-saudarinya menderita sedih sepanjang sisa
umur mereka.
Dari aspek keadilan, seorang pembunuh berencana dan sengaja patut
dihukum mati. Semua pihak yang mengasihi sang korban akan puas dan lega
karena seorang pembunuh orang yang mereka kasihi telah dijatuhi hukuman
yang setimpal dengan perbuatannya. Selanjutnya pihak lain yang mengasihi
si pembunuh yang dihukum mati tidak patut menyayangkan hukuman mati itu
melainkan menyayangkan tindakan si pembunuh yang telah membunuh
temannya.
Sering kali dalam kehidupan manusia pada saat seseorang melakukan sebuah
tindakan ia tidak berpikir panjang, tetapi setelah tindakannya yang
fatal dilaksanakan dan ia diproses hukum atau setelah sekian lama
meringkuk di tahanan, baru dia menyesal. Jika kesalahannya adalah
mencuri tentu barang yang dicurinya bisa dikembalikan, tetapi bagaimana
ia mengembalikan nyawa orang?
Sekalipun seorang pembunuh di hukum mati, semua orang tahu bahwa itu
tidak akan mengembalikan nyawa korbannya. Oleh sebab itu hukuman mati
sesungguhnya hanya sebuah penghiburan kecil bagi keluarga korban, dan
peringatan bagi orang lain.
Sikap Menghargai Nyawa manusia
Hal yang lebih utama dari masalah hukuman mati ialah sikap menghargai
hak hidup manusia. Semua manusia tahu bahwa nyawa manusia itu sedemikian
berharga karena manusia hanya hidup satu kali, dan sesudah itu akan
menghadap pengadilan Allah. Hal yang paling berharga bagi manusia di
muka bumi ini ialah nyawanya. Kata Tuhan apakah untungnya bagi seorang
manusia untuk memperoleh materi seisi dunia jika ia kehilangan nyawanya?
Adakah seorang manusia yang rela menukarkan sesuatu dengan nyawanya?
Adakah manusia yang rela menukar nyawanya dengan hukuman penjara dua
atau tiga puluhan tahun? Apakah pembuat hukum rela menukarkan nyawanya
dengan hukuman penjara empat puluh tahun?
Oleh sebab itu jika seseorang sudah merampas nyawa orang lain, adakah
sesuatu yang bisa diberikannya sebagai ganti nyawa yang dirampasnya?
Kalau seseorang telah merampas barang yang paling berharga dari
seseorang, bukankah ia harus membayarnya dengan barangnya yang paling
berharga juga?
Hukuman mati atas pembunuh diumumkan Allah sesaat setelah Nuh keluar
dari bahteranya, adalah bentuk penghargaan tertinggi atas nyawa hidup
manusia. Jika pembuat hukum mengancamkan hukuman ringan kepada pembunuh
manusia sesungguhnya itu sebuah sikap tidak menghargai nyawa hidup
manusia. Saya merasa sangat heran atas nalar terbalik para penentang
hukuman mati. Mereka berargumentasi bahwa demi menghargai hak hidup
manusia maka tidak boleh ada hukuman mati. Tanpa mereka sadari
sesungguhnya sikap mereka adalah menghargai hak hidup seorang pembunuh
dan tidak menghargai hak hidup orang yang sudah dibunuh. Jadi, sambil
para pembunuh tidak peduli pada hak hidup orang lain, mereka mendapatkan
pembelaan dari orangorang yang otaknya agak “korsleting”.
Apa yang Tuhan sampaikan tentang hukuman mati adalah sangat tepat. Allah
mengajak manusia untuk menghargai hak hidup manusia dengan cara
mengancamkan hukuman yang paling berat terhadap pencabut nyawa manusia,
yaitu nyawanya harus dicabut juga.
Menimbulkan Ketakutan Mencabut Nyawa Orang
Karena ancaman hukuman bagi pencabut nyawa adalah akan dicabutnya
nyawanya juga, maka siapapun yang berkeinginan untuk mencabut nyawa
orang harus berpikir berkali-kali. Ia harus selalu ingat akan ancaman
hukuman mati bagi pencabut nyawa.
Pelaksanaan hukuman mati atas pencabut nyawa seharusnya bukan
tersembunyi, melainkan disaksikan. Anas Urbaningrum memunculkan ide
untuk menggantungnya di Monas. Pelaksanaan hukuman mati yang baru-baru
ini dilaksanakan Indonesia adalah secara tersembunyi di pulau Nusa
Kambangan dan tanpa sorotan televisi.
Dengan pelaksanaan hukuman mati yang tersembunyi sebenarnya efek
menakutkannya menjadi berkurang. Padahal salah satu tujuan dari semua
jenis penghukuman yang dilaksanakan oleh negara ialah agar masyarakat
menjadi takut untuk melakukan perbuatan yang sama. Kalau pelaksanaan
hukuman mati dilakukan di Monas, atau di suatu tempat umum, misalnya
dengan digantung, dan mayatnya dibiarkan seharian sampai sore seperti
zaman Romawi, maka pasti akan menimbulkan rasa takut, bahkan trauma di
masyarakat.
Penentang hukuman mati biasanya berargumentasi bahwa hukuman mati tidak
membuat jera dan bukti yang mereka tunjuk ialah masih banyaknya orang
melakukan kejahatan yang sama dengan si terhukum mati. Sebenarnya
argumentasi demikian tidak valid karena di negara yang melarang hukuman
mati kejahatan lebih tinggi. Penentang hukuman mati tidak memiliki data
bandingan kalau hukuman mati diterapkan dengan tanpa hukuman mati.
Sedangkan pendukung hukuman mati berargumentasi bahwa diterapkan hukuman
mati saja manusia masih melakukan apalagi kalau tanpa hukuman mati
pasti manusia akan lebih berani melakukan yang lebih jahat lagi.
Alkitab Mendukung Hukuman Mati
Siapapun yang membaca Alkitab tahu bahwa Alkitab mendukung hukuman mati.
Fakta ini tidak bisa disangkal sama sekali. Perbedaannya hanyalah ada
pihak yang sangat percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya firman Allah
yang tidak ada salah dan ada pihak yang percaya bahwa Alkitab adalah
sekedar catatan sejarah yang bisa salah, ada salah, bahkan banyak salah.
Para pemimpin denomisasi pasti tahu bahwa kelompok Kristen Fundamental
percaya Alkitab tidak ada salah, kelompok Liberal percaya Alkitab
sekedar catatan sejarah yang banyak salah sedangkan kelompok Injili
percaya Alkitab ada salah. Sudah pasti sikap terhadap Alkitab ini
mempengaruhi penafsiran, sikap hidup bahkan tindak-tanduk kehidupan
sehari-hari.
Kelompok Liberal percaya
Alkitab sekedar catatan sejarah, dan tidak ada pengilhaman, sehingga
dalam banyak hal mereka merasa mereka jauh lebih tahu dari penulis
Alkitab. Sedangkan kelompok Injili memilih-milih bagian yang disukai
untuk dipegang dan ditaati.
Karena Eropa penuh dengan Kristen kelompok Liberal, maka pembaca bisa
maklum jika mereka memandang Alkitab sekedar catatan sejarah dan tentu
membawa efek terhadap keputusan dan tindak-tanduk mereka. Pemimpin Eropa
bahkan pemimpin gereja menganggap mereka jauh lebih pintar dari penulis
Alkitab yang tentu bagi mereka sang penulis tidak mendapat ilham dalam
penulisan Alkitab. Sehubungan dengan topik hukuman mati (capital punishment),
Eropa adalah yang paling menentang dan mereka berkata bahwa hukuman
mati kurang manusiawi. Sedangkan di USA situasinya bervariasi, sejumlah
negara bagian yang banyak gereja Katolik dan Liberal (pembaptis bayi),
mengikuti tingkah-laku Eropa, sedangkan kantong Kristen Fundamental yang
terdiri dari Baptis tradisional menyetujui dan tetap mempertahankan
hukuman mati.
Jadi, pembaca yang berhikmat, banyak orang heran atas sikap
negara-negara Kristen yang menolak penerapan hukuman mati. Mereka
berpikir karena sebagian negara Kristen menentang hukuman mati maka
kemungkinan Alkitab melarang hukuman mati. Padahal jika Alkitab
betul-betul dibaca dan ditelusuri maka pasti akan mendapatkan bahwa
Alkitab mendukung hukuman mati.
Argumentasi pemimpin Eropa bahwa hukuman mati tidak manusiawi, melanggar
HAM, itu sesungguhnya adalah nalar terbalik. Seharusnya, karena kita
sangat manusiawi maka siapapun yang menjahati manusia lain pada tingkat
sampai mencabut nyawa orang, harus diterapkan kepadanya hukuman
terberat, yaitu hukumaan mati. Penerapan hukuman mati itu justru karena
kita sangat amat menghargai hak asasi manusia. Dan itulah alasan Allah
memerintahkan hukuman mati setelah air bah.
Mengenai terjadinya kesalahan pelaksanaan hukuman mati itu bukan masalah
hukuman matinya melainkan perangkat hukumnya. Polisi yang salah
menangkap orang, jaksa yang asal tuntut dan hakim yang tidak cermat
adalah faktor yang harus diperbaiki. Adanya orang dihukum mati secara
keliru sepenuhnya adalah masalah kecermatan penegakan hukum.
Intinya, Alkitab mendukung hukuman mati, orang Kristen alkitabiah harus
mendukung hukuman mati. Bahkan sekalipun di masa silam orang Kristen
alkitabiah telah banyak dihukum mati secara salah, kita tetap mendukung
hukuman mati. Kesalahan penerapan hukuman mati masa lalu Eropa adalah
karena mereka salah memahami Alkitab. Mereka tidak berhasil melihat
perubahan ibadah simbolik lahiriah ritualistik
ke ibadah hakekat rohaniah. Mereka tidak berhasil melihat masalah
ibadah sejak Yohanes Pembaptis adalah masalah hati bukan lagi masalah
upacara ritual. Masalah agama atau iman itu tidak bisa dipaksakan, itu
adalah kemerdekaan dan kebebasan hati nurani manusia.
Orang Kristen alkitabiah adalah manusia pencinta ketertiban masyarakat.
Masyarakat akan bisa tertib kalau manusianya tidak berani melakukan
kejahatan. Dan manusia akan takut melakukan kejahatan jika ia selalu
ingat bahwa setiap kejahatan akan dihukum LEBIH BERAT dari perbuatan
jahat itu sendiri oleh negara. Bahkan kalau dia lolos dari hukuman
negara karena aparatnya rusak, pun tidak mungkin lolos dari hukuman
Allah.***
Sumber: Buletin Pedang Roh Edisi 83 April-Juni 2015 Tahun XXMenyapa Kata Shalom??
Mengapa
Saya tidak Membalas Sapaan Orang mengunakan sapaan kata shalom dan saya
Selalu menjawab nya dengan ucapan Salam kasih, Salam sejahtera,selamat
pagi,siang,sore atau malam bukan saya Alergi dengan kata Shallom tapi
saya meluruskan makna kata Shalom,. banyak orang Kristen yang Tidak
Mengerti kebenaran atau Bisa jadi ingin meniru umat Islam yang ke-arab-araban
dengan sapaan asalam mulaikom, kekristenan itu beda dengan islam
sedangkan islam yang kiblatnya ke Arab semakin dia dengan dekat Alloh
nya semakin ke-arab-araban. Kalau hidup di Indonesia dan berbahasa
Indonesia, ya menyapalah dengan bahasa Indonesia, “selamat pagi, selamat
siang atau selamat malam,atau salam sejahtera,salam kasih” itu lebih
indah dan membuktikan bahwa kita adalah orang Kristen yang mengerti
kebenaran, yang tidak mengkultuskan bahasa dan bangsa tertentu tertentu
sebagai bahasa yang paling rohani atau suci...
Kekristenan sangat berbeda dengan Yudaisme maupun Islam.Seluruh kebudayaan Yahudi ada dalam rangkaian ibadah Simbolik Agama Yudaisme. Tidak mungkin memisahkan antara Agama Yudaisme dengan keyahudian, karena kebudayaan dan ibadah menyatu.
Muhammad mendirikan Islam dengan pattern(pola simbolik) Yudaisme. Kalau menganut Yudaisme itu sama dengan menjadi Orang Yahudi, maka menjadi Islam itu sama dengan menjadi Orang Arab. Ini juga mustahil dipisahkan. Bahasa, pakaian, kiblat, sapa-menyapa, pokoknya semakin Arab akan dilihat semakin Islam demikian sebaliknya Yudaime Semakin Keyahudian
Tuhan Yesus pernah mengecam orang-orang Yahudi karena mengutamakan adat-istiadat daripada kebenaran, “Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.” (Markus 7: 7-8). Hal ini sama dengan orang-orang Kristen Indonesia yang membuat diri mereka keyahudi-yahudian, mereka tidak dapat membedakan antara kebenaran dan adat-istiadat. Mereka mengkultuskan kebudayaan Yahudi dan mengabaikan kebenaran, yang menyatakan bahwa saat ini orang yang lahir baru sudah beribadah dalam Roh dan kebenaran bukan beribadah secara lahiriah atau simbolik seperti masa keimamatan Ayah, Keimamatan Suku Lewi-keluarga Harun
Jika kita memahami sejak Yohanes Pembaptis muncul maka selesailah tugas Yudaisme Yaitu Ibadah Lahiriah atau Simbolik dan dimulai masa ibadah hakekat yaitu dalam Roh dan Kebenaran (Yoh.4:23) bahwa masa dispensasi bangsa Israel sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran sedang dialihkan kepada jemaat lokal (1 Timotius 3: 15, Roma 11: 25), sehingga beberapa kelompok Kristen mengindentikkan dirinya seperti orang Yudaisme dengan kebudayaan Yahudi. Berbahasa ke-Yahudi-yahudian, berpakaian keyahudi-yahudian, bahkan ada yang lebih konyol lagi yakni menolak teks Alkitab perjanjian baru ditulis dalam bahasa Yunani, bahkan mempersalahkan pengunaan kata Allah dalam teks Alkitab bahasa Indonesia. Akibat tidak memahami wahyu Allah mengenai sistem tata ibadah dalam tiap zaman menghasilkan kekristenan yang kacau dalam memahami kebenaran Alkitab.
Di dalam ibadah hakekat, yang kita sembah itu bukan simbol lahiriah lagi melainkan hekekat atau Roh dan kebenaran, yaitu Sang Juruselamat. Oleh sebab itu simbol nama, simbol hari, dan simbol binatang korban, semua itu sudah berlalu. Kesucian yang ditekankan dalam ibadah adalah roh dan kebenaran atau hakekat ialah kesucian hati bukan jasmani atau simbol lahiriah.Ibadah hakekat tidak terikat waktu, tempat maupun postur tubuh karena sifatnya yang rohaniah.Tidak ada arah kiblat yang dibutuhkan dalam ibadah hakekat karena cukup hati yang dikiblatkan ke Tuhan. Dan tidak ada satu negara atau kota yang suci, atau sebuah bangsa yang ditetapkan sebagai penjaga ibadah seperti pada zaman Perjanjian Lama. Dengan demikian tidak ada kebudayaan bangsa manapun yang menjadi rujukan, baik bahasanya maupun cara berpakaiannya, apa yang terjadi di Israel saat ini tidak ada sangkut pautnya dengan kekristenan saat ini dalam hal iman dan ibadah.
Karena sekarang yang menopang kebenaran bukan bangsa Israel lagi melainkan jemaat lokal dan keimamatan sekarang bukan keimamatan suku lewi melainkan keimamatan orang percaya, setiap orang percaya adalah imamat yang rajani. Jadi orang Kristen yang selalu mengidentikkan diri dengan keyahudi-yahudian adalah orang Kristen yang tidak mengerti kebenaran akan perkembangan pewahyuaan Allah mengenai sistem tata ibadah.
Padahal dalam ibadah Roh dan Kebenaran atau hakekat kita tidak perlu meng-yahudikan diri kita. Mengapa kita tidak menyapa dengan selamat pagi,siang,sore atau malam saja?
Lebih parah lagi setelah tidak cukup dengan shalom mereka sekarang tidak mau menyebut Yesus Kristus, melainkan Yeshua HaMasiah..
KESIMPULAN:
Saya tidak menyapa dengan sapaan Shalom bukan karena saya alergi, namun saya ingin menyatakan bahwa Kekristenan sangat berbeda dengan Islam yang selalu mengidentikkan dirinya dengan keArab-Araban Begitu juga Kekristenan Berbeda dengan Yudaisme Yang Keyahudi-Yahudian dalam segala Adat Istiadat. Saya orang Kristen Tinggal di Indonesia maka sapaan yang tepat untuk orang Indonesia adalah selamat pagi, selamat siang, selamat malam atau salam sejahtera bukan shalom. Shalom adalah sapaan orang-orang di Israel atau sapaan untuk orang-orang Yahudi bukan untuk orang Indonesia. Segala jenis agama di Israel menyapa dengan sapaan Shalom, yang juga berarti Hallo atau sapaan umum bagi kalangan Yahudi seperti di kalangan Indonesia selamat pagi, selamat siang dan selamat malam.
“Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” Efesus 5: 17.
Salam kasih......
Kekristenan sangat berbeda dengan Yudaisme maupun Islam.Seluruh kebudayaan Yahudi ada dalam rangkaian ibadah Simbolik Agama Yudaisme. Tidak mungkin memisahkan antara Agama Yudaisme dengan keyahudian, karena kebudayaan dan ibadah menyatu.
Muhammad mendirikan Islam dengan pattern(pola simbolik) Yudaisme. Kalau menganut Yudaisme itu sama dengan menjadi Orang Yahudi, maka menjadi Islam itu sama dengan menjadi Orang Arab. Ini juga mustahil dipisahkan. Bahasa, pakaian, kiblat, sapa-menyapa, pokoknya semakin Arab akan dilihat semakin Islam demikian sebaliknya Yudaime Semakin Keyahudian
Tuhan Yesus pernah mengecam orang-orang Yahudi karena mengutamakan adat-istiadat daripada kebenaran, “Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.” (Markus 7: 7-8). Hal ini sama dengan orang-orang Kristen Indonesia yang membuat diri mereka keyahudi-yahudian, mereka tidak dapat membedakan antara kebenaran dan adat-istiadat. Mereka mengkultuskan kebudayaan Yahudi dan mengabaikan kebenaran, yang menyatakan bahwa saat ini orang yang lahir baru sudah beribadah dalam Roh dan kebenaran bukan beribadah secara lahiriah atau simbolik seperti masa keimamatan Ayah, Keimamatan Suku Lewi-keluarga Harun
Jika kita memahami sejak Yohanes Pembaptis muncul maka selesailah tugas Yudaisme Yaitu Ibadah Lahiriah atau Simbolik dan dimulai masa ibadah hakekat yaitu dalam Roh dan Kebenaran (Yoh.4:23) bahwa masa dispensasi bangsa Israel sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran sedang dialihkan kepada jemaat lokal (1 Timotius 3: 15, Roma 11: 25), sehingga beberapa kelompok Kristen mengindentikkan dirinya seperti orang Yudaisme dengan kebudayaan Yahudi. Berbahasa ke-Yahudi-yahudian, berpakaian keyahudi-yahudian, bahkan ada yang lebih konyol lagi yakni menolak teks Alkitab perjanjian baru ditulis dalam bahasa Yunani, bahkan mempersalahkan pengunaan kata Allah dalam teks Alkitab bahasa Indonesia. Akibat tidak memahami wahyu Allah mengenai sistem tata ibadah dalam tiap zaman menghasilkan kekristenan yang kacau dalam memahami kebenaran Alkitab.
Di dalam ibadah hakekat, yang kita sembah itu bukan simbol lahiriah lagi melainkan hekekat atau Roh dan kebenaran, yaitu Sang Juruselamat. Oleh sebab itu simbol nama, simbol hari, dan simbol binatang korban, semua itu sudah berlalu. Kesucian yang ditekankan dalam ibadah adalah roh dan kebenaran atau hakekat ialah kesucian hati bukan jasmani atau simbol lahiriah.Ibadah hakekat tidak terikat waktu, tempat maupun postur tubuh karena sifatnya yang rohaniah.Tidak ada arah kiblat yang dibutuhkan dalam ibadah hakekat karena cukup hati yang dikiblatkan ke Tuhan. Dan tidak ada satu negara atau kota yang suci, atau sebuah bangsa yang ditetapkan sebagai penjaga ibadah seperti pada zaman Perjanjian Lama. Dengan demikian tidak ada kebudayaan bangsa manapun yang menjadi rujukan, baik bahasanya maupun cara berpakaiannya, apa yang terjadi di Israel saat ini tidak ada sangkut pautnya dengan kekristenan saat ini dalam hal iman dan ibadah.
Karena sekarang yang menopang kebenaran bukan bangsa Israel lagi melainkan jemaat lokal dan keimamatan sekarang bukan keimamatan suku lewi melainkan keimamatan orang percaya, setiap orang percaya adalah imamat yang rajani. Jadi orang Kristen yang selalu mengidentikkan diri dengan keyahudi-yahudian adalah orang Kristen yang tidak mengerti kebenaran akan perkembangan pewahyuaan Allah mengenai sistem tata ibadah.
Padahal dalam ibadah Roh dan Kebenaran atau hakekat kita tidak perlu meng-yahudikan diri kita. Mengapa kita tidak menyapa dengan selamat pagi,siang,sore atau malam saja?
Lebih parah lagi setelah tidak cukup dengan shalom mereka sekarang tidak mau menyebut Yesus Kristus, melainkan Yeshua HaMasiah..
KESIMPULAN:
Saya tidak menyapa dengan sapaan Shalom bukan karena saya alergi, namun saya ingin menyatakan bahwa Kekristenan sangat berbeda dengan Islam yang selalu mengidentikkan dirinya dengan keArab-Araban Begitu juga Kekristenan Berbeda dengan Yudaisme Yang Keyahudi-Yahudian dalam segala Adat Istiadat. Saya orang Kristen Tinggal di Indonesia maka sapaan yang tepat untuk orang Indonesia adalah selamat pagi, selamat siang, selamat malam atau salam sejahtera bukan shalom. Shalom adalah sapaan orang-orang di Israel atau sapaan untuk orang-orang Yahudi bukan untuk orang Indonesia. Segala jenis agama di Israel menyapa dengan sapaan Shalom, yang juga berarti Hallo atau sapaan umum bagi kalangan Yahudi seperti di kalangan Indonesia selamat pagi, selamat siang dan selamat malam.
“Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” Efesus 5: 17.
Salam kasih......
PASKAH
Ibadah Kristen (SIMBOLIK VS HAKEKAT)
Yesus Tidak Mati di Jumat Agung Tapi Rabu
TONTONLAH VIDEO INI DENGAN SEKSAMA dan KEBENARAN akan memimpin kita,ROH KUDUS yg ada dalam diri setiap orang percaya akan selalu menuntun kita jika kita mau membuka akal budi yg diberikan TUHAN seturut dengan penyingkapan terang kebenaran FIRMAN TUHAN
Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam (Mat 12:40)
Hukum Tabur Tuai
Simak Penjelasan di Video berikut ini
Anak Muda Sebagai Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran.
Anak Muda Sebagai Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran.
Simak Penjelasan di Video berikut ini
Garis Jaman
Mengapa kita perlu membuat garis zaman ?, tujuannya adalah untuk memperjelas keberadaan kita saat ini dihadapan Tuhan, agar tidak terjadi kesalahan penempatan posisi iman, bahkan mungkin juga menghindari menempati posisi yang tidak pernah ada didalam Alkitab.
Ternyata kalau kita gali Firman Tuhan, maka akan kita temukan satu fakta bahwa Tuhan sudah menuliskan rincian perjalanan hidup umat manusia dari awal penciptaan-Nya hingga akhir kehidupan seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Bila kita ingin pertumbuhan iman yang benar, dan ketulusan yang kita lakukan kepada Tuhan tidak sia-sia. Maka baiklah kita tempatkan posisi kita ditempat yang seharusnya kita berada.
Juga untuk masalah keselamatan dan hidup kekal, kembali kepada diri pribadi kita masing-masing.
Maukah kita mencari keselamatan dan kehidupan kekal dengan cara yang diinginkan oleh Tuhan ?
Dapatkah kita menerima bahwa Alkitab-pun sudah menjadi satu rancangan Tuhan yang sempurna dan dapat memberi hikmat dan memberi tuntunan kepada keselamatan ?.
Dan maukah kita menggunakan cara yang benar bagi Tuhan untuk jalan keselamatan, dan bukan cara manusia sendiri yang cenderung hidup secara daging dan duniawi, hingga ia tidak sadar bahwa caranya itu bertentangan dengan Firman Tuhan
Mari kita lihat Video ini
Covnent teologia atau Teologi perjanjian
Efesus 3:2 — memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu.
Simak Video nya Agar Jelas
Sejarah Natal
Penglihatan
Orang Kristen yang meyakini Alkitab sebagai kanon terbuka, baginya kesimpulan yang ditarik dari Alkitab bukan kesimpulan final karena Mereka masih percaya ada pewahyuan dan Allah masih terus dan aktif menurunkan wahyu dan orang-orang masih menerima wahyu dalam bentuk mimpi, penglihatan, mendengar suara, dan masih digerakkan untuk berbahasa (Roh) lidah. Baginya Alkitab adalah salah satu nya firman Allah, karena masih ada firman Allah di dalam Penglihatan dan lain sebagainya.
Bagi orang Kristen yang meyakini Alkitab sebagai kanon tertutup, maka baginya semua kesimpulan yang ditarik dari ayat-ayat Alkitab adalah final, karena tidak ada kemungkinan penambahan lagi. Kebenaran Alkitab baginya adalah kebenaran final. Tidak ada lagi orang yang menerima wahyu tambahan karena wahyu yang terakhir adalah kitab Wahyu yang diturunkan kepada Rasul Yohanes di pulau Patmos pada sekitar tahun 98 AD.Sesudah kitab Wahyu selesai di tulis ayat 22:21,maka Allah yang mengilhamkan Alkitab tidak mungkin mengacaukan Alkitab. Dan Allah mau setiap manusia yang mencariNya, mencari kebenaranNya, memfokuskan perhatiannya pada Alkitab.
Simak Penjelasan dalam Video diatas
Bagi orang Kristen yang meyakini Alkitab sebagai kanon tertutup, maka baginya semua kesimpulan yang ditarik dari ayat-ayat Alkitab adalah final, karena tidak ada kemungkinan penambahan lagi. Kebenaran Alkitab baginya adalah kebenaran final. Tidak ada lagi orang yang menerima wahyu tambahan karena wahyu yang terakhir adalah kitab Wahyu yang diturunkan kepada Rasul Yohanes di pulau Patmos pada sekitar tahun 98 AD.Sesudah kitab Wahyu selesai di tulis ayat 22:21,maka Allah yang mengilhamkan Alkitab tidak mungkin mengacaukan Alkitab. Dan Allah mau setiap manusia yang mencariNya, mencari kebenaranNya, memfokuskan perhatiannya pada Alkitab.
Perayaan Natal Yang Alkitabiah
Sumber yang tak terbantahkan Jawaban nya ialah Alkitab. Dalam Injil Lukas 1:10 memberitahukan kepada kita Yohanes Pembaptis dikandung pada sekitar bulan Maret-April, dimana Luk 1:26 berkata dalam bulan ke-enam malaikat datang kepada Maria di Nazaret. Ingat, tidak dikatakan sesudah enam bulan, melainkan dalam bulan ke enam
Berarti Yesus Kristus mulai dikandung pada sekitar bulan september-Oktober. Selanjutnya sebagaimana biasa (alamiah) Maria mengandung Yesus Kristus selama sembilan bulan sehingga perkiraan yang lebih alkitabiah adalah Yesus Kristus dilahirkan pada sekitar bulan Juni-Juli.
Secara Akal sehat Alkitab sudah memberi keterangan yang sangat jelas kepada kita Tentang kelahiran Kristus,untuk lebih jelas simak penjelasan di Video ini
TRITUNGGAL
Untuk memahami hal TRITUNGGAL ini orang Kristen tentu harus sangat faham menjelaskan Jika Ditanya sama Orang di Luar Kristen.. Kalau kelompok Saksi Jehovah memang sudah tersesatkan dalam masalah Tritunggal, namun bagi kelompok Kristen yang masih percaya pada doktrin Tritunggal seharusnya dapat memahami masalah.Untuk Lebih Jelas mengenai Pribadi Tritunggal
Silakan Lihat Video ini
Pengakuan Iman Sang Pencipta
Dapatkah kita menerima bahwa Alkitab-pun sudah menjadi satu rancangan Tuhan yang sempurna dan dapat memberi hikmat dan memberi tuntunan kepada keselamatan?. Dan maukah kita menggunakan cara yang benar bagi Tuhan untuk jalan keselamatan, dan bukan cara manusia sendiri yang cenderung hidup secara daging dan duniawi, hingga ia tidak sadar bahwa caranya itu bertentangan dengan Firman Tuhan
Ikuti Pembahasan Selengkapnya di Video nya
Perlukah Sabat dilakukan dijaman Ini
Sabat adalah tipologi atau simbolik akan hari keselamatan. “Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya” (Ibr. 4:9-10). Dalam Ibrani 4 ini, Sabat dipresentasikan sebagai simbolik hari keselamatan. Sebagaimana Allah beristirahat pada hari ketujuh dari pekerjaan PenciptaanNya, orang percaya hari ini akan beristirahat dalam pekerjaaan Keselamatan Yesus Kristus yang sempurna. Agar masuk ke peristirahatan Allah, seseorang harus dengan tenang menerima pekerjaan Allah dan berhenti dari usahanya sendiri. Keselamatan adalah anugerah Allah.
Ikuti Pembahasan Nya di video ini
Ibadah Pelepasan Sangat Bertentangan Dengan Pengajaran Keselamatan
“Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih,” Kolose 1:13.
Kata “melepaskan” di dalam bahasa Yunani tertulis “errusato” yang memiliki bentuk aorist passive indicative orang ketiga tunggal dari kata “ruomai.” yang artunya mengirim/ melepaskan/ membebaskan. Merujuk pada konteks ayat tersebut maka orang-orang yang percaya kepada Kristus telah dilepaskan dari kuasa kegelapan. Bentuk aorist adalah bentuk lampau/ past tense sehingga tepat sekali Lembaga Alkitab Indonesia menterjemahkannya dengan kata “telah.” Telah dilepaskan memiliki arti pelepasan terjadi pada orang Kristen yang lahir baru sekali seumur hidup, dan terjadinya pelepasan adalah pada saat mereka percaya dan bertobat serta menerima Kristus sebagai Juruselamat.
Ikutin Penjelasan lengkapnya di Video ini
Membedakan Karunia Mujizat Tuhan & Karunia Mujizat Akal-Akalan
Salah satu aktivitas orang yang dienyahkan Tuhan adalah yang melakukan banyak mujizat demi nama Yesus. Adakah “PENDETA” yang anda kenal yang suka mengembar-ngembor bahwa dirinya diberi karunia melakukan mujizat? Pernahkah anda bertanya di dalam hati, apa alasan Tuhan mengenyahkan orang yang melakukan mujizat demi namaNya?
Dinubuatkan dalam kitab Yesaya 35:5-6 bahwa pada saat Mesias datang, Ia akan melakukan banyak mujizat, orang buta akan dicelikkan, orang lumpuh akan melompat. Itulah sebabnya Sang Mesias membuktikan diriNya dengan melakukan mujizat. Dan itu kebenaran pula sebabnya mesias palsu juga akan membuktikan dirinya dengan mujizat palsunya. Jadi Yesus Kristus mengadakan mujizat adalah untuk membuktikan diriNya Mesias dari Allah. Dan Yesus Kristus telah mengingatkan bahwa mesias palsu akan datang dan akan mengadakan banyak mujizat palsu.
Sedangkan para Rasul mengadakan mujizat adalah sebagai pembuktian bahwa mereka adalah Rasul Yesus Kristus (II Kor.12:12). Jadi, jika karunia mengadakan mujizat adalah bukti kerasulan, maka secara akal sehat berarti orang percaya non-rasul tidak diberi karunia mengadakan mujizat. Itulah sebabnya penafsiran yang masuk akal tentang Markus 16:17-20 adalah bahwa yang diberi karunia melakukan mujizat itu hanya rasul. Di situ dikatakan orang percaya, bukan SETIAP orang percaya. Rasul termasuk orang percaya yang telah menggenapkan nubuatan itu.
Saya selalu mengharapkan mujizat terjadi dalam hidup dan pelayan saya, namun saya tidak mengakui karunia melakukan mujizat sebagai karunia Allah sekarang. Saya ingin menyampaikan dengan tegas berdasarkan firman Tuhan
Ikutin Pembahasan Nya Dalam Video Ini
Gereja Alkitabiah & Musik nya
Ikuti Pembahasan Selengkapnya di Video ini
Hubungan Bahasa Lidah (roh) Dengan Alkitab
Alkitab adalah alat ukur kebenaran yang Allah berikan kepada manusia. Orang Kristen yang berhikmat pasti percaya bahwa Alkitab tidak boleh ditambah lagi karena meteran yang sudah baku tidak boleh diperpangjang satu meter menjadi 120 centimeter. Segala bentuk usaha memperpanjang meteran kebenaran bukan datang dari pihak Allah melainkan dari pihak iblis.
Simak Penjelasan Video nya
Peran Wanita Alkitabiah Yang Menyenangkan Hati Tuhan
Allah ingin wanita yang Alkitabiah tunduk pada otoritas Firman Tuhan, karena sama seperti laki-laki yang tunduk kepada Allah memuliakan Dia, demikian juga isteri yang tunduk pada suami memuliakan Allah. Itulah sebabnya wanita tidak diberikan pelayanan yang bersifat memimpin laki-laki dalam jemaat. Tetapi itu bukan berarti wanita tidak memiliki peran yang penting dalam jemaat.wanita memiliki peran khusus dalam jemaat dan tidak perlu berebut kepemimpinan dengan laki-laki. Tuhan telah mengatur bahwa dalam satu tubuh masing-masing anggotanya memiliki fungsi yang berbeda-beda (I Kor. 12:18).
Dan seperti kata pepatah, “di belakang setiap laki-laki yang berhasil, ada seorang wanita hebat.
Ikuti Penjelasan lebih Jelas nya dalam Video diatas
Apakah keselamatan bisa hilang?
Langganan:
Postingan (Atom)